Secercah harapan di balik kepingan puzzle braille

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Secercah harapan di balik kepingan puzzle braille
Teka-teki braille membantu anak tuna netra membaca huruf-huruf braille lebih cepat

SEMARANG, Indonesia – Adi Rafa Prayoga tertawa lepas saat dijemput orangtuanya di SLB Negeri Semarang, Jawa Tengah, Selasa siang, 16 Agustus. Seperti biasa, bocah 10 tahun ini langsung menghampiri adiknya yang sudah menantinya di halaman sekolah.

Rafa panggilannya, lalu bergelanyut manja di pelukan ibunya. Ia meraih sesuatu dari kantongnya kemudian jemari tangannya menunjukan huruf braille yang terdapat pada mainan puzzle itu kepada ibunya.

“Saya senang main puzzle ini karena bisa sekalian belajar membaca,” ujar Rafa kepada Rappler. Sang ibu pun mengangguk bangga.

Ia yang masih duduk di kelas IV sangat terbantu dengan mainan puzzle braille tersebut. Tanpa kesulitan, huruf demi huruf dieja dengan lantang dan sesekali tersenyum lega. “Udah lama mainan kayak gini,” akunya.

Ia awalnya kesulitan merangkai huruf demi huruf yang dapat dirangkai menjadi sebuah kalimat di biduk puzzle.

Namun, menurutnya hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi anak tuna netra seperti dirinya. Itu, kata dia, menjadi mainan mengasyikan sekaligus belajar membaca. “Mainannya bagus dan saya sekarang sudah bisa baca A sampai Z,” katanya.

Meningkatkan kreativitas anak tuna netra

Rafa merupakan anak tuna netra yang beruntung mendapat metode belajar membaca memakai puzzle braille. Menurut si pembuat puzzle, Rafa tergolong anak pintar dan cepat tanggap setiap diberi materi membaca memakai puzzle.

“Puzzle ini bisa membantu Rafa membaca huruf-huruf braille lebih cepat. Sehingga tumbuh kembangnya menjadi semakin baik,” sahut Alania Fitri, si pembuat puzzle braille dari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro (Undip) sambil menunjukan puzzlenya.

Ia membuat puzzle braille bersama empat temannya, lantaran terenyuh melihat tumbuh kembang anak tuna netra di SLB Negeri Semarang yang lambat.

“Ketika gurunya ngasih tahu kalau proses belajar membaca di sini agak lama, maka saya berinisiatif membuatkan sebuah puzzle yang dilengkapi braille. Dan Rafa kami pilih karena dia anak yang punya daya tangkap cukup bagus di antara teman-temannya,” terangnya lagi.

Tak hanya itu saja, katanya. Ia juga tertarik memberi metode pembelajaran yang inovatif bagi anak berkebutuhan khusus. “Makanya, begitu proporsal karya ilmiah kita disetujui oleh Kemenristekdikti, langsung kita ngebut buat puzzlenya,” sambungnya.

Sedangkan seorang temannya, Meiska Yusrona Kamila, tampak tersenyum lebar tatkala puzzle buatannya dipakai membaca oleh Rafa.

“Karena buatnya susah, Mas. Saya harus pontang-panting nyari papan kayu yang pas buat dipotong jadi puzzle. Belum lagi harus mencari kertas mika braille buat dipasang diatasnya,” imbuhnya.

Puzzle braille buatannya merupakan secercah harapan bagi anak-anak tuna netra. Ia pun berharap puzzle braille mampu menjadi penyemangat Rafa kala belajar membaca. Sebab, Rafa baginya merupakan asa dibalik kondisi serba terbatas di lingkungan SLB.

“Dari Februari kita bikin baru jadi Juni dan Allhamdullilah sekarang bisa dipakai membaca,” terangnya.

Bagi anak tuna netra cukup mudah menghafal huruf memakai puzzle braille. Di tiap kepingan terdapat huruf dan dapat dirangkai menjadi sebuah suku kata. Ia bilang itu adalah inovasi agar mereka bisa bermain sekaligus belajar.

Untuk mempraktekannya, ia kerap bertukar pendapat dengan guru di kelas tuna netra. Ke depan, ia ingin puzzlenya dipatenkan agar dapat disebarluaskan ke masyarakat umum.

“Puzzle braille punya manfaat melatih logika anak tuna netra juga belajar membaca,” tuturnya.

Suhadi guru kelas tuna netra di SLB Negeri Semarang sangat bersyukur dengan munculnya alat bantu baru bagi muridnya. Ia menganggap puzzle braille yang baru pertama kali ada di sekolahnya pasti bisa meningkatkan ketelian dan kesabaran anak.

“Malahan anak tuna grahita juga bisa pakai alat ini,” katanya.

Meski demikian, ia menyarankan agar karya mahasiswa Undip tersebut disempurnakan menjadi lebih baik lagi. Pasalnya, nantinya akan ada 27 murid tuna netra dari yang tertarik menggunakan alat bantu tersebut. – Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!