12 Tahun bersama Timnas, Boaz Solossa ingin mundur

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

12 Tahun bersama Timnas, Boaz Solossa ingin mundur

ANTARA FOTO

Rekan setim Boaz keberatan jika dia pensiun.

 

JAKARTA, Indonesia — Jumpa pers di terminal 2 E Bandara Soekarno-Hatta, Minggu, 18 Desember, lalu awalnya berlangsung penuh keriuhan dan tepuk tangan. Timnas disambut bak pahlawan setelah mampu bersaing hingga final Piala AFF 2016. 

Namun, tepuk tangan dan teriakan para penyambut Timnas mendadak sepi. Itu terjadi setelah sang kapten yang memimpin perjuangan di ajang dua tahunan tersebut, Boaz Solossa, menyatakan keinginan mundur dari Timnas.

“Dengan capaian ini, saya mungkin akan pensiun dari Timnas. Saya ingin beri kesempatan untuk adik-adik yang lain untuk memperkuat Timnas,” katanya mengawali pernyataan. 

Usia Boaz memang tidak muda lagi. Tapi juga belum terlalu tua untuk pemain sepak bola. Di usia 30 tahun, Boaz sejatinya masih bisa memimpin “adik-adiknya”. Namun, rupanya bukan usia yang menjadi pertimbangannya. Tapi membuka peluang munculnya generasi baru di tim Garuda.

Kali pertama Boaz muncul di Timnas adalah saat gelaran Piala Tiger 2004. Jika Piala AFF 2016 adalah turnamen terakhirnya, berarti pemain asal Persipura Jayapura tersebut telah 12 tahun mengabdikan diri untuk skuat Garuda.

“Saya akan pikirkan matang-matang dulu. Banyak yang berbicara ke saya soal keinginan saya ini karena saya sudah cerita sebelumnya, dalam beberapa hari ke depan segera kami bicarakan,” tegas dia.

Bagi Boaz, bukan hanya dirinya yang pantas berbaju Timnas. Melihat usia yang sudah masuk kepala tiga, sudah waktunya bagi pemain bernomor punggung tujuh itu untuk memberikan kesempatan pemain lain yang potensial. 

“Banyak sekali pemain potensial dan bagus di Indonesia. Banyak pemain muda yang kita punya, waktunya mereka ditampilkan,” ucapnya bijak.

Wakil Kapten Timnas Andik Vermansah mengaku terkejut dan tak menyangka Boaz akan mengambil keputusan pensiun dengan cepat. Sebagai perbandingan, Bambang Pamungkas atau Bepe yang menjadi kapten terakhir yang pensiun, baru menyudahi karirnya di usia 33 tahun, pada April 2013 silam. 

Dia berharap keputusan untuk gantung baju tak lekas diambil oleh Boaz dalam dua tahun ke depan. Diapun menegaskan agar tim AFF 2016 tak dibubarkan agar bisa matang dan memenuhi target menjadi juara di 2018 nanti.

“Tim ini jangan dibubarkan karena ini timn yang bagus. Perlu pemain senior dan dipadukan pemain muda, sehingga bisa menjadi lebih matang dan juara di 2018 nanti,” tegas dia.

Untuk Boaz, Andik menilai Timnas masih membutuhkan sosok striker sepertinya. Sejauh ini, Andik melihat kemampuan, skill, dan ketajaman striker lokal Indonesia belum ada yang seperti Boaz. 

“Pasti sangat disayangkan sekali (kalau Boaz pensiun) karena kita kekurangan striker. Pemain Indonesia kurang striker, karena lebih banyak pemain asing,” dia menegaskan

“Semoga Bang Boaz bisa berpikir lagi mungkin 1-2 tahun lagi untuk menjalankan rencananya itu,” imbuh pemain asal Surabaya tersebut.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Risky Pora. Bagi pemain asal Ternate itu, sosok Boaz belum tergantikan. Dia bisa menjadi kapten dan memberikan contoh sebagai pemain yang ngotot dan tak mudah menyerah dalam bermain.

“Semangat dia, membuat kami pemain lain terpacu, dia pemain yang bisa beri motivasi. Striker Indonesia yang terbaik menurut saya saat ini, semoga tidak pensiun dulu,” tandas Rizky. Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!