Donald Trump resmi menjadi Presiden ke-45 Amerika Serikat

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Donald Trump resmi menjadi Presiden ke-45 Amerika Serikat

AFP

Upacara pelantikannya terlihat sepi penonton jika dibandingkan jumlah massa yang hadir ketika Barack Obama dilantik pada tahun 2009 dan 2013.

JAKARTA, Indonesia – Donald Trump, mogul properti, bintang program televisi reality dan selebritas, telah diambil sumpahnya sebagai Presiden Amerika Serikat. Kandidat berusia 70 tahun dari Partai Republik itu meletakan tangannya di atas dua kitab injil, satu miliknya sendiri dan satu lagi digunakan oleh Abraham Lincoln, untuk mengucap sumpahnya sebagai Presiden.

Momen tersebut merupakan era politik baru yang direspons dengan rasa bahagia, tetapi juga menyeramkan di waktu bersamaan.

“Saya, Donald John Trump, dengan ini bersumpah bahwa saya akan setia dalam menjalankan jabatan Presiden Amerika Serikat dan akan melakukan yang terbaik untuk menjaga, melindungi dan membela konstitusi Amerika Serikat,” ujar Trump mengucap sumpahnya sebagai Presiden hanya satu kali sebelum akhirnya mengepalkan tangannya ke udara beberapa kali.

Trump menggantikan Barack Obama dengan menjadi Presiden ke-45 dari negara paling berkuasa di dunia. Dia disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung, John Roberts di area tangga Gedung Capitol di depan puluhan pejabat berwenang dan ribuan pendukungnya.

Rakyat Amerika ambil kendali

PIDATO PELANTIKAN. Donald Trump menyampaikan pidato pelantikan usai diambil sumpahnya di Gedung Capitol pada Jumat, 20 Januari. Foto oleh Saul Loeb/Pool/AFP

Usai disumpah, Trump kemudian menyampaikan pidato pertamanya di hadapan ribuan orang. Pidato dengan durasi sekitar 17 menit berisi janjinya ketika masa kampanye yang akan ditepati. Janji itu yakni membuat Negeri Paman Sam kembali hebat.

“Dimulai dari ini hingga ke depannya, sebuah visi baru akan memimpin tanah kelahiran kita,” ujar Trump mengumumkan sebuah akhir yang isinya hanya bisnis semata di Washington.

“Hari ini, kita tidak hanya semata-mata memindahkan kekuasaan dari satu pemerintahan ke pemerintahan lain atau dari satu partai ke partai lainnya, tetapi kami memindahkan kekuasaan dari Washington DC dan mengembalikannya kepada Anda, rakyat Amerika,” tutur dia.

“Mulai hari ini, akan selalu rakyat Amerika yang pertama,” katanya lagi.

“Bersama-sama kita akan membuat Amerika kembali kuat. Kita akan membuat Amerika sejahtera lagi. Kita akan membuat Amerika kembali bangga. Kita akan membuat Amerika kembali aman dan bersama-sama kita akan membuat Amerika lebih hebat lagi,” ujar Trump di tengah suhu udara yang dingin di ibukota Washington DC.

“20 Januari 2017 akan diingat sebagai hari di mana rakyat menjadi penguasa oleh negeri ini lagi,” kata dia menyampaikan pidato populis dan bernada politis secara blak-blakan yang sangat jarang digunakan dalam pidato pelantikan.

“Kaum laki-laki dan perempuan tidak akan terlupakan lagi di negara ini. Semua orang sekarang mendengarkan Anda,”.

Pelantikan Trump merupakan momentum yang hingga saat ini belum bisa dipercayai oleh sebagian besar rakyat Amerika Serikat. Pasalnya, Trump sebelumnya belum pernah memegang jabatan di bidang pemerintah, menjadi politisi atau bergabung sebagai anggota militer.

Ratusan ribu warga Negeri Paman Sam melihat Presiden yang telah berakhir masa jabatannya, Barack Obama dan pesaing Trump, Hillary Clinton turut menyaksikan upacara pelantikan. Clinton nyaris membuat sejarah dengan menjadi Presiden AS perempuan pertama.

Usai upacara pelantikan, Obama dan istrinya Michelle meninggalkan Gedung Capitol. Momen itu menjadi akhir delapan tahun Washington DC dipimpin oleh kubu Partai Demokrat.

Membalikan agenda Obama

MASSA. Ribuan warga Amerika Serikat menyaksikan secara langsung pelantikan Trump sebagai Presiden di Gedung Capitol pada Jumat, 20 Januari. Foto oleh Brendan Smialowski/AFP

Dalam catatan sejarah, Trump merupakan orang tertua yang pernah menjabat sebagai Presiden AS dan berkantor di ruang Oval office. Dia pernah bersumpah untuk mengakhiri beberapa kebijakan Obama dan melakukan peninjauan aliansi AS dengan beberapa negara sekutu di Asia dan Benua Eropa.

“Selama puluhan tahun, kita telah memperkaya industri asing dengan dana dari industri Amerika, memberikan subsidi bagi negara asing lainnya. Sementara di waktu bersamaan membiarkan militer kita terlihat lemah,” katanya.

“Kita akan menegaskan kembali aliansi AS dan membentuk yang baru dan bersatu dalam dunia yang beradab untuk melawan terorisme Islam radikal yang akan kita hancurkan untuk selamanya dari muka bumi,”.

Sebelum upacara pelantikan, Trump telah melakukan ritual yang dilakukan oleh Presiden sebelumnya yakni menghadiri misa di Gereja St. John’s lalu menuju ke Gedung Putih dan disambut secara hangat oleh Obama.

Hari Jumat ini, tim Trump telah berencana membuat peraturan eksekutif untuk mengakhiri kebijakan Obama. Namun, ketika dia menjabat sebagai Presiden, tingkat persetujuan terhadap Trump malah rendah yakni 37 persen. Data itu diambil dari survey milik CBS Poll.

Sementara, upacara pelantikannya menjadi acara yang paling sepi dihadiri massa jika dibandingkan pelantikan Obama di tahun 2009 dan 2013 lalu. – dengan laporan AFP/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!