Kisah tragis tewasnya tiga mahasiswa pecinta alam

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mereka diduga tewas setelah dianiaya senior

Keluarga Ilham Listia Adi, mahasiswa pecinta alam yang tewas, di Rumah Duka Rumah Sakit Bethesda, Selasa (24/1). Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka/Rappler

KARANGANYAR, Indonesia — Syafi’i hanya bisa menatap tubuh anaknya, Ilham Listia Adi (20 tahun), yang tak lagi bernafas. Mahasiswa Universitas Islam Indonesia ini tewas setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan pecinta alam di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pekan lalu.

“Babak belur fisiknya, ada memar di kepala,” kata Syafii saat ditemui Rappler di Rumah Duka Rumah Sakit Bethesda di Yogyakarta, Selasa 24 Januari 2017. “Sudah saya laporkan ke Polda DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta).”

Syafi’i menilai kematian anaknya tak wajar. Beberapa luka di tubuh anaknya menjadi petunjuk ada sesuatu yang tak beres dengan kematiannya. Apalagi, sebelum meninggal, Ilham sempat menelponnya.   

“Anak saya sempat telpon saya, dia mengatakan dipukuli. Jika melihat bukti fisiknya tak mungkin (dipukuli) pakai tangan, pasti ada barang yang digunakan untuk memukulinya,” kata Syafi’i.  

Selain kepada Syafi’i, Ilham juga sempat menceritakan apa yang dialaminya saat menjalani pendidikan dan pelatihan pecinta alam kepada kerabatnya yang bernama Bambang Springgo. Kepada Bambang, Ilham mengatakan dirinya dipukuli di bagian perut.

Foto mendiang Iham Listia Adi semasa hidup. Foto istimewa

Akibatnya, kata Bambang, Ilham sering mengeluarkan gumpalan darah ketika buang air besar. Selain mengalami luka di bagian perut, juga terdapat luka gores dan memar pada bagian lengan kiri dan kanan Ilham.

Ilham sempat menjalani rawat inap di Rumah Sakit Bethesda setelah jatuh pingsan di kamar mandi tempat kosnya pada Senin, 23 Januari 2017, sebelum meninggal pada hari yang sama di rumah sakit tersebut. 

Kepala Humas RS Betjesda, Nur Sukawati, mengatakan saat datang ke rumah sakit kondisi Ilham dalam keadaan sadar, namun wajahnya terlihat sangat pucat. “Ada luka di bagian dagu dan keluhan mules,” kata Nur Sukawati.

Sukawati mengatakan, selain Ilham, ada teman Ilham lain yang juga masuk ke rumah sakit tersebut, yakni Syaits Asyam (19 tahun). Asyam datang pada Sabtu dinihari, 21 Januari 2017, sekitar pukul 04.56 WIB. Kondisinya saat itu sangat mengenaskan.

Pihak rumah sakit bahkan sempat meminta paksa kepada pengantar Asyam untuk mengabarkan kondisi Asyam kepada keluarganya. “Sejak awal datang ke sini kondisi Asyam sulit bicara. Suaranya timbul tenggelam,” kata Sukawati.

Setelah dilakukan pemindaian, barulah diketahui jika Asyam mengalami patah tulang multiple trauma hampir di seluruh bagian badan. Antara lain kedua kaki, tangan, pantat, dan punggung. Pada Sabtu siang, Asyam mengalami gagal nafas. Ia meninggal pada pukul 14:45 WIB.

Kondisi Ilham sendiri tak kalah buruk. Ia didiagnosa mengalami trauma abdomen yang membuatnya berdarah saat buang air besar. Ia juga didiganosa mengalami anemia dan vulnus lacetarum. Kondisinya terus menurun. Ilham akhirnya menyerah, ia meninggal pada Senin tengah malam. 

Selain Ilham dan Asyam, ada satu lagi mahasiswa Universitas Islam Indonesia yang tewas dalam pendidikan dan pelatihan pecinta alam, yakni Muhammad Fadli (20 tahun). Fadli meninggal pada Jumat 20 Januari di Puskesmas Tawangmangu. Sehingga total ada 3 mahasiwa yang tewas. 

(Baca: Diduga dianiaya senior, tiga mahasiswa Mapala UII tewas)

Selain korban tewas, pelatihan pecinta alam ini juga memakan korban luka. Salah satu korban luka antara lain bernama Abiyan Razaki (19 tahun) yang saat ini masih menjalani rawat inap di Jogja International Hospital (JIH).

“Ada kontak fisik dari kakak panitia. Itu (bekas kontak fisik) bisa dilihatlah itu,” kata Raihan Aflah, kakak Abiyan, kepada Rappler. Seperti Syafi’i, Raihan pun akan menempuh jalur hukum untuk meminta pertangungjawaban para pelaku.

Kapolres Karanganyar AKBP Ade Safri Simanjuntak mengatakan pihaknya telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus tewasnya tiga mahasiswa pecinta alam dari Universitas Islam Indonesia (UII) ini.

“Kami sudah terjunkan tim, hari ini mereka berangkat ke Yogyakarta untuk memeriksa 11 orang saksi, terutama teman-teman korban,” kata AKBP Ade Safri. “Saya harap mereka mau memberikan informasi yang benar.” —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!