Bupati Seno Samudro sarankan ibukota negara dipindahkan ke Boyolali

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bupati Seno Samudro sarankan ibukota negara dipindahkan ke Boyolali
"Saya rasa untuk Boyolali, abrakadabra pasti selesai. Lagipula membangun itu kan gampang dan murah untuk sebuah ibukota,” ujar Seno.

SEMARANG, Indonesia – Setelah membuat heboh dengan menyebut akan membangun taman wisata bermain menyerupai Disneyland di Amerika Serikat, Bupati Boyolali Seno Samudro kembali melontarkan pernyataan mengejutkan.

Di hadapan ratusan mahasiswa Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat 28 April, politisi PDI Perjuangan itu mengaku telah mengusulkan agar ibukota Indonesia dipindahkan dari DKI Jakarta ke Boyolali. Dia menilai Boyolali merupakan lokasi yang pas lantaran di sana merupakan tanah kelahiran Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Sehingga, pantas digunakan sebagai ibukota negara.

“Saya sudah mengusulkan sejak tiga tahun yang lalu atau ketika di tahun pertama saya memimpin Boyolali. Itu tanah kelahirannya Presiden Jokowi,” ujar Seno.

Di Boyolali, kata Seno, terdapat sebuah kecamatan yang menjadi tanah kelahiran Jokowi yakni Ngemplak. Jika tidak ada aral melintang, maka dia ingin bertemu dengan mantan Gubernur DKI itu agar usulan pemindahan pusat pemerintahan dimasukan ke dalam visi-misi seandainya Jokowi maju kembali ke dalam bursa Pilpres 2019.

“Tinggal Bapak Presiden mau tidak memasukan usulan saya ke dalam program visi-misinya (Pilpres 2019),” kata dia.

Dia menyatakan siap untuk mengubah kabupaten yang dikenal sebagai penghasil susu sapi itu jika difungsikan sebagai ibukota negara Indonesia. Menurut Seno, di Boyolali saat ini terdapat 19 kecamatan. Nantinya, akan dipecah menjadi dua bagian.

Di sebelah utara ada 10 kecamatan yang akan digunakan sebagai ibukota negara. Sedangkan 9 kecamatan lainnya tetap difungsikan sebagai bagian dari wilayah Boyolali.

Seno menjelaskan konsep pemindahan ibukota bisa mencontek dari apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Amerika Serikat. Mereka berhasil memindahkan ibukota dari New York ke Washington DC. Melihat catatan sejarah, Presiden Thomas Jefferson menjadi pemimpin AS pertama di bulan Maret 1801 yang berkantor dari Washington DC.

“Konsepnya saya adopsi dari apa yang terjadi di Washington DC, Amerika Serikat,” katanya lagi.

Dia mengaku sudah mengecek total luas 10 kecamatan di Boyolali jauh lebih luas dibandingkan Jakarta. Bila Jakarta hanya seluas 58 ribu kilometer persegi, maka 10 kecamatan itu mencapai luas 68 ribu kilometer persegi.

Seno mengaku optimistis usulannya akan diterima mantan Walikota Solo itu, karena pakar tata kelola kota, Adrinof Chaniago sudah mengkaji agar ibukota dipindahkan. Walaupun saat ini, lokasi masih difokuskan ke Palangkaraya.

“Tapi kan bisa juga diarahkan ke Boyolali. Ya kita hanya berdoa saja, bukan kita yang memutuskan. Tetapi keputusan akhir berada di sidang MPR. Dan juga bisa dijadikan program saat Bapak Presiden maju lagi di tahun 2019,” tuturnya.

Tetapi, dia tidak memungkiri untuk memindahkan ibukota butuh dana investasi yang tidak sedikit yakni sekitar Rp 10 – 20 triliun. Dia menyebut proyek itu merupakan rencana ambisiusnya agar Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dari negara lainnya di dunia. Indonesia juga disarankan untuk mengikuti jejak Jerman yang bergerak cepat saat Jerman memindahkan ibukotanya dari Bonn ke Berlin.

“Jerman memindahkan ibukotannya dari Bonn ke Berlin dalam kurun waktu 5 tahun selesai. Saya rasa untuk Boyolali, abrakadabra pasti selesai. Lagipula membangun itu kan gampang dan murah untuk sebuah ibukota,” katanya lagi.

Sementara, soal studi kelayakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dia berpendapat Boyolali lebih bagus daripada Jakarta.

“Terutama kajian kepadatan penduduknya, Boyolali itu masih luas sekali. Kebanyakan hutan, tanahnya luas. 10 kecamatan yang saya maksud itu jaraknya jauh dari Merapi. Jadi aman dari erupsi. Kita lebih bagus dari DKI,” tuturnya.

Hanya sekedar angan-angan

Dalam sesi kuliah umum tersebut, Seno Samudro tampil selama tiga jam. Diskusi dipandu oleh seorang dosen Fakultas Teknik yang kemudian berbagi kesempatan kepada para mahasiswa yang hadir untuk bertanya.

Kendati demikian, berbagai paparan soal kemajuan Boyolali yang diutarakan Seno Samudro justru menjadi tanda tanya bagi sebagian peserta kuliah umum.

Maria Ekasari salah satunya. Mahasiswi Program Magister Teknik Undip tersebut mengatakan kepada Rappler bahwa apa yang diungkapkan Seno tentang kemajuan Boyolali terutama pembangunan taman wisata seluas Disneyland masih jauh dari angan-angan kebanyakan orang.

“Itu menurut saya sangat klise ya, sepertinya akan susah mengaplikasikannya. Atau mungkin saja Pak Bupati suka berbicara terlalu besar,” kata Maria.

Maria yang selama ini tinggal di Semarang hanya tahu sekelumit tentang Boyolali. Ia paham bahwa Boyolali kini lebih ramai bila dibanding belasan tahun silam.

Ia juga menganggap sesi kuliah umum Bupati Boyolali juga sangat mepet. Meski pada awalnya peserta dibebaskan bertanya, namun di akhir acara tiba-tiba sesi tanya jawab dibatasi.

“Yang jelas saya kecewa, mengapa tanya jawabnya dibatasi segala. Padahal, saya kepingin tanya banyak hal dengan beliau,” tuturnya kecewa. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!