Warga Hindu dan Muslim membaur dalam pawai takbir di Bali

Bram Setiawan

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Warga Hindu dan Muslim membaur dalam pawai takbir di Bali
Warga dari kedua agama saling mengisi jika ada kegiatan agama masing-masing

DENPASAR, Indonesia – Toleransi sesungguhnya telah menjadi bagian dari keseharian warga Indonesia. Tengok pawai takbir yang diselenggarakan di Bali pada Sabtu malam, 24 Juni.

Warga Bali yang beragama Islam dan Hindu membaur ikut serta dalam pawai menyambut Idul Fitri. Peristiwa itu terjadi di Kampung Islam Kepaon. Warga Bali yang beragama Hindu ikut menyumbangkan kesenian baleganjur untuk memeriahkan pawai takbir.

Kepala Dusun Kampung Islam Kepaon Muhammad Asmara mengatakan kehidupan saling mengisi antar umat beragama sudah berlangsung sejak zaman dahulu. Menurut dia kehadiran umat Hindu saat pawai takbir sebagai bentuk solidaritas dalam pluralisme.

“Ini warisan nenek moyang kami,” ujar Asmara yang ditemui pada Sabtu malam, 24 Juni.

Puluhan remaja dari Banjar Dukuh Tangkas, Desa Pemogan memainkan baleganjur mengiringi gema takbir di antara anak-anak yang membawa obor. Kepala Dusun Dukuh Tangkas I Wayan Wardana menjelaskan tujuan menampilkan baleganjur untuk melanjutkan warisan para leluhur mereka.

“Saya nyaman sekali ikut memeriahkan kegiatan (takbiran) ini. Walaupun saya Hindu, tapi saya menikmati kebersamaan dan keakraban ini,” ujar Wardana.

Kampung Islam Kepaon di Kecamatan Denpasar Selatan berstatus banjar yang berada di kawasan Desa Pemogan. Setiap banjar yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, bergantian setiap tahun saat malam takbiran menampilkan kesenian baleganjur. Tahun ini Banjar Dukuh Tangkas yang berparitispasi untuk malam takbiran.

Wardana menjelaskan misal ada kegiatan agama Hindu, warga Kampung Islam Kepaon ikut menampilkan kesenian tari Rodat khas Kepaon.

“Kami saling mengisi,” katanya.

Menjelang pawai takbir, Raja Puri Pemecutan Anak Agung Ngurah Manik Parasara, yang bergelar Ida Cokorda Pemecutan XI menemui warga Kepaon. Ia hadir untuk bersilaturahmi sekaligus melepas pawai takbir warga mengelilingi Kampung Islam Kepaon. Ida Cokorda Pemecutan XI memakai peci, kemeja, dan sarung sehingga terlihat membaur dengan warga muslim.

MEMBAUR.  Pemuda Hindu dan Islam membaur bersama saat pawai takbir di Kampung Islam Kepaon, Sabtu, 24 Juni. Foto oleh Bram Setiawan/Rappler

“Kita hadir umat Islam dan Hindu di sini diberikan berkat dan restu rahmat Tuhan. Semangat harus bertambah,” kata Ida Cokorda saat memberikan sambutan untuk warga Kampung Islam Kepaon.

Puri Pemecutan adalah pemegang kekuasaan Kerajaan Badung. Hubungan persaudaraan antara Hindu dan Islam itu telah berjalan selama ratusan tahun. Persaudaraan tersebut bermula saat leluhur Puri Pemecutan, Gusti Ayu Made Rai, dinikahi oleh Pangeran Cakraningrat IV dari Madura, yang beragama Islam.

Setelah menikah, Gusti Ayu Made Rai menjadi mualaf, kemudian dikenal dengan nama Raden Ayu Siti Khodijah. Ratusan tahun yang lalu para leluhur Kampung Islam Kepaon adalah prajurit perang Kerajaan Badung.

“Mari mengayomi semuanya Hindu dan Islam yang sudah ratusan tahun akrab mari kita perjuangkan,” ujar Ida Cokorda.

Tokoh masyarakat Kampung Islam Kepaon Haji Ishak Ibrahim mengatakan bahwa Idul Fitri menjadi momentum untuk semakin menjalin hubungan persaudaraan antara Islam dan Hindu.

“Mudah-mudahan ketenangan dan kenyamanan selalu di antara kita. Kami (Islam dan Hindu) tetap bersaudara, hubungan kami setiap saat tetap kami laksanakan yang diwarisi dari dulu seperti itu,” kata dia. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!