Hot stone bath, tradisi mandi ala Bhutan

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Hot stone bath, tradisi mandi ala Bhutan
Bagi warga Bhutan, berendam di air panas dari batu yang dibakar, dipercaya bisa membuat badan lebih segar

PARO, Bhutan – Ruangan itu berukuran sekitar 3 x empat meter persegi. Dinding dan lantai dilapisi kayu. Di tengah ruangan ada bak terbuat dari kayu juga, ukuran 1 x 1 meter persegi. 

Di bagian ujung bak kayu, ada sekat selebar 20 cm untuk menempatkan bongkahan batu-batu yang digelindingkan ke kolam setelah dibakar sampai membara. 

Nyessss…..Desis suara batu bakar yang menyentuh air memunculkan uap tipis.  Dari batu yang dibakar, keluar mineral bermanfaat. Air di bak yang perlahan menjadi hangat, ditaburi daun-daun kering Artemisia abshintium yang dipercayai berkhasiat mengembalikan menguatkan tubuh, terutama sesudah kegiatan yang melelahkan. 

Bagi perempuan, tanaman yang berasal dari Eurasia dan bagian utara Afrika ini juga dipercaya memberikan kesuburan. Wallahu’alam.

“Airnya sudah hangat. Silakan masuk ke bak. Jika mulai kurang panas, bunyikan lonceng ini, saya akan tambah batu bakarnya,” ujar Yuegen, pegawai di Naksel Boutique Hotel and Spa, tempat saya menginap di Paro, Bhutan, akhir pekan lalu. 

Di pinggir bak kayu ada lilin-lilin aroma yang apinya bergoyang-goyang, memberikan suasana romantis. Juga perasaan rileks. Padahal saya belum “nyemplung” ke bak itu.

Setelah membuka baju, pelan-pelan saya memasukkan kaki ke bak. Hangat.  Pelan-pelan seluruh tubuh saya rebahkan dalam bak, nyaris dalam posisi tertidur dengan kepala yang masih menyembul di atas air dan rendaman daun kering.

Mata saya pejamkan. Menikmati hot stone bath yang disediakan sebagai fasilitas gratis bagi tamu yang tergabung dalam rombongan Type A Retreat yang diorganisir Triip.me. Selama 45 menit saya meminta dua kali tambahan batu bakar ketika air di bak mulai mendingin. Suhu udara di luar malam itu sekitar 3 derajat Celsius.

Hot stone bath yang membuat badan serta pikiran rileks. Foto oleh Uni Lubis/Rappler.

Entah karena suasana rileks, air yang hangat, juga efek pijat aroma yang saya lakukan sebelum mandi batu bakar. Yang jelas rendaman air batu bakar itu membuat saya merasa segar. Otot-otot yang kaku karena udara dan kegiatan naik-turun bukit, naik-turun tangga yang ada di semua bangunan di Bhutan, menjadi lemas. I feel fresh. Malam itu saya tidur nyenyak dan merasa siap untuk mendaki Tiger’s Nest, kuil paling sakral di Bhutan.

Hot stone bath, atau mandi batu bakar adalah salah satu kegiatan yang wajib dilakukan jika berkunjung ke Bhutan. Ini tradisi lokal. Batu diambil dari sungai dan resor hotel biasanya menyediakan fasilitas ini. Tapi Anda juga bisa melakukannya di rumah-rumah penduduk lokal di Paro, kota yang menjadi gerbang masuk ke Bhutan. Karena di sinilah lokasi bandara internasional negeri berpenduduk 700 ribu jiwa itu.

Shari Farm House adalah salah satu rumah petani yang saya kunjungi di bagian barat Paro. Rombongan kami diterima oleh Tshering, putri tertua keluarga pemilik rumah.  Di komplek rumah ada lahan sawah padi, gandum, peternakan, rumah dengan bentuk luar dan dalam khas tradisional Bhutan dan fasilitas mandi dengan batu bakar.  Ada dua bak terbuat dari kayu, masing-masing sepanjang 1 meter dengan lebar 70 cm.  Bak tanpa polesan dan nampak sudah kusam karena sering digunakan.

Kerabat Tshering, dua orang perempuan yang tinggal di rumah pertanian itu, membakar batu-batu hingga membara.  Di halaman tumbuh tanaman marijuana yang mereka gunakan untuk bumbu memasak. Proses mandi batu bakar di sini sama dengan yang saya alami di hotel. Suasananya yang berbeda. Lebih lokal. Kamar tempat bak mandi pun hanya ditutup dengan selembar tirai kain. 

Mungkin karena situasinya yang serba terbatas itu, jauh dari privasi, turis yang biasanya yang melakukan mandi batu bakar di rumah penduduk adalah para pria.  Tidak telanjang tentunya, tetap menggunakan celana pendek. Sensasinya sama.  Maknyess. Mandi yang bikin bahagia.  -Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!