Belajar mencintai sungai dari warga paling bahagia

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Belajar mencintai sungai dari warga paling bahagia
Menjaga sungai bersih dari sampah adalah hal kecil yang bisa dilakukan setiap warga di Bhutan, karena sungai memberi kehidupan

 

THIMPHU, Bhutan – Sambil menikmati makan siang ala piknik di tepian sungai Thimphu, pekan lalu (23/2/2017), saya mengagumi air yang bening yang mengalir di sela-sela batu-batu.  Suhu cuaca sekitar 6 derajat celcius di akhir musim dingin di Bhutan, negeri kecil berpeduduk 700 ribu orang di kawasan pegunungan Himalaya.  Pengelola perjalanan wisata yang menyediakan makan siang bagi kami, peserta tur, merendam belasan kaleng minuman di air yang membuat kita menggigil kala menyentuhnya. Tak perlu lemari es. Minuman dingin tersedia.

Dua hari kemudian lagi-lagi menikmati kesejukan dari Punakha Chhu, atau sungai Punakha yang mengalir melewati sisi Punakha Dzhong, istana lama Raja Bhutan dari dinasti Wangchuk. Bhutan saat ini dipimpin oleh Raja ke-5, Jigme Khesar Namgyel Wangchuck. Dari atas jembatan kuno yang menghubungkan pelataran parkir dengan gerbang utama Istana Punakha saya melihat ribuan ikan berenang gembira di air yang bening. “Kami menyebutnya, ikan bahagia. Happy Fish,” kata Dorji, pemandu wisata yang mengantar saya dan teman satu grup perjalanan ke salah satu negeri paling bahagia sedunia.  

Jenis ikan yang berenang bahagia di sungai-sungai di Bhutan antaralain adalah Rainbow Trout. Ikan-ikan ini berkembang biak dengan baik karena sungai yang bersih. “Menjaga sungai adalah bagian dari melindungi lingkungan hidup yang menjadi salah satu dari empat piliran Gross National Happiness yang menjadi panduan pembangunan di Bhutan,” kata Tshering Dorji, seorang kepala sekolah menengah di Thimphu yang kami temui saat makan malam dengan warga setempat.  Jangan heran, di Bhutan nama Tshering dan Dorji adalah nama yang umum.

Gross National Happiness, membuat negeri dengan luas kurang dari 40 kilometer persegi ini terkenal dan mengundang keingintahuan warga dunia. Bagaimana sih hidup di negeri yang disebut paling bahagia sedunia? Melihat langsung ke sini, saya merasakannya, antara lain dengan menikmati alam, termasuk sungai.

Ada empat sistem sungai di Bhutan yang mengalir dari pegunungan di kawasan utara, semuanya bermuara ke sungai Bramayudha di India. Sungai-sungai ini tidak hanya menjadi penyejuk mata dan hati, tetapi juga menghasilkan Penerimaan ekonomi paling besar bagi Bhutan, dalam bentuk listrik tenaga air. Tidak heran jika warga Bhutan menjaga betul sungainya, karena dari sungai lah salah satu penopang kehidupan warga Bhutan. “Alam memberikan manfaat bagi kehidupan.  GNH membuat kami makin fokus dalam merawatnya, sebagai cara membangun Bhutan. Cukup adalah cukup, itu prinsip yang membuat hidup lebih bahagia,” kata Kinzang Lhendhup, asisten profesor di Universitas Kerajaan Bhutan.

Pekan lalu Indonesia memperingati Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada 21 Februari 2017. Saya mengikuti kunjungan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Walikota Banjarmasin Ibnu Sina mendeklarasikan Banjarmasin yang punya 100-an sungai sebagai kota sungai terbersih di Indonesia. Sungai Martapura di tengah kota lumayan bersih, dan saya sepakat kita harus menjaganya. “Ikan-ikan yang tadinya tidak bisa hidup kini mulai hidup,” kata Ibnu Sina.  Menteri Siti mengatakan menjaga sungai dan laut dari sampah menjadi prioritas mulai tahun ini.

(Baca: Menteri LHK Siti Nurbaya: Indonesia berkomitmen membersihkan laut dari sampah)

Ketika saya mengirim foto sungai yang bersih di Bhutan ke sebuah grup Whatsapp, ada komentar, “Jelas saja mudah. Negeri kecil, penduduk sedikit.  Monarki pula.” Ada benarnya. Tetapi kalau Banjarmasin dan kota/kabupaten lain bisa memulai menjaga sungainya, warga pula yang bisa memetik manfaatnya.  Berada di Bhutan, saya justru kian mensyukuri berkah alam yang lengkap, yang kita miliki di Indonesia.  Bagaimana kita bisa menjaganya, dan membuat alam menjadi sumber bahagia bagi warganya, itu pekerjaan rumah bagi kita semua.  Kita punya potensi menjadi negeri paling bahagia – Rappler.com

   

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!