Kabinet Jokowi untuk menjaga harmoni

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kabinet Jokowi untuk menjaga harmoni

AFP

Jokowi harus berhati-hati dalam memilih calon menteri untuk mengisi kabinetnya demi menjaga harmoni keutuhan negeri.

Presiden Amerika Serikat Barrack Obama dianggap orang banyak terinspirasi oleh Presiden terdahulu Abraham Lincoln. Keduanya dikenang dalam sejarah politik Amerika Serikat sebagai orator ulung. Menurut Harold Holzer, penulis 31 buku tentang Lincoln, Obama berhasil memanfaatkan gaya dan cara pidato ala Lincoln sehingga sukses mendulang suara saat pertama kali ikut pemilihan presiden AS tahun 2008. Tidak cukup meniru gaya dan mengutip ucapan Lincoln, Obama juga memilih untuk mengumumkan pencalonan dirinya sebagai presiden di depan Illinois Statehouse. Di tempat ini pada tahun 1858 Lincoln memperingatkan AS soal bahaya “rumah yang terbelah”.

“‘A house divided against itself cannot stand.’ I believe this government cannot endure, permanently half slave and half free. I do not expect the Union to be dissolved — I do not expect the house to fall — but I do expect it will cease to be divided. It will become all one thing or all the other.”

Pidato Lincoln yang mengingatkan bahwa perbudakan harus diakhiri di Negeri Paman Sam itu, secara lengkap dapat dibaca di sini

“Pencalonan Obama seolah membantu menyembuhkan luka lama dalam sejarah AS,” kata Holzer dalam wawancara dengan Majalah Forbes. Buku terbaru Holzer berjudul “Lincoln President-Elect; Abraham Lincoln and the Great Secession Winter 1860-61”.

Kekaguman Obama pada Lincoln tidak berhenti di soal pidato. Dia juga meniru pola Lincoln dalam membangun komposisi kabinet. Lincoln dikenal mengangkat ‘team of rivals’ atau tim para pesaing sebagai anggota kabinetnya. 

“Bedanya dengan Obama, tim kabinet pesaing Lincoln sebenarnya tidak benar-benar bersaing,” kata Holzer. Pesaing di sini artinya nama mereka pernah dimasukkan sebagai kandidat dalam Konvensi Partai Republik tahun 1860. 

“Mereka tidak pernah berdebat atau saling serang dengan Lincoln,” papar Holzer. Obama juga membentuk kabinet dari tim pesaing dalam tubuh Partai Demokrat. Mulai dari wakil presidennya Joe Biden hingga mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton yang pernah menjadi pesaing, lawan debat dan saling serang dalam proses memenangi konvensi Partai Demokrat.

Faktanya, dalam politik di AS abad ke-19, memilih tokoh partai politik sebagai anggota kabinet saat kandidat memenangi pemilihan umum adalah praktik yang wajar. Obama mengikuti tradisi itu, dengan percaya diri yang lebih besar ketimbang Lincoln. Soalnya, orang seperti Hillary Clinton yang menjadi pesaing terberatnya bisa saja meninggalkan kabinet di tengah jalan dan memilih melawan Obama saat pemilihan presiden berikutnya. Hillary Clinton memilih untuk tetap mendukung Obama di pencalonan kembali, namun memilih untuk tidak berada di kabinet periode kedua. Dia menunggu untuk berlaga mewakili partai di pemilihan presiden berikutnya. 

Ketika berkesempatan berdiskusi dengan Tim Transisi Jokowi baru-baru ini, saya mendapat kesan bahwa Jokowi, yang sudah empat hari bertugas sebagai Presiden, cenderung memilih anggota kabinet dengan ‘ideologi’ sama. 

“Ini salah satu arahan dari Pak Jokowi, selain soal kapabilitas dan profesionalisme, juga integritas,” tutur Rini Mariani Soemarno, Ketua Tim Transisi. 

Yang dimaksud ‘ideologi’ di sini, antara lain dalam proses politik menuju kursi presiden, tidak dalam posisi “berseberangan”. 

Menurut saya, ini kriteria yang wajar. Apalagi Jokowi didukung banyak tim relawan. Belum lagi dengan dukungan parpol.

Masalahnya, sejumlah pertarungan politik di parlemen yang gagal dimenangi koalisi yang mendukung Jokowi, membuat mantan Walikota Solo ini harus berpikir realistis. 

Terbuka peluang menjalankan akomodasi politik, termasuk memasukkan calon dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih, yang dalam pemilu presiden mendukung Prabowo Subianto. Jokowi punya waktu 14 hari setelah pelantikannya untuk menyusun kabinetnya.

Setelah “drama” pengumuman kabinet yang batal Rabu (22/10) malam, maka Kamis (23/10) Jokowi meneruskan proses meminang calon menteri. Sejumlah orang dipanggil ke Istana.  

Pentolan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) diundang makan siang bersama Jokowi dan JK di Istana Merdeka. Lokasinya di ruang makan khusus. Yang hadir dari PKB adalah Ketua DPP PKB Marwan Jafar, Sekretaris Jendral DPP PKB Imam Nachrowi, Hanif Dakhiri dan Rektor Universitas Diponegoro, Mohammad Nasir. 

Sebelum menjadi rektor, Nasir adalah Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di universitas yang berlokasi di Semarang itu. “Pak Nasir itu ahli anggaran dan akuntansi,” kata Marwan.

Jokowi sempat menanyai keempat tamunya berbagai hal ringan, termasuk di mana kuliah dan apa pengalaman kerja. “Kami makan di ruangan khusus. Suasananya sangat santai dan kekeluargaan. Menunya macam-macam. Ada ayam goreng, ada ikan. Pokoknya enak,” ujar Marwan Jafar saat saya hubungi Kamis malam. 

Bagi Marwan yang sepanjang periode kampanye hampir selalu menemani Jokowi, komunikasi selama ini sangat lancar. “Pak Jokowi paham aspirasi kami yang sejak awal mendukung beliau,” kata Marwan. 

PKB, kata Marwan, mengajukan usulan empat nama untuk duduk di kabinet Jokowi-JK. “Tiga dari kader murni dalam artian dari kalangan pengurus PKB. Satu profesional,” ujarnya. Apakah profesional yang dimaksud adalah Rektor Undip? Marwan hanya tertawa. 

Kamis malam, Jokowi dan JK melakukan simulasi dan finalisasi atas kabinetnya. Posisi Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi nampaknya akan diberikan ke Rektor Undip itu. 

Tamu Jokowi yang lain adalah pengusaha penerbangan di kawasan perintis dan antarpulau, Susi Pudjiastuti. Dia dan perusahaannya, Susi Air, menjadi buah bibir dan perhatian media saat bencana gempa dan tsunami di Aceh, 26 Desember 2004. 

Saat itu dia berani menerbangkan pesawatnya mendarat di Banda Aceh, hari kelima setelah bencana. Padahal bandara rusak parah dan pesawat komersil belum diizinkan mendarat. Bisnis Susi Air berkembang pesat, mengoperasikan 49 pesawat tahun ini, dan akan menambah 10 pesawat lagi. 

Susi dikenal juga sebagai eksportir produk laut, terutama udang. Menjadi eksportir produk laut adalah bisnisnya yang pertama, berbasis di Pangandaran, Jawa Barat. Setelah tsunami di Aceh, bisnis pengolahan produk laut Susi juga dibuka di Pulau Simeuleu, Nangroe Aceh Darussalam, dan sejumlah tempat lain. Ketika ditanyai oleh wartawan usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Merdeka hari Kamis, Susi mengaku diajak diskusi soal penerbangan, perikanan, dan pariwisata. Melihat latar belakang kompetensinya, kuat dugaan Susi akan menduduki posisi menteri perikanan dan maritim. Susi yang punya jejaring luas ini juga sangat dekat dengan Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri.

Sosok lain yang diundang bertemu Jokowi hari Kamis adalah Ferry Mursyidan Baldan dan Enggartiasto Lukita. Keduanya adalah pengurus teras Partai Nasional Demokrat. Ferry dan Enggar adalah pengurus dan tokoh penting di Partai Golkar sebelum bergabung ke Partai NasDem, yang sudah pasti mempunyai jatah menteri di kabinet Jokowi. 

Nasdem adalah parpol kedua yang mendukung Jokowi sebagai calon presiden, setelah PDI-P. Beredar kabar bahwa Ferry akan dipasang di Kementerian Agraria, sementara Enggar yang dikenal sebagai pengusaha bidang properti dan mantan Ketua Umum Real Estate Indonesia, diduga akan mendapatkan porsi Menteri Perdagangan.

Kader Nasdem lainnya Siti Nurbaya, alumni Institut Pertanian Bogor yang juga sekretaris jenderal Dewan Perwakilan Daerah juga menemui Jokowi.  Dia disebut-sebut akan mengisi pos Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup atau Kementerian Reformasi Birokrasi.  

Prof. Komarudin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri, juga menemui Jokowi di Istana dan disebut sebagai kandidat untuk Kementerian Agama. Padahal dukungan publik ke Lukman Hakim Saifuddin, kader PPP yang sempat beberapa bulan menjabat Menteri Agama di era SBY cukup besar. Lukman bahkan meninggalkan kursi DPR RI 2014-2019 yang sudah diraihnya untuk konsentrasi sebagai Menteri Agama.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kabarnya akan dijabat oleh Budi Karya Sumadi, mantan direktur utama PT. Pembangunan Jaya Ancol dan CEO Jakpro. Ketika Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI, Budi dianggap sukses menangani normalisasi waduk Pluit Ria Rio. Proyek normalisasi ini salah satu yang dianggap sebagai contoh keberhasilan Jokowi di Jakarta. 

Masalahnya, media belum melihat sosok Budi Karya dipanggil bertemu Jokowi. Jokowi mengatakan bahwa pada hari pertama menjabat presiden dia mewawancarai calon menteri sampai jam 3 pagi. Tentu saja ini tergantung Jokowi. Bisa saja dia menugasi Marwan Jafar yang sebelumnya berpengalaman di Komisi V DPR RI yang membidangi infrastruktur.

Yang hampir pasti adalah posisi Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan yang akan dijabat Ketua Umum Partai Hanura, pensiunan Jendral (TNI) Wiranto. Nama Luhut Panjaitan yang sebelumnya santer untuk posisi Menko Polkam, malam ini bergeser ke Kepala Staf Kepresidenan. Posisi ini yang sebelumnya juga santer akan diberikan ke Rini Soemarno yang kemungkinan akan menduduki posisi Menteri BUMN. 

Sedangkan posisi Menteri Koordinator Perekonomian makin kuat bakal dijabat oleh Sofyan Djalil, orang dekat Wapres JK. Sofyan pernah menjabat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara dan Menteri Komunikasi dan Informasi. Dalam posisi saya sebagai ketua harian Asosiasi Televisi Swasta Indonesia, saya banyak berhubungan dengan Sofyan Djalil sebagai Menkominfo. Dia dikenal sebagai sosok yang punya integritas tinggi.

Belum cukup selentingan yang beredar? Bagaimana dengan kader PDI-P, partai utama pengusung Jokowi? Pramono Anung diperkirakan menduduki kursi Menteri Sekretaris Negara. Posisi yang tepat untuk politisi berpengalaman dan selalu tampil kalem. Dia bisa menjembatani komunikasi dengan DPR. 

Tjahjo Kumolo, sekretaris jendral PDI-P diplot sebagai Menteri Dalam Negeri. Anies Baswedan salah satu Deputi Tim Transisi disebut akan menduduki kursi Sekretaris Kabinet. 

Menteri ESDM?  Nama direktur utama PT Perusahaan Gas Negara Hendi Prio muncul.  

Menteri Pariwisata? Ada nama direktur utama PT Telkom, Arief Yahya.  

Menkominfo? Dua kandidat kuat yakni Direktur Utama Radio Republik Indonesia Niken Widyastuti dan mantan eksekutif Excelcomindo Rudiantara.

Dan, tebak buah manggis masih berlangsung. Nama. Posisi. Sampai saat terakhir bisa berubah. As always.

Saya ingat, di periode terakhir presiden Soeharto saya mendapatkan susunan kabinet lengkap dari teman dekat Mbak Tutut Hardijanti Rukmana, putri sulung Pak Harto, beberapa hari sebelum diumumkan. Hasilnya sama persis. Nampaknya itu satu-satunya daftar pasti yang pernah ada. Masuk ke era Reformasi, kekuatan politik dan pusat kekuasaan menyebar. Akomodasi politik menjadi pola lumrah. Kabinet pelangi. 

Saya terngiang kata-kata Jusuf Kalla soal pentingnya “menjaga harmoni”. Ini tantangan berat yang tengah dihadapi Jokowi dalam menyusun kabinet. Menjaga harmoni dengan partai pendukung. Menjaga harmoni dengan tim yang selama ini membantu, termasuk di Tim Transisi. Menjaga harmoni dengan kekuatan potensial di parlemen. Menjaga harmoni dengan wapres Jusuf Kalla. Dan tentu saja menjaga harmoni dengan Megawati Soekarnoputri yang menjadi faktor penting dalam penentuan kabinet. Yang paling berat adalah menjaga harmoni dengan ekspektasi publik yang mengharapkan cabinet dream team.

Dengan alasan yang berbeda, dan bentuk berbeda pula karena berjarak lebih dari seratus tahun dengan Lincoln, Jokowi tengah mengupayakan agar jangan terjadi “a house divided”. —Rappler.com

Uni Lubis adalah mantan chief editor news and current affairs di ANTV. Follow Twitter-nya @unilubis

Artikel ini sebelumnya diterbitkan di blog pribadinya di unilubis.com.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!