Muhammadiyah: Charlie Hebdo ujian kesabaran umat Muslim

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Muhammadiyah: Charlie Hebdo ujian kesabaran umat Muslim

EPA

Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’thi mengatakan bahwa Muslim di Indonesia jangan terpancing provokasi yang kembali dilakukan oleh Charlie Hebdo.

JAKARTA, Indonesia — Tabloid Charlie Hebdo yang pekan lalu diserang sekelompok ekstremis karena menerbitkan kartun Nabi Muhammad, kembali memproduksi edisi terbaru, yang dicetak pada 14 Januari 2015. 

Sampul depan edisi terbaru tabloid itu menggambarkan Nabi Muhammad sedang memegang sebuah kertas bertuliskan “Je suis Charlie,” atau yang berarti “Saya adalah Charlie”, sebuah slogan yang digunakan pendukung Charlie Hebdo setelah pemimpin redaksi tabloid tersebut beserta sejumlah stafnya tewas ditembak di Paris, Prancis, 7 Januari lalu.

Isu ini mempolarisasi dua kubu antara pendukung kebebesan berekspresi dan umat Islam yang merasa terprovokasi. Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’thi mengatakan bahwa Muslim di Indonesia jangan terpancing provokasi yang kembali dilakukan oleh Charlie Hebdo. 

“Lebih baik umat Islam memandang persoalan ini sebagai ujian kesabaran,” kata Abdul Mu’thi seperti yang dikutip oleh Republika, Selasa (13/1). 

Ia menambahkan bahwa umat Muslim tak seharusnya bertindak sejauh itu untuk menunjukkan ketidaksukaannya kepada Charlie Hebdo, karena tabloid tersebut bukan hanya menghina Islam, tapi juga pernah mengejek agama lain.  

Abdul Mu’thi melanjutkan bahwa Charlie Hebdo, yang akan mencetak tiga juta eksemplar edisi terbaru ini, tak harus ditanggapi dengan tindakan radikal. Oplah Charlie Hebdo umumnya berkisar sekitar 60.000. 

“Penerbitan melebihi oplah yang biasanya itu bisa dimaknai sebagai upaya untuk memancing emosi umat Islam,” ujarnya.  

Ia menyayangkan sikap redaksi Charlie Hebdo yang bertindak semakin berani setelah tragedi berdarah itu. “Meskipun pemerintah Prancis tidak bisa melarang mereka, tetapi seharusnya juga tidak tinggal diam. Harus ada komunikasi dengan negara-negara lain, khususnya negara Islam, supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” lanjutnya.

Sebelumnya Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengutuk peristiwa berdarah itu, namun ia mengingatkan seluruh pihak bahwa kebebasan berekspresi harus dilakukan dengan saling menghormati.

“Saat kejadian, langsung atas nama pemerintah mengutuk keras, mengecam keras kekerasan semacam itu dengan dalih apa pun juga,” kata Jokowi, Senin (12/1), seperti yang diungkap Kompas.com

Ia berpendapat bahwa dengan kebebasan, ada tanggung jawab yang harus dipenuhi, salah satunya dengan saling menghormati terhadap sesama. 

“Marilah kita saling menghormati dan saling menjaga,” ujarnya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!