Hati-hati Mabuk Kopi Durian di Luwu

Anton Muhajir

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Hati-hati Mabuk Kopi Durian di Luwu

Anton Muhajir

Hati-hati minum kopi durian saat bertamu di rumah warga Luwu, Sulawesi Selatan. Anda mungkin bisa mabuk jika mengabiskannya meskipun hanya satu cangkir.

 

MASAMBA, Indonesia – Luwu Utara memiliki minuman khas yang belum pernah saya temukan di tempat mana pun, kopi durian. Minuman campuran dan durian ini disuguhkan tuan rumah, Ismail Laenre ketika saya berkunjung ke rumahnya akhir Februari lalu.

Luwu Utara merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Perjalanan ke sisi timur Pulau Sulawesi ini sekitar 9 jam dengan mobil dari Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan.

Begitu tiba di rumah Ismail, petani di Desa Kalotok, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, kami langsung disuguhi masing-masing secangkir kopi. Berbeda dengan kopi lainnya yang hitam pekat, kopi yang disuguhkan kali ini dengan warna sedikit kuning. Aromanya pun agak wangi, campuran aroma kopi dan durian.

“Namanya kopi dandun, khas sini,” kata Jusman, Kepala Desa yang turut menemui kami di beranda rumah Ismail.

“Kenapa disebut kopi dangdut?” tanya saya.

“Bukan kopi dangdut tapi kopi dandu. Singkatan dari kopi dan durian,” jawab Jusman yang juga petani.

Oalah. Ternyata saya salah dengar. Semula saya pikir namanya kopi dangdut, merujuk pada salah satu lagu populer pada 1980-an. Ternyata kopi dandu dari kata kopi dan durian.

Seperti namanya, kopi dandu memang disajikan dengan campuran daging durian. Menurut Ismail, kopi dandu memang termasuk hal baru di Luwu. Baru sekitar dua tahun populer di sini. 

Bapak delapan anak itu bercerita, kopi dandu bermula dari kebiasaan warga Luwu ketika berjaga di kebun menunggu durian jatuh. Agar tetap terjaga, mereka minum kopi. Karena ada durian juga, mereka iseng mencampurnya. “Ternyata enak juga,” kata Ismail lalu tertawa.

Sejak itulah, kopi dandu menjadi minuman baru ala warga Luwu. Dari kebun, kebiasaan minum kopi bercampur daging durian itu dibawa ke rumah. Tak hanya untuk minum mereka sehari-hari tapi juga suguhan bagi tamu.

Hati-hati

Durian montong terkenal di Luwu. Foto oleh Anton Muhajir/Rappler

Cara menyeduh kopi dandu tak jauh beda seperti kopi umumnya. Kopi bubuk diseduh dengan air panas yang telah mendidih. Satu sendok daging durian kemudian dimasukkan ke kopi dan diaduk hingga rata. Kopi bercampur daging durian dibiarkan sekitar satu menit hingga ampas kopi dan daging duriannya mengendap. Kopi dandu pun siap dinikmati.

Sebagai penikmat kopi amatir, menurut saya, kopi dandu memang berbeda rasanya. Unik karena memang belum pernah saya temukan di tempat lain. Rasa kopi yang pahit terasa berbeda ketika bertemu dengan harum aroma durian dan sedikit dagingnya yang tertinggal di gelas. Nikmat.

Namun, Anda mesti waspada ketika menikmati kopi dandu. Dua teman saya, Syarifudin dan Ipul Gasing, mengaku pusing setelah minum beberapa teguk kopi dandu.

“Kepala langsung pusing. Keringat langsung keluar,” kata Ipul, teman blogger di Makassar. Syarif, teman lain, sudah terlihat merah mukanya. Dia mengaku pusing juga.

Keduanya pun hanya minum setengah gelas kopi dandu. 

Menurut beberapa literatur, terlalu banyak makan durian memang membuat suhu tubuh lebih panas. Hal ini karena tingginya kadar kalor pada daging durian. Namun, ini hanya berlaku pada beberapa orang dengan kadar gula tubuh terlalu tinggi.

Saya sendiri merasa baik-baik saja. Saya tidak merasa pusing atau suhu badan yang lebih panas. Karena itu dengan tulus ikhlas saya menghabiskan satu cangkir kopi dandu ala Luwu.

Pusat Durian

Sajian Durian dan kopi di Luwu. Foto oleh Anton Muhajir/Rappler

Hadirnya menu unik kopi dandu ala Luwu termasuk hal baru. Dia menjadi salah satu diversifikasi pengolahan durian di pusat produksi durian itu.

Bersama dua kabupaten lain, Luwu dan Luwu Timur, Luwu Utara terkenal sebagai pusat durian. Ketiganya dulu masuk satu kabupaten, Luwu. Sekarang mereka terkenal dengan sebutan kawasan Luwu Raya.

Daerah ini terkenal sebagai pusat durian. Begitu masuk Kabupaten Luwu setelah melewati Kabupaten Wajo, kami langsung disambut deretan penjual durian di kanan kiri jalan utama Trans Sulawesi itu. “Kalau sudah musim durian, di sini pasti penuh pedagang durian dadakan,” kata Mustofa, sopir yang mengantar kami.

Harga durian sebesar bola sepak itu rata-rata Rp 15.000 satu ikat dengan tiga biji durian. Murah meriah.

Salah satu jenis durian paling terkenal adalah durian montong yang oleh warga lokal disebut durian otong. Durian ini besarnya sekitar empat kali lipat durian biasa. Harga per biji bisa sampai Rp 100.000 hingga Rp 150.000.

Selain berukuran besar, daging durian ini juga legit dan manis. Aromya justru tak terlalu menyengat seperti durian pada umumnya. Durian otong menjadi andalan petani di Luwu.

Husni Lamarewa, petani di Masamba, misalnya, mengatakan punya 10 hektar lahan di mana 2 hektar di antaranya adalah kebun durian otong. Dalam 2 hektar lahan terdapat sekitar 1.000 pohon durian. Tiap kali panen, dia bisa mendapat minimal Rp 50 juta. Itu hanya satu kali panen. Padahal mereka bisa panen sampai empat kali dalam sebulan ketika musim durian seperti saat ini.

Dari Luwu, durian otong maupun jenis lainnya dijual ke daerah lain, terutama di Makassar. Meskipun demikian, belum ada satu pun warung di Makassar yang menjual kopi dandu layaknya di Luwu.

Jadi, untuk saat ini, kalau Anda mau mabuk karena kopi dandu, nikmatilah langsung di pusatnya, Luwu. —Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!