5 kuliner dengan nama unik di Bandung

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 kuliner dengan nama unik di Bandung
Dari yang nyeleneh sampai yang provokatif.

BANDUNG, Indonesia — Tak dipungkiri lagi, kota Bandung telah menjelma sebagai surga kuliner. Beragam makanan ada di kota yang berpenduduk 2,5 juta jiwa ini. Si Paris van Java ini pun menjadi tujuan turis untuk berwisata kuliner.

Di sisi lain, persaingan bisnis kuliner di Bandung berjalan sangat ketat. Para pengusaha harus kreatif agar dagangannya dilirik konsumen. Salah satu strategi yang dilakukan praktisi kuliner ini adalah menamai dagangan mereka dengan nama yang unik, aneh, dan nyeleneh. Apa saja?

Nasi Goreng Jablay

Pernah dengar lagu yang dinyanyikan Titi Kamal berjudul Jablay atau Jarang Dibelai? Lagu yang menjadi soundtrack film Mendadak Dangdut ini menjadi hits dan mempopulerkan istilah “jablay”. Kata itu berkonotasi negatif yang mengandung arti seorang perempuan yang jarang dibelai, bahkan juga merujuk ke sebutan wanita tuna susila.

Namun pasangan suami-istri Harry Santosa dan Novi Indriyani Wiratmaja nekat memberi nama produk nasi goreng mereka dengan sebutan jablay. 

“Memang nyeleneh yah, pakai nama jablay untuk produk nasi goreng kita. Tapi itu maksudnya kuliner yang menarik untuk disantap di malam hari, bukan berarti negatif,” kata Novi kepada Rappler. 

“Jablay ini juga kami maksudkan ke indra perasa yang jarang dibelai. Dengan nasi goreng ini, kami belai indra perasa orang yang jarang dibelai oleh makanan yang lain,” timpal Harry.

Mantap dengan nama jablay, Novi dan Harry membuka rumah makan Nasgor Jablay yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta 723, Bandung, pada September 2014. Resto yang buka dari pukul 15:00 hingga 23:00 WIB ini menyediakan beragam menu nasi goreng. 

Namanya pun tak kalah unik. Ada yang diberi nama Hejo Ka Duit, nasi goreng yang dicampur sambal hijau dan ikan teri. Nasgor Jablay dalam selimut, yaitu nasi goreng yang dicampur udang dan keju mozzarella serta dibungkus kulit lumpia yang crunchy. Juga ada Nasgor Minion, nasi goreng dengan racikan bumbu kunyit berwarna kuning persis tokoh Minion dalam film Despicable Me

Masih ada lagi varian rasa lainnya, yakni Nasgor Jablay Udik, Nasgor Jablay Italy, Nasgor Jablay Black and White, Nasgor Jablay Oriental, dan Nasgor Jablay Green Tea. Harga nasi goreng berkisar antara Rp 14 ribu hingga Rp 25 ribu per porsi.

Yang menariknya lagi, aneka menu nasi goreng itu bisa dipesan dengan level kepedasan yang berbeda dengan nama yang bisa bikin kita tersenyum. Mulai dari level kepedasan Perawan Tingting (tidak pedas), Menggoda (sedang), Menggairahkan (pedas), Menghangatkan (pedas sekali), dan Memuaskan (sangat pedas sekali). 

“Semua bumbu kami racik sendiri. Bumbu tradisional, alami, tanpa pewarna buatan,” kata Novi.

Untuk menambah cita rasa dan aroma nasi goreng, proses membuat nasi goreng menggunakan teknik flaming, yakni teknik memasak dengan api di atas penggorengan.

“Selain menambah nikmat rasa nasi gorengnya, juga memberikan suguhan atraksi bagi pembeli,” kata Harry.

Novi dan Harry mengakui pemberian nama yang unik dan nyeleneh adalah sebagai strategi untuk menarik pembeli. Pasutri yang telah dianugerahi satu anak ini menyadari ketatnya persaingan bisnis kuliner di Bandung. Untungnya, strategi yang mereka pilih mulai menunjukkan hasil yang memuaskan.

Alhamdulillah, pembeli antusias. Mereka penasaran juga dengan namanya. Setiap datang cengar cengir dulu apalagi lihat nama dan levelnya, karena namanya kan berkonotasi negatif. Ada yang bilang, kok berani banget pakai nama itu” ungkap Novi.
“Tapi nama yang unik ini kita barengi dengan kualitas yang mumpuni juga,” imbuh Harry.

Selain memilih nama yang unik, Novi dan Harry juga gencar mempromosikan produknya di social media dan mengikuti berbagai event kuliner. Belum setahun buka usaha, pasangan berusia 28 tahun itu berhasil membuka dua cabang di Bandung.

“Tapi kami akan terus kembangkan. Kami akan terus berinovasi,  kalau nggak ada inovasi kita stuck di sini aja, orang akan bosan. Sebulan dua bulan, kami keluarin menu baru,” ujar Harry.

Sambal Janda Mengamuk

Salah satu rumah makan Sambel Janda Mengamuk di Jalan Buah Batu Bandung. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Mendengar nama kuliner ini pastinya akan bikin kita tersenyum sekaligus mengerutkan dahi. Apa makna di balik nama Sambal Janda Mengamuk ini?

Ternyata ada kisah di balik nama Sambal Janda Mengamuk. bahkan nama itu mengandung pesan kesetaraan gender.

“Konon Sambal Janda Mengamuk dibuat pertama kali oleh seorang janda, yang tersinggung ketika seorang lelaki yang hendak meminangnya, menguji dia membuat sambal. Tak satupun sambal olahannya menarik minat sang lelaki. Bahkan, lantaran dianggap tak pandai membuat sambal yang pas bagi sang lelaki, ekspresi cintanya ditolak begitu saja,” tutur Tubagus Fauzi Yunandar, pemilik Sambal Janda Mengamuk.

Karena cinta ditolak, sang janda lalu balik menguji para lelaki yang ingin menyuntingnya dengan membuat sambal sesuka hati yang resepnya mengikuti gerak irama hati. Cabe rawit segar paling pedas, lada, jahe, sedikit daun kayu putih, sedikit daun kemangi, bawang merah segar, dan sedikit tomat mengkal, diolah jadi satu hingga halus. Untuk penajam rasa, diberi garam dan belimbing sayur yang cukup. 

Hasilnya? Tak satupun lelaki yang datang meminang pantas jadi pemenangnya.

”Sambal Janda Mengamuk seolah menjadi pernyataan perempuan untuk mendudukkan konstelasi sosialnya sebagai subyek. Artinya, perempuan berhak menentukan kategori dan kriterium yang harus dipenuhi oleh lelaki untuk menyandang kedudukan sebagai suami. Perempuan sebagai subyek memang berhak menentukan kategori dan kriterium itu. Paling tidak, agar hubungan suami–istri terbebas dari dominansi. Hak asasi dan kewajiban asasi suami istri, tidak boleh bias jender,” ujar Fauzi.
Dengan filosofi yang dikandungnya, Sambal Janda Mengamuk berhasil menarik hati pembelinya. Fauzi mengaku telah memiliki tiga cabang Sambal Janda Mengamuk di Kota Bandung. Salah satunya di Jalan Buah Batu nomor 88, Bandung.

Sambal Janda Mengamuk yang dijual per paketnya bersama ayam goreng, nasi, tahu tempe, dan lalapan dibandrol dengan harga paling murah Rp 18 ribu. Setiap harinya bisa menjual hingga 15 paket.

“Banyak yang suka. Kadang-kadang kalau nggak ada sambalnya, nggak jadi beli,” kata Ai, seorang pelayan di rumah makan tersebut.

Sambal Janda Mengamuk buka mulai pukul 09:00 hingga 17:30. 

Nasi Liwet Borokosono dan Ayam Goreng Kalanyay

Nasi Liwet Pepes Ikan Patin Borokosono dan Ayam Goreng Kalanyay. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Banyak yang asing dengan kata “Borokosono” dan tentunya bertanya-tanya arti kata tersebut.  Borokosono ternyata nama sebuah tempat di KabupatenTasikmalaya, Jawa Barat. 

“Jadi di tempat itu ada kebiasaan warga yang disebut ‘Ngaborokosono’, yang artinya memasak dengan mencampur semua bumbu. Biasanya yang dimasak ikan patin dengan cara dipepes,” kata Yedi Supriadi, pemilik Kedai Lezit.

Resep itu kemudian dijadikan Yedi sebagai menu andalan di kedainya dengan nama Nasi Liwet Pepes Ikan Patin Borokosono. Banyak yang memesan menu tersebut karena penasaran dengan nama Borokosono. Rasanya juga lezat karena racikan bumbu rempah yang pas dengan selera orang Indonesia. Apalagi dengan tambahan nasi liwet yang dicampur dengan ikan teri dan kacang tanah. Nikmat dan mengenyangkan. Makanan ini dijual Rp 25 ribu per paketnya.

Adapula menu Ayam Goreng Kalanyay yang namanya juga terdengar asing. Seperti Borokosono, Kalayay merupakan nama sebuah wilayah di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Warga di wilayah tersebut memiliki kebiasaan menggoreng ayam kampung dengan bumbu Kalayay setiap acara Rajaban, Maulid Nabi Muhammad SAW, atau acara-acara penting lainnya. 

“Bumbunya memang khas. Kalau ayam goreng lain biasanya memakai taburan kelapa atau yang disebut serundeng, kalau ayam Kalayay taburannya pakai bumbu lengkuas, jadi lebih gurih,” ujar Yedi.

Ayam gorengnya pun terasa lebih gurih dan empuk dengan bumbu yang terasa hingga ke tulang. Satu porsi Nasil Liwet Ayam Goreng Kalanyay ini dibandrol Rp 27 ribu.

Kedai Lezit terletak di Warung Tjimanoek Jalan Cimanuk 5A Kota Bandung, buka mulai pukul 10:00 hingga 22:00. 

Larva

Dessert cake Larva disajikan dalam wadah yang berbentuk pot lengkap dengan garnish buah strawberry dan daun mint dilengkapi sirup jeruk yang disajikan terpisah. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Mau merasakan sensasi memakan tanah? Bagi anda yang mengaku sebagai seorang petualang kuliner, anda wajib mencoba Larva, menu andalan Big Bro, salah satu tenant di Warung Tjimanoek, Jalan Cimanuk 5A, Bandung. 

Makanan ini berupa dessert cake yang merupakan perpaduan dari cake, biskuit oreo, yoghurt, dan es krim. Tesktur yang menyerupai tanah adalah campuran cake berwarna hitam dan biskuit oreo yang dihancurkan. Jadi jangan takut untuk mencoba karena tanah ini bisa dipastikan rasanya manis.

Makanan penutup ini disajikan dalam wadah yang berbentuk pot lengkap dengan garnish buah strawberry dan daun mint dilengkapi sirup jeruk yang disajikan terpisah. Penampilannya seperti sebuah pot tanaman. Apalagi ada taburan permen jelly berbentuk ulat yang menjadi alasan penamaan Larva. 

Pemilihan nama Larva sendiri bisa dibilang aneh. Larva yang merupakan bentuk awal dari perkembangan hewan yang bisa berwujud ulat atau belatung itu terdengar kurang pas dipakai sebagai nama sebuah makanan. Namun Big Bro berani memilih nama ini.
“Awalnya mau dikasih nama Cacing, tapi kedengerannya lebih jijik,” ujar Tri Ispranoto, pemilik Big Bro yang juga mengaku terinspirasi nama Larva dari sebuah film kartun berjudul sama.

Tri mengatakan pemilihan nama dagang yang di luar kebiasaan memang menjadi strategi untuk memikat pembeli. Hal ini juga sebagai cara untuk bisa bersaing di bisnis kuliner.

“Jujur kehabisan konsep karena pengusaha kuliner di Bandung ini kreatif-kreatif. Jadi kita nyari yang beda aja dan juga menarik,” kata pria 24 tahun itu.

Tri yang bersama partner Andrian Salam ini memilih nama binatang untuk dagangannya. Dalam waktu dekat, ia akan mengeluarkan sebuah produk yang diberi nama Ice Butterfly. Ia berharap pilihan nama yang menarik dan bikin penasaran itu akan menarik konsumen dari anak kecil hingga dewasa muda yang menjadi target pasarnya. Apalagi warungnya dekat dengan sekolah dan tempat les. Harganya pun disesuaikan dengan kantong anak sekolah. 

Selain Larva yang dihargai Rp 18 ribu per porsinya, Big Bro juga menjual menu lainnya seperti Sushi Cherr Cheese dan minuman Rainbrow Bro yang terbuat dari saripati jeruk dicampur sparkling soda.

Big Bro buka dari pukul 10:00 hingga pukul 22:00. 

Bakmi Setan  

Bakmi Setan menggambarkan tingkat kepedasan dari bakmi tersebut. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Setan biasanya identik dengan sesuatu yang menyeramkan, jahat, atau hal-hal buruk lainnya. Namun Ristio Bagus Widodo memilih kata tersebut untuk menamai produk kulinernya, yakni Bakmi Setan. Nama itu dipilih untuk menggambarkan tingkat kepedasan dari bakmi olahannya.

“Saya lihat di Bandung ini kasih nama untuk yang pedas itu hot jeletot, mercon, atau meledak. Kalau saya kepikiran setan, karena setan kan panas, merah, berapi-api,” ujar arek-arek Suroboyo yang hijrah ke Bandung sejak 1993 ini.

Tingkat kepedasan Bakmi Setan memang luar biasa. Untuk level satu saja, Ristio memakai 5 hingga 6 buah cabe rawit domba yang diracik dengan bumbu rempah lainnya. Tak terbayang bagaimana pedasnya Bakmi Setan level 5, level yang paling pedas.  

Meski demikian, Bakmi Setan menjadi menu favorit di warung Mie Jawa Kluntung miliknya. Padahal menu itu baru dijajakan dua bulan ke belakang.

“Lumayan banyak penggemarnya, yang beli anak-anak sekolah. Harganya disesuaikan dengan kantong anak muda,” ujarnya sambil menyebutkan harga Bakmi Setan Rp 10 ribu per porsinya.
Pria berusia 43 tahun itu terdorong membuat Bakmi Setan karena melihat anak-anak muda di Bandung menyukai makanan pedas. Ia rencananya akan membuat menu baru yang diberi nama Bakmi Iblis yang berwarna hitam pedas dan Bakmi Surga berwarna hijau tak pedas.

Mie Jawa Kluntung berlokasi di Jalan Tata Surya Metro Bandung, buka mulai pukul 11:00 hingga 22:00. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!