Kapolda janji lindungi Go-jek, minta ojek biasa berinovasi

Haryo Wisanggeni

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kapolda janji lindungi Go-jek, minta ojek biasa berinovasi
Menurut Tito, baik Go-jek maupun ojek konvensional bisa berjalan berdampingan dengan membedakan pangsa pasar mereka

JAKARTA, Indonesia — Kapolda Metro Jaya yang baru Irjen Tito Karnavian mengatakan akan melindungi Gojek, serta meminta ojek biasa untuk berinovasi untuk mempertahankan pasarnya. 

“Jadi saya minta untuk tukang ojek mampu menahan diri, dan kami polisi akan melindungi siapapun juga dari aksi kekerasan atau pelanggaran hukum. Kalau ada pelanggaran hukum akan kita tindak tegas,” kata Tito seperti dikutip media, Senin, 15 Juni. 

“Rekan-rekan ojek coba buat inovasi baru agar masyarakat menggunakan jasa itu.”

Go-jek sendiri berinovasi dengan menawarkan pemesanan ojek melalui aplikasi ponsel. Bisnis yang didirikan oleh Nadiem Makarim pada 2010 ini berkembang pesat. Saat ini ada sekitar 3.000 pengemudi ojek yang tergabung di Go-jek. 

Perang Go-jek vs ojek biasa

Kisah keributan Go-jek dan pengemudi ojek biasa menjadi ramai setelah pemilik akun Path Boris Anggoro mengisahkan masalahnya dengan tukang ojek biasa belum lama ini. 

“Pesan gojek. Gak lama kemudian abangnya nelepon katanya dia disamperin 5 abang ojek yg mangkal deket kantor mau dipukulin. Abis itu dia nelepon lagi nyuruh cancel order  karena dia dikejar sampai lampu merah kuningan dan dia harus ngumpet minta tolong sama tukang dagang,” tulis Boris di akun Path-nya. 

Boris akhirnya memesan kembali Go-jek. Ketika pengemudi Go-jek yang kedua datang, dia disuruh pergi oleh tukang ojek di sekitar kantor Boris. Mereka mengancam akan merusak motor Go-jek. 

Saat dihampiri Boris, tukang ojek yang biasa mangkal di dekat kantornya langsung memarahinya. Akhirnya Boris terpaksa naik ojek biasa, membayar Rp 45 ribu untuk ke Kalibata City, sementara biasanya dia hanya membayar Rp 27 ribu untuk Go-jek. 

“Abangnya keukeuh enggak mau turun dari Rp40 ribu, alasannya macet,” kata dia.

Rebutan pasar

Kemacetan Jakarta membuat pangsa pasar ojek berkembang besar. Meski tarifnya kerap tak menentu, banyak warga Jakarta dan sekitarnya mengandalkan ojek sebagai moda transportasi sehari-hari. 

Namun, kemunculan Go-jek ini membuat jumlah pelanggan yang besar tersebut tidak lagi menjadi “rumput hijau” bagi para pengojek konvensional. 

“Langganan banyak yang kabur pakai Go-jek, dari 7 orang langganan, sekarang saya cuma pegang 3 orang. Penghasilan pun turun dari biasanya Rp 100 ribu per hari, jadi cuma Rp 50-80 ribu,” kata Yosi, seorang pengemudi ojek, seperti dikutip media

Namun demikian, menurut Tito, ojek biasa tak perlu cemas dengan peralihan pelanggan, karena menurutnya pasar justru meluas. Keberadaan Go-jek juga bisa memicu tukang ojek biasa untuk meningkatkan layanan. 

“Kalau ada ojek misalnya ada inovasi baru menggunakan cara-cara yang lebih memudahkan masyarakat misalnya melalui call, saya kira tidak masalah. Sama seperti kendaraan supir taksi, ada yang kelasnya bawah, ada yang kelasnya eksekutif, market-nya beda. Jadi yang market ojek biasa market-nya mungkin menengah ke bawah, ada juga sekarang yang ojek eksekutif market-nya di atas,” kata Tito. 

Go-jek perlu tim komunikasi

Associate lembaga pemodal MDI Venture Joshua Agusta mengatakan bahwa bisnis yang inovatif seperti Go-jek harus melibatkan komunikator yang handal. 

“Tukang ojek kan umumnya tidak akrab dengan teknologi, tentu ada resistensi,” kata Joshua. “Secara umum juga ketika model bisnis kita men-disrupt sistem yang sudah ada, risiko konflik tidak bisa dihindari. 

Joshua memberi contoh bahwa di luar negeri kehadiran startup uber juga menimbulkan konflik dengan para pengemudi taksi yang merasa kehadiran armada uber akan mengurangi pangsa pasar mereka. Kurang lebih sama dengan yang terjadi antara pengemudi Gojek dan pengemudi ojek pangkalan.

“Uber saja sampai hire David Plouffe yang mantan tim kampanye Obama,” ujar Joshua. 

Nadiem mengakui bahwa gesekan dengan tukang ojek konvensional adalah karena miskomunikasi. 

“Kita malah ingin semua ojek gabung ke network kita. Selain bisa meningkatkan penghasilan, juga akan didik untuk mengerti teknologi. Kita ingin membantu mereka,” kata Nadiem seperti dikutip Detik. — Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!