SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Pertentangan antara ojek konvensional versus layanan Go-Jek versus angkutan umum lainnya semakin memanas.
Kami mencari tahu mengapa konsumen lebih memilih menggunakan layanan Go-Jek dibandingkan kendaraan lainnya. Ini dia beberapa alasan utamanya:
1. Pelayanan yang lebih profesional
Selain menyediakan helm bagi pengendara dan penumpang (lengkap dengan masker dan penutup rambut), Go-Jek juga melengkapi supir-supirnya dengan perangkat yang menunjang pemesanan dan aktivitas lainnya.
Selain itu, ternyata tidak sembarang orang bisa jadi supir berjaket hijau, lho!
Abang Ojek langganan gue ga diterima jd gojek krn ga punya SIM & STNK. Hmm, jd ojek yg nyirikin ketauan kualitasnya 🙂
— Trinity (@TrinityTraveler) June 16, 2015
Gojek tu pada prinsipnya bikin tukang ojek lebih profesional sih menurut gua.
— Hans DaVid (@hansdavidian) June 9, 2015
2. Layanan pesan antar
Selain mengantar penumpang, konsumen juga banyak menggunakan layanan Go-Jek untuk kurir dan pemesanan makanan.
Artinya? Kita bisa pesan makanan dari manapun, termasuk dari warung sate kesukaan yang tidak punya delivery service!
Gojek Food saves a 23 y/o life with food is definitely the headline of the day.
— CAT IS WEIRD (@Tweesca) June 15, 2015
Lama2 restoran ga butuh jasa pengiriman makanan, bisa di handle semua sama abang2 gojek
— ramadhan (@fajarrusalem) June 16, 2015
3. Diskon dan harga promosi
Semua orang suka diskon. Ini yang digunakan oleh Go-Jek untuk menarik massa. Mulai dari potongan harga untuk pengguna pertama hingga promosi jelang bulan puasa.
Bahagia itu adalah pas di email sama gojek kalo mulai besok sampe awal puasa gojek 10ribu. Fix! Seminggu ini tiap hari naik gojek
— Lia Khairunnisa (@liakhairunnisa) June 7, 2015
To every first-timer gojek user, go ahead redeem my referral code there [pic] — https://t.co/0mrJ2tUvYB
— Metha Regina (@metreg) June 7, 2015
4. Tidak perlu ke pangkalan
Aplikasi Go-Jek memungkinkan pengguna untuk memesan ojek tanpa harus ke pangkalan. Mereka bisa mendapatkan ojek di manapun dan kapanpun.
Order gojek tengah malem gini dapet jg drivernya. Will arrive in 18 minutes tapi. Jd gak enak
— Hani Rosidaini (@haniwww) June 16, 2015
5. Potensi kerja paruh waktu
Bagi pengemudi, Go-Jek memberikan keleluasaan dalam bekerja. Artinya, siapapun —asal punya SIM dan STNK— bisa jadi supir ojek tanpa harus mangkal.
Hati bos mana yg tak bergetar melihat anak buah pulang kerja msh nyambi jd driver Gojek. Duluan ya, bos. Mo ngambil martabak di Pecenongan.
— JS (@josephsudiro) June 10, 2015
Nah ide bagus nih buat yg mau nambah penghasilan, karena Gojek memberikan yg lebih dari… (w/ Bagus) [pic] — https://t.co/41D6Rri4F6
— A L E E N (@hdevianti) June 17, 2015
Namun, bukan berarti Go-Jek tidak memiliki kekurangan. Kami menghimpun beberapa keluhan dari pengguna di media sosial.
1. Server aplikasi yang mengalami gangguan
Seperti aplikasi digital lainnya, server Gojek mengalami gangguan sehingga pengguna tidak bisa memesan layanan.
@gojekindonesia server lagi down kah? Pagi ini aku pesan gojek lewat app atau telpon tapi ga bisa. Buat sore ini bisa tidak?
— herning ratri (@herningg) June 17, 2015
Kesalahan teknis juga terkadang terjadi pada penggunaan Go-Jek Credit, alat pembayaran sejenis pulsa. Ada yang mengeluh kreditnya terpakai, namun layanan tidak datang, ada pula supir yang kebingungan karena tidak paham sistem ini. Entah ini kesalahan teknis atau akal-akalan supir, masalah credit cukup menjadi sorotan pengguna layanan Go-Jek.
Gojek yg saya pesan pagi ini. ga dapet layanannya tp credit sy melayang. tolong ditindak http://t.co/ai8ivF7hXu @gojekindonesia
— Singgih Rahadi (@singgihR) June 17, 2015
@gojekindonesia sudah terpotong, tapi momen bapak drivernya bingung yg bikin ribet. Btw,mungkin server gojek musti diupgrade.thank you
— mohamad yunanda (@mohamadyunanda) June 17, 2015
2. Sulitnya mencari supir Go-Jek
Penggunaan aplikasi berarti konsumen harus bergantung pada sistem pencarian di sana. Terkadang, aplikasi tidak berhasil mendapatkan supir yang dibutuhkan, padahal banyak supir Go-Jek berkeliaran di daerah tersebut.
Siang min @gojekindonesia saya order gojek dari 30mnt yg lalu tp kok ga dapet2 ya drivernya? Trima kasih
— Bernida Goin (@happytoe_10) June 17, 2015
3. Perubahan struktur sosial?
Warga Jakarta kebanyakan lebih suka memberi jempol atau bintang pada sebuah aplikasi, daripada direpotkan oleh empati. (kutipan opini Gojek)
— Isnaini Suharto (@inaaao) June 17, 2015
Sebuah blog mengkritik sistem baru yang dibangun oleh Go-Jek secara antropologis. Menurut penulisnya, sistem ini merusak tatanan sosial dan nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah pangkalan ojek: sistem mengantri, sopan-santun, hingga sentuhan personal yang terjadi dalam setiap transaksi di pangkalan ojek.
Baca argumen lengkapnya di sini.
Bagaimana denganmu, lebih suka menggunakan Go-Jek atau ojek konvensional? Apa alasanmu? Bagikan dengan kami di kolom komentar atau Twitter @RapplerID. —Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.