Semangat baru pahlawan Indonesia masa kini

Handoko Nikodemus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Apa makna Hari Pahlawan bagi kamu?

JAKARTA, Indonesia — Soe Tjen Marching boleh bernapas lega, setidaknya hingga saat ini. Jelang Hari Pahlawan tahun 2013 lalu, Soe Tjen membuat sebuah petisi online di change.org yang menolak nominasi mantan Komandan RPKAD tahun 1965-1967 Sarwo Edhie Wibowo menjadi pahlawan nasional.

Soe Tjen, yang merupakan seorang anak korban tahanan politik (tapol) tahun 1965 menggalang dukungan melalui petisinya yang berjudul “Don’t make Sarwo Edhie a Hero.”

“Saya ingin mengabarkan bahwa Sarwo Edhie telah gagal menjadi Pahlawan Nasional tahun ini. Presiden Jokowi menganulir usulan era Presiden [Susilo Bambang Yudhoyono] memasukkan nama mertuanya sendiri,” tulis Soe Tjen dalam siaran pers yang diterima Rappler.com. 

“Saya yakin, gugurnya wacana Sarwo Edhie sebagai pahlawan tidak lepas suara kalian semua,” lanjutnya menambahkan bahwa petisinya kini sudah terkumpul hampir 7.000 tanda tangan.

Sebagai salah satu tokoh militer teratas Indonesia saat itu, Sarwo Edhie diduga mendalangi pembunuhan ratusan ribu warga yang dicurigai sebagai pengikut atau simpatisan komunis. Sejarah kelam periode 1965-1966 menyisakan jutaan orang Indonesia yang dianggap komunis atau kerabat komunis dibunuh, dipenjara, dan disiksa tanpa pengadilan.

Banyak dari mereka yang dibuang ke tempat pengasingan dan hingga kini tak diberikan beberapa hak politiknya sebagai warga negara Indonesia. Perkiraan korban yang tewas saat kejadian itu berkisar antara 500.000 dan 2 juta jiwa. Bahkan sampai hari ini, keluarga dan keturunan tapol masih hidup dalam teror dan ketakutan.

Joshua Oppenheimer, sutradara film “The Act of Killing” (“Jagal”) dan yang baru-baru ini dirilis “The Look of Silence” (“Senyap”), yang mengangkat tema ini dari sudut pandang pelaku dan korban, pernah mengatakan, “Sarwo Edhie adalah salah satu arsitek kejahatan ini. Menetapkannya sebagai pahlawan nasional adalah sebuah pernyataan kepada dunia bahwa Indonesia akan terus menjadi negeri tempat bercokolnya ketakutan, korupsi, dan kekerasan.” 

4 pahlawan baru

Dalam menyambut Hari Pahlawan yang jatuh pada Senin, 10 November 2014, Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah memberikan gelar pahlawan kepada empat orang yang dianggap telah mengharumkan nama bangsa di kompleks Istana Negara Jumat (7/11). 

Upacara tersebut digelar di Istana Negara dan dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta sejumlah menteri Kabinet Kerja. Upacara diawali dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dan dilanjutkan dengan mengheningkan cipta.  

Protokoler Istana kemudian membacakan Keputusan Presiden No. 115/TK/2014 tentang penerima gelar pahlawan nasional dalam rangka Hari Pahlawan 2014. Kemudian, Presiden Jokowi memberikan plakat tanda jasa pada ahli waris penerima gelar pahlawan nasional. 

“Ke empat nama ini sudah disetujui rapat pleno dewan gelar pahlawan nasional,” ujar Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Kamis (6/11).

Keempat nama tersebut adalah:

1. Letjen TNI purnawirawan Djamin Ginting, yang merupakan pejuang kemerdekaan RI. Ia menjadikan wilayah komandonya di Sumatera utara sebagai pangkalan operasi pasukan pemerintah menggempur tentara lawan.

2. Sukarni Kartodiwirjo, yang merupakan pejuang kemerdekaan RI dan berperan dalam merumuskan naskah proklamasi serta mendesak Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. 

3. Mayjen HR Mohammad Mangundiprojo, yang merupakan pimpinan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan berjasa pada peristiwa revolusi di Surabaya.

4. KH Abdul Wahab Hasbullah, yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama. 

Menurut Dirjen Perlindungan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, Hartono Laras, keempat nama tersebut telah disaring dari sekian banyak nama oleh tim peneliti di Kementerian Sosial.

“Lalu ada 4 yang kita usulkan ke presiden melalui dewan gelar pahlawan nasional,” ungkapnya. “Kita kan harus kaji riwayat perjuangan dan ada syarat umum dan syarat khusus, misalnya telah berjuang sepanjang hidupnya.” 

JK pimpin upacara

Pada hari Senin (10/11), Jusuf Kalla memimpin upacara peringatan Hari Pahlawan Nasional di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta. Ia didampingi istrinya dan beberapa menteri Kabinet Kerja.

“Pahlawan sekarang beda dengan dulu. Kalau sekarang memajukan bangsa, majukan ekonominya, majukan pendidikannya,” kata Kalla kepada wartawan, Senin.

“Jadi, pahlawan kan bukan lagi perang tapi guru juga pahlawan, pengusaha pahlawan, pejabat juga pahlawan kalau baik,” lanjutnya.

Sementara itu, pada Minggu (9/11), ribuan warga Surabaya, yang juga dikenal sebagai Kota Pahlawan, menggelar parade dengan menggunakan kostum pejuang dan pakaian adat nasional. 

Mereka diberangkatan konvoi oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini dari Jalan Pahlawan, melewati sejumlah jalan protokol dan berakhir di Balai Kota Surabaya. 

Risma mengatakan, parade peringatan Hari Pahlawan ini diselenggarakan untuk memperingat perjuangan pahlawan Indonesia yang melawan serangan tentara sekutu Inggris yang berniat menjajah Indonesia pada tahun 1945. 

“Momen-momen perjuangan saat itu yang dilakukan oleh arek-arek Suroboyo kejadiannya memang berbeda dengan kota-kota lain. Jadi supaya anak-anak kita tahu bahwa perjuangan itu diraih dengan cara yang tidak mudah dan dengan mengorbankan jiwa raga,” ucap Risma berapi-api. 

Jadi trending topic Twitter 

Tak hanya peringatan di jalan-jalan kota besar di Indonesia, Hari Pahlawan juga diperingati oleh pengguna media sosial. Netizens yang mengucapkan “Selamat Hari Pahlawan” di Twitter membuatnya menjadi salah satu trending topic di dunia. 

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!