SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
SEMARANG, Indonesia — Alunan merdu ayat suci Al-Qur’an terdengar sayup saat memasuki halaman Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Suara tersebut semakin kencang ketika memasuki tembok besar Lapas yang menempati bangunan cagar budaya Benteng Willem I peninggalan kolonial Belanda.
Rupanya lantunan tadarus tersebut berasal dari para santri Pondok Pesantren (Ponpes) Darut Ta’ibin. Bukan sembarang pesantren, pesantren yang berdiri sejak 2014 tersebut seluruh santrinya adalah warga binaan Lapas.
Sesuai namanya, Darut Ta’ibin yang memiliki arti rumah bagi para pencari taubat, Ponpes ini menjadi wadah bagi warga binaan setempat, khususnya yang beragama Islam, untuk meningkatkan keimanan mereka sehingga terehabilitasi menjadi manusia yang lebih baik usai menjalani masa hukuman.
Terlebih di bulan suci Ramadan ini, sejumlah kegiatan keagamaan semakin digencarkan di Ponpes ini, seperti tadarus Al-Qur’an, salat berjamaah baik salat wajib maupun salat sunnah, dan ceramah yang juga dilakukan secara bergantian oleh warga binaan sendiri setiap usai salat wajib berjamaah.
Menurut keterangan dari pihak kegiatan Ponpes, pada Ramadan ini tidak pernah sepi dan selalu diikuti dengan antusias oleh warga binaan.
Slamet, salah satu santri, mengaku awalnya dirinya tidak bisa membaca Al-Qur’an, bahkan bacaan salat pun tidak semuanya dia hafal. Kini setelah menjalani kegiataan Ponpes dirinya bisa membaca Al-Qur’an, berharap dapat mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dalam Al-Qur’an kelak saat keluar dari Lapas.
Seperti Slamet, harapan tersebut juga ada pada santri-santri lainnya yang berpacu memperbaiki diri di rumah pencari taubat, Ponpes Darut Ta’ibin. —Antara/Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.