Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: Melewati gelap, menuju terang

Abdul Qowi Bastian

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: Melewati gelap, menuju terang
Puisi 'Menuju Terang' karya Bentara Bumi menyabet juara pertama kompetisi 'poetry slam' Unmasked Open Mic di ASEAN Literary Festival 2017

 

JAKARTA, Indonesia — Wafatnya Oka Mahendra pada 18 Juli lalu menyisakan goresan luka bagi Bentara Bumi. Meninggalnya mantan kekasih social media sensation Awkarin itu mencengangkan karena ia tidak dikabarkan menderita penyakit apapun.

Selang dua hari kemudian, penyanyi grup band Linkin Park, Chester Bennington, yang meninggal dunia akibat bunuh diri semakin mengguncang Bumi, sapaan akrabnya.

Perempuan berusia 33 tahun itu memiliki catatan kelam untuk mengakhiri hidupnya. Rentetan berita meninggalnya dua tokoh publik seperti Oka dan Bennington dalam waktu berdekatan, diakui Bumi dapat menjadi trigger bagi orang-orang yang pernah mengalami fase suicidal.

Namun Bumi melewati masa-masa gelap itu dan berhasil menuju terang melalui sebuah puisi yang ia ciptakan sebagai coping mechanism.

“Puisi ini muncul dari rentetan beberapa kisah bunuh diri. Trigger pertamanya Oka dan beberapa hari kemudian Chester,” kata Bumi kepada Rappler pada Senin, 9 Oktober, sehari menjelang Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang diperingati setiap 10 Oktober.

“Beberapa teman yang mempunyai masalah yang sama, nge-mute berita-berita itu di media sosial agar mereka enggak ke-trigger. Buat seseorang yang mengalami suicidal thoughts lebih dari sekali, ini sangat berbahaya,” ucapnya.

Puisi yang kemudian ia beri judul Menuju Terang itu ia bacakan di hadapan ratusan penonton dalam kompetisi slam poetry yang diadakan Unmasked Open Mic saat penyelenggaraan ASEAN Literary Festival 2017 pada 5 Agustus silam, kurang lebih sepekan setelah kasus-kasus bunuh diri ramai diperbincangkan di media massa dan media sosial.

Bumi, yang memiliki pengikut lebih dari 12 ribu orang di Twitter, sempat membikin sebuah thread tentang depresi di situs microblogging itu. Ia mengaku bersyukur informasi yang ia sampaikan melalui media sosial difavoritkan dan dibagi oleh ribuan orang.

Niatnya satu; ia hanya ingin membantu orang lain yang mengalami masalah yang sama untuk terlepas dari bayang-bayang kelam yang pernah membelenggunya. 

“Ada beberapa artikel yang pernah menyelamatkan saya dari bunuh diri,” aku Bumi.

Ia mengatakan, pernah membaca sebuah artikel tentang depresi yang mengisahkan bagaimana J.K Rowling, seorang pengarang cerita asal Inggris, menjadikan medium menulis sebagai mekanisme penyelamatan diri dari depresi. Alhasil Rowling pun menghasilkan karya megah berjudul Harry Potter. 

Dari sana Bumi belajar, “Depresi bukan batasan atau kesimpulan, tapi jadi landasan untuk titik tolak menuju kebangkitan,” ujarnya.

Sebagai seorang penulis puisi, Bumi mengatakan ia memiliki tanggung jawab moral kepada pembaca dan pendengar. Puisi baginya tidak serta merta alat untuk berekspresi, tapi juga penyampai pesan.

“Selama ini puisi-puisi tentang depresi membawa mood yang enggak enak ke audience. Saya merasa punya tanggung jawab untuk tidak seperti itu,” kata penggagas komunitas Malam Puisi Jakarta itu.

“Puisi memang harus mengekspresikan perasaan, tapi tidak meninggalkan energi negatif. Ibaratnya, kita sebagai penulis merasa lega, tapi orang lain malah menjadi stress.”

Dalam Menuju Terang, Bumi menggunakan cara yang unik untuk membawa pendengar menerima pesan yang ingin ia sampaikan.

Sebagai pembuka, misalnya, ia menulis: 

Perhatian, perhatian! 

Anda memasuki dunia kegelapan

Silakan duduk manis, kencangkan ikat pinggang sambil menggenggam tangan orang yang Anda sayang

Selamat menikmati perjalanan dan terima kasih

“Perhatian, perhatian” yang ia gunakan di awal seolah menjadi sebuah peringatan bagi pendengar bahwa akan terjadi sesuatu tidak mengenakkan kepada narator.

“Puisi ini enggak enak kalau langsung ngomongin gelap,” kata Bumi. “Itu akan menyiapkan mereka kalau kita mau menghadapi sesuatu, jadi siap-siap ya.”

‘Menuju Terang’

Dalam gelap kau tak perlu mencari terang
Seringkali memang banyak suara lantang,
beserta pikiran-pikiran yang tak mau duduk tenang

 

Tapi mari kuberitahu
Gelap bukanlah batasan atau kesimpulan
Ia menjadi landasan, titik tolak menuju kebangkitan

 

Dalam gelap kau tak perlu buru-buru mencari terang
Sebab gelap menyimpan ruang lengang, jeda panjang,
dan kesempatan-kesempatan penuh lapang
Tempat di mana engkau menemui dirimu sendiri
Tentang siapa engkau, darimana engkau berasal, dan mau kemana kau berjalan
Setelahnya, meledaklah penuh kesadaran!

 

Bumi mengakui, pada bait-bait awal isi puisi Menuju Terang agak sedikit menceramahi pembaca dan pendengar, tapi sebenarnya ia sekaligus ingin mengatakan bahwa dalam kegelapan, kita memiliki banyak ruang dan waktu untuk menemukan diri sendiri.

“Awalnya menceritakan keadaan orang, memang agak sedikit preaching untuk bilang bahwa deskripsi ruang gelap itu banyak suara. Ruangan gelap itu punya banyak waktu untuk mengeksplorasi diri kita sendiri,” kata Bumi.

Bait selanjutnya beralih kepada hal-hal yang menjadi ketakutan nyata dan personal milik dara asal Bandung yang sudah menetap lama di Jakarta ini.

“Saya ingin menceritakan apapun yang saya rasakan, tapi tidak terkesan norak. Itu semua berasal dari pengalaman saya, makanya terdengar sangat urban,” ucapnya.

 

Karena aku bukanlah gelapku!

Aku bukan masa laluku, kesalahan-kesalahanku

Aku bukan bekas luka di sekujur tubuhku,

terutama kedua lengan bahuku

Aku bukan monster atau benda tajam yang kusimpan diam-diam

dalam kantong kecil di pojokan ranselku

Aku bukan jumlah followersku atau mantan-mantan kekasihku

Aku bukan jumlah hutang kartu kreditku, gaji, atau tabunganku

Aku bukan suara-suara lantang penuh kemarahan di dalam kepalaku

Aku bukan panic attack, depresi menahun, atau percobaan-percobaan bunuh diriku

Aku bukan cerita kejatuhanku

Aku bukan kegelapan di dalam tubuhku

Aku bukan ketakutan-ketakutanku

 

Beragam permasalahan yang ia tuangkan dalam bagian ini terkesan modern dan kekotaan, dari jumlah pengikut di media sosial hingga tagihan kartu kredit. Bumi juga mengakui bahwa ia diam-diam menyimpan benda tajam di dalam tasnya ketika gelap menerjang. 

“Zaman sekarang banyak orang terdampak oleh media sosial, salah satunya fear of missing out. Misal, seseorang sudah punya sekian jumlah followers, lalu ia dianggap sebagai seorang buzzer. Menjadi buzzer pun ada ekspektasinya harus bertingkah laku seperti apa. But I’m not that kind of person,” akunya.

“Bahkan ketika seseorang sudah mencapai usia tertentu, sudah berapa banyak uang yang harus ia miliki di rekening bank. Hal-hal kecil seperti ini yang juga menjadi pikiran.”

Tapi ia yakin dan mencoba positif bahwa meskipun ia disergap berkali-kali oleh kegelapan, ia bukanlah dirinya saat terjatuh, apalagi ketakutan-ketakutannya.

Hal itu tertuang dalam bait penutup puisinya.

 

Aku adalah terang di dalam gelapku

Aku adalah mimpi asa masa depan, harap-harapanku

Aku adalah langkah kaki tertatih, berjalan, berderap penuh keberanian

Aku adalah pelukan-pelukan yang luruhkan kesepian

Aku adalah tumpukan pesan, penuh kasih terima kasih,

dari mereka yang merasa tak sendiri, tak jadi bunuh diri, karena membaca tulisanku

Aku adalah bulir doa bapak ibuku, sahabat karib, dan mereka yang bahkan belum pernah kutemui

Aku adalah tangan yang menggapai terang saat jatuh ke dalam jurang

Aku adalah hening di dalam tubuhku

Aku adalah terang yang melampaui gelapku

Aku adalah bait-bait puisiku,

jiwaku berlari menari di dalam puisi

Dan aku berjanji tak akan pernah berhenti

 Bumi saat tampil di halaman Museum Fatahillah, Kota Tua, di hadapan ratusan penonton ASEAN Literary Festival 2017. Foto oleh Putri Minangsari

“Niatnya dari awal menciptakan puisi ini adalah enggak bikin pendengar menjadi gloomy, tapi jadi happy,” katanya. 

Ketika membacakan ini di slam poetry ASEAN Literary Festival, Bumi mengaku tidak berpikir untuk menang.

“Saya hanya berpikir akan membacakan ini dengan baik, bagaimana melakukan transisi dari gelap ke terang,” ujarnya.

Kemenangan ini—baik kemenangan di kompetisi maupun terhadap perlawanan menghadapi dirinya sendiri—diakui Bumi membuka banyak kesempatan baru. Ia diundang berbagai komunitas untuk membacakan puisinya. Tapi yang lebih membuatnya terenyuh adalah banyak orang-orang lain dari daerah-daerah berbeda yang membacakan puisi Menuju Terang di komunitas masing-masing.

 

Puisi ini ditutup sebagaimana ia dibuka; dengan semacam peringatan.

Metode ini ia ambil dari pengalamannya bertemu psikolog.

“Jadi kalau kita setelah meditasi atau konsultasi ke psikolog, ada yang disebut momen grounding, yaitu saat ketika tadi kita merasa di awang-awang, kita harus kembali ke tanah,” katanya.

 

Perhatian-perhatian, perjalanan telah usai

Dunia kegelapan terlewati

Anda berada di titik terang

Terima kasih telah mendengarkan dengan hati

Selamat menikmati akhir pekan dan Semesta memberkati!

 

Namun layaknya hari yang terus berganti, kehidupan manusia juga meski telah melewati kegelapan dan menggapai terang,  suatu waktu juga akan kembali menemui gelap. Hal ini yang Bumi sebut sebagai relapse.

Bagaimana cara mencegah terjadinya relapse dalam depresi? Bumi mengatakan, meski setiap orang memiliki caranya masing-masing, ia mempunyai tiga kiblat:

Yang pertama, konsultasi ke psikolog untuk mengetahui kondisinya secara medis dan psikologis. Dengan mengetahui kondisinya, ini akan menjadi semacam roadmap bagi Bumi apa yang harus ia lakukan.

Kedua, melakukan meditasi dan olahraga sebagai pengobatan untuk mengeluarkan energi-energi negatif dari dalam diri. Efeknya memang tidak instan, tapi teruslah lakukan hingga kita merasa lebih baik.

Ketiga, yakini aspek spiritual. Menurutnya, kebanyakan permasalahan kaum urban adalah mengalami depresi karena hilang arah. Dengan memiliki aspek spiritualitas diri, Bumi mengaku telah menemukan jawaban-jawaban dari pencariannya.

Jika Anda mengalami gejala depresi, segera hubungi bantuan profesional. Klik tautan ini untuk daftar komunitas yang memiliki kepedulian terhadap kesehatan jiwa.—Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!