Pencapaian dan kegagalan SBY di mata mereka

Abdul Qowi Bastian

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pencapaian dan kegagalan SBY di mata mereka

AFP

Kami bertanya kepada sejumlah rakyat Indonesia dari berbagai kalangan tentang pencapaian dan kegagalan SBY selama sepuluh tahun ke belakang

JAKARTA, Indonesia — Masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hanya tinggal menghitung hari. Sudah sepuluh tahun ia memimpin Indonesia. Banyak jasa yang ia berikan kepada negara ini, meski tak sedikit juga kekurangan yang ia tampilkan.

Di hari-hari terakhirnya, SBY kerap mengucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia atas dukungannya selama ini. Ia tak lupa pula meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat selama menjadi kepala negara.

“Saya mohon maaf apa bila apa yang saya lakukan belum penuhi harapan semua dan rakyat,” tutur SBY, Rabu (15/10). “Saya ingin berbuat baik tapi saya manusia biasa. Ada kekurangan dan kelemahan.”

Kami bertanya kepada sejumlah rakyat Indonesia dari berbagai kalangan tentang pencapaian dan kegagalan SBY selama sepuluh tahun ke belakang:

“Dalam konteks saya sebagai dosen hubungan internasional, yang plus dari SBY adalah berusaha meningkatkan profesionalisme tentara dan lebih aktif di dunia internasional, terutama dalam ASEAN. Namun kelemahan terbesar SBY adalah tak ada gebrakan yang sangat penting. Misalnya, tak ada gebrakan untuk meningkatkan pengaruh ASEAN yang sampai sekarang terus terkendala oleh lemahnya integrasi ASEAN sehingga banyak diumpamakan sebagai warung kopi saja.”

Yohanes Sulaiman, dosen Hubungan Internasional di Universitas Pertahanan Indonesia

“Dari sepuluh tahun terakhir, saya agak kecewa dengan pemerintahan SBY karena banyak sekali kebijakan-kebijakan informasi teknologi dan komunikasi yang kurang tepat. Ini bersumber dari pemilihan menteri yang belum menyadari potensi yang ada di sektor tersebut. Pertama, lambatnya transisi televisi analog ke digital yang dapat membangkitkan industri televisi nasional. Kedua, masalah regulasi broadband, atau kriminalisasi mantan Direktur Indosat Mega Media (IM2) Indar Atmanto. Ini sangat bermasalah karena membuat ketidakpastian hukum bagi penyelenggara Internet di Indonesia. Ketiga, regulasi untuk percepatan teknologi. Dan keempat, perizinan perangkat telekomunikasi yang lelet. Kenapa iPhone lama sekali untuk rilis di Indonesia? Karena regulasi yang harus ditempuh untuk mendapatkan izinnya sangat panjang.

Tapi harus diakui ada keberhasilan walau itu bisa dipertanyakan apakah akibat kinerja pemerintahan atau momentum teknologi, seperti percepatan rata-rata Internet di Indonesia meningkat sejak. Contoh, pada tahun 2004 untuk mendapatkan koneksi 2 mbps kita harus keluar uang Rp 20 juta per bulan. Sekarang 2 mbps bisa didapat di Jakarta hanya dengan Rp 200.000. Jadi ada peningkatan kecepatan dan semakin banyak players-nya di market. Kedua, ada usaha dari UKP4. Ada keterbukaan informasi yang sebelumnya tidak pernah ada. Misal data.id, opengovindonesia.org, dan lapor.ukp.go.id untuk pengaduan pelayanan publik.”

Dirgayuza Setiawan, praktisi informasi teknologi dan komunikasi

 

 

“Keberhasilan SBY yang bisa dicatat sejarah adalah kemampuannya menjaga stabilitas politik. Dia mampu mengimbangi kekuatan parlemen bahkan berhadapan dengan partai politik yang menjadi anggota satu koalisi dengan Partai Demokrat. Kegagalan SBY lebih mudah ditemukan. Di balik kemampuannya menjaga stabilitas politik, SBY sesungguhnya tidak memberikan sumbangan berarti bagi kualitas demokrasi. Pelayanan publik berantakan karena korupsi yang menggerogoti semua lini. Banyak kasus korupsi yang justru melibatkan lingkaran terdekat SBY. Dan SBY menjawab kegagalannya dengan memoles dirinya melalui politik pencitraan.”

Lucius Karus, peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi)

 

“Dalam penanggulangan AIDS, pemerintahan SBY, dalam hal ini Komisi Penanggulan AIDS Nasional, membuka kesempatan lumayan lebar untuk menanggulangi wabah ini, walaupun hasilnya tidak merata, khususnya untuk populasi kunci gay dan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki lain. Hasil yang kurang merata itu disebabkan oleh kurangnya perhatian pada pemenuhan HAM anggota populasi kunci.

Bagi LGBTI, pemerintahan SBY, walaupun tidak secara aktif bersikap homofobik, membiarkan peraturan daerah homofobik yang notabene bertentangan dengan hukum nasional, dan pelanggaran berbagai HAM seperti hak domisili, hak bekerja (khususnya untuk transgender), hak berkumpul dan berserikat, serta hak atas informasi. Pemerintah SBY mewakili sifat buruk masyarakat kita yang menolak adanya berbagai kenyataan, serta yang menekan minoritas untuk tunduk kepada mayoritas.”

– Dede Oetomo, Ketua Dewan Pembina Yayasan GAYa NUSANTARA

 

SBY berhasil menjadi ikon demokrasi. Ia melakukan berbagai pencapaian dalam upaya menegakkan demokratisasi Indonesia pasca Orde Baru. Ia juga sangat aktif dalam berbagai kegiatan Internasional sehingga membuat Indonesia kian popular di mata dunia. SBY turut mendorong peranan media dalam menjaga negara Indonesia. Ironisnya, ketika di tahun kesepuluh, SBY justru menjadi aktor intelektual utama yang membuat UU Pilkada disahkan oleh DPR RI meski kemudian ia membuat Perppu sebagai exit strategy yang bisa terlihat sebagai jebakan bagi pemerintahan selanjutnya.”

– Ogi Wicaksana, konsultan public relations and penggiat komunitas Suara Pemuda Antikorupsi

 

“Secara umum, pemerintahan SBY selama 10 tahun terakhir mampu mentransformasi perekonomian negara kita ke arah yang lebih baik. Jumlah kelas menengah meningkat drastis, rasio hutang terhadap GDP membaik, dan posisi Indonesia sebagai salah satu anggota G20 juga adalah bentuk pengakuan dunia internasional terhadap peran kita dalam perekonomian global. Meskipun demikian, tingginya kesenjangan sosial yang tercermin dari meningkatnya GINI ratio juga merupakan pekerjaan rumah yang ditinggalkan oleh SBY untuk pemerintahan berikutnya. Hal ini adalah akibat dari banyaknya kebijakan ekonomi pusat yang tidak diimplementasikan secara maksimal di level daerah.”

Rizki AljupriCorporate Management Trainee di Astra International

 

“Pencapaian SBY itu dia bisa dikritik, bisa diejek tanpa harus bereaksi tanpa tangan besi. Dan beliau meresponnya dengan galau. Intinya, ia memberikan kebebasan untuk rakyat untuk mengkritik dirinya. Tapi untuk pencapaian yang lain, saya tidak terlalu merasakan. Namun, kemundurannya justru banyak. Salah satunya adalah dengan adanya UU ITE yang memperbolehkan rakyat untuk mengkritik dirinya tapi kebebasan rakyat untuk berekspresi malah dipangkas. Dan korbannya terbukti sudah banyak.”

Joko Anwar, sutradara

 —Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!