DPRD Papua: PSSI sengaja benturkan Persipura dan Kemenpora

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

DPRD Papua: PSSI sengaja benturkan Persipura dan Kemenpora
Setelah beberapa pekan menginvestigasi, perwakilan DPRD Papua mengungkapkan temuannya di balik kegagalan Persipura Jayapura bertanding di Piala AFC 2015 melawan Pahang FA.

JAKARTA, Indonesia – Persipura Jayapura yang mencapai babak 16 besar Piala Asian Federation Cup (AFC) seharusnya berpeluang lolos ke babak selanjutnya. Tapi, mimpi itu buyar gara-gara laga melawan Pahang FA batal digelar pada 26 Mei 2015 lalu. Penyebabnya, tiga pemain Pahang FA tidak mengantongi visa. 

Karena gagal menggelar laga, Persipura pun diganjar sanksi. Mereka dianggap kalah walk-out (WO) dengan skor 0-3. Peluang lolos ke delapan besar pun sirna. Para fans loyal Persipura, Persipura Mania, pun berang.

(BACA: Persipura vs Pahang FA batal, Indonesia kembali terancam sanksi

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menjadi sasaran kambing hitam. Pembekuan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) oleh Nahrawi itu dianggap menjadi penyebab Pahang gagal mendapat visa. 

Dua orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Papua, Yan P. Mandenas dan Jack Komboy, lantas menginvestigasi insiden itu. Mereka mengawali pencarian fakta pada 28 Mei 2015 dengan mendatangi gedung Kementerian Pemuda dan Olahraga bersama perwakilan Persipura Mania. 

Dua anggota DPRD Papua itu tak hanya mengklarifikasi dan menginvestigasi di Jakarta. Mereka juga terbang ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk bertemu perwakilan AFC secara langsung. Yan dan Jack berangkat bersama perwakilan Kemenpora dengan pendampingan dari Kedutaan Besar RI di Malaysia.

Mereka melakukan pembicaraan yang intens dengan Deputi Sekretaris Jenderal AFC Windsor John, Direktur Bidang Asosiasi dan Pengembangan Anggota AFC Sanjeevan Balasingam, dan Direktur Legal AFC Benoit Pasquier. Dari pembicaraan itu, mereka mendapat temuan berbeda. 

“Menurut AFC, sanksi kekalahan Persipura secara WO atas Pahang FA tidak ada kaitannya dengan sanksi FIFA atas sepakbola Indonesia. AFC menilai Persipura dan PSSI tidak menaati atau melanggar aturan dan perjanjian terkait persiapan pelaksanaan pertandingan,” kata Yan.

Lagi pula, sanksi FIFA baru turun pada 30 Mei 2015, sedangkan laga seharusnya digelar pada 26 Mei 2015. Artinya, saat itu PSSI masih menjadi anggota sah FIFA. Karena itu, kata Yan, PSSI seharusnya memfasilitasi kedatangan Pahang FA. “Namun tugas penting itu ternyata diabaikan oleh mereka. Dan hasilnya, AFC harus menjatuhkan sanksi kepada tim Persipura,” kata Yan.

Dalam laga internasional antara klub dalam negeri dan luar negeri, federasi sepak bola yang menjadi tuan rumah memang harus memberi dukunganadministrasi. Mereka wajib membantu kepengurusan visa tim tamu agar laga melawan klub dalam negeri bisa digelar. 

Namun, saat Pahang FA akan bertanding melawan Persipura Jayapura, PSSI tidak total membantu mereka. Lembaga pimpinan La Nyalla Mattalitti itu sempat menuding Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) sebagai kambing hitam karena terlambat mengirim visa invitation. Tapi, pernyataan itu dibantah. BOPI melalui akun Twitter membeberkan data pengiriman. 

Dugaan bahwa PSSI sengaja lalai juga diungkapkan CEO Pahang FA Fahrizal Hasan. Melalui akun Twitter miliknya dan wawancara dengan media di Indonesia, dia mengatakan bahwa saat baru tiba di Bandara Soekarno-Hatta, dia masih bisa mengontak salah seorang staf PSSI. Staf tersebut mengatakan dalam perjalanan ke bandara. “Tapi hingga berjam-jam kami menunggu, dia tak datang,” kata Fahrizal. 

DPRD Papua juga klarifikasi ke PT Liga Indonesia

Setelah menemui pejabat AFC, Yan dan Jack meluncur ke kantor PT Liga Indonesia (PT LI). PT LI merupakan operator liga tertinggi sepak bola Indonesia, Indonesia Super League (ISL). 

CEO PT LI Joko Driyono, kata Yan, ternyata setali tiga uang dengan AFC. Kegagalan laga disebabkan kelalaian PSSI sebagai lembaga sponsor untuk pertandingan tersebut. 

“Menurut dia, PSSI adalah lembaga yang berperan sebagai sponsor liga AFC dan bertanggung jawab pada setiap tim tamu yang bertanding ke Indonesia. Oleh karena itu PSSI harus memberikan pertangungjawabannya terhadap hal itu kepada publik Indonesia dan khususnya kepada Persipura Mania,” kata Yan.

Dalam menginvestigasi insiden tersebut, Yan dan Jack memiliki dokumen dan rekaman pertemuan. Kesimpulan investigasi mereka jauh berbeda dari tudingan awal Persipura Mania. “Kami menilai Persipura hanya sebagai alat konspirasi PSSI untuk dibenturkan dengan pemerintah (Kemenpora). Mereka tidak bertanggung jawab,”  tegas Yan.

Namun, saat berusaha dikonfirmasi, Ketua Harian Persipura La Siya dan Ketua Umum Benhur Tommy Manno tak bisa dihubungi. Pesan singkat yang dikirimkan tak dibalas. Ponsel keduanya pun tak kunjung diangkat meskipun terdengar nada sambung.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!