Korban atau saksi ‘bullying’ masa orientasi siswa? Laporkan!

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Korban atau saksi ‘bullying’ masa orientasi siswa? Laporkan!

EPA

Ahok, Ridwan Kamil juga mendukung MOS bebas 'bullying'.
Seorang anak tersenyum setelah menikmati susu dalam peringatan World School Milk Day 2013 di Jakarta, 25 September 2013. Foto oleh Bagus Indahono/EPA

JAKARTA, Indonesia — Sebagai langkah preventif untuk mencegah adanya kekerasan dalam penyelenggaraan masa orientasi siswa (MOS) pada tahun ajaran 2015/2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan situs resmi untuk menerima laporan intimidasi.

Kemendikbud membuat situs resmi yang dapat digunakan masyarakat, khususnya orang tua siswa, untuk melaporkan sekolah-sekolah yang masih menggelar aksi perpeloncoan.

Situs tersebut dapat diakses melalui mopd.kemdikbud.go.id.

“Kami meminta kepada orang tua siswa baru untuk memantau jika ada perpeloncoan. Sekolah yang terbukti mendiamkan hal tersebut akan diberikan sanksi tegas,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies saat mengunjungi SD Negeri 01 Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin, 27 Juli.

Kemendikbud juga telah menerbitkan Surat Edaran bernomor 59389/MPK/PD/TAHUN 2015.

Dalam surat edaran ini, Kepala Dinas Pendidikan setempat diinstruksikan untuk mengantisipasi dan memastikan tak adanya praktik perpeloncoan, pelecehan dan kekerasan terhadap peserta didik baru baik secara fisik maupun psikologis, selama MOS.  

Ahok, Ridwan Kamil dukung MOS bebas ‘bullying’

Memasuki hari pertama tahun ajaran 2015/2016, sejumlah kepala daerah turut bersuara mendukung MOS yang bersih dari intimidasi dan kekerasan. 

“Siswa senior yang melakukan MOS itu, kalau ada kekerasan atau bullying, hukumannya akan kami keluarkan dari sekolah negeri,” kata Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama, Senin, sebagaimana dikutip oleh media

Senada dengan Ahok, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil secara tegas juga melarang aksi perisakan dalam MOS, apalagi hingga berujung pada aksi kekerasan. 

“Saya tidak setuju adanya plonco, adanya kekerasan fisik. Saya akan pastikan lewat Kadisdik (Kepala dinas pendidikan) bahwa itu tidak akan terjadi di Kota Bandung,” kata Ridwan kepada media, Senin.

Menurut Kang Emil, sapaan akrab Ridwan, MOS yang demikian merupakan warisan masa silam yang tak lagi relevan untuk diterapkan. MOS menurutnya harus diisi dengan kegiatan edukatif.  

Pihak institusi penyelenggara pendidikan juga sepakat bahwa kegiatan MOS yang diadakan untuk menyambut siswa baru harus bersih dari aksi perisakan oleh para siswa senior. 

Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!