Hentikan penggunaan kata ‘autis’ sebagai hinaan

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Hentikan penggunaan kata ‘autis’ sebagai hinaan
Menggunakan kata 'autis' sebagai ejekan hanya akan menyakiti mereka yang memilikinya.

JAKARTA, Indonesia — Sebuah petisi untuk menghentikan penggunaan kata ‘autis’ sebagai ejekan diluncurkan di Internet. 

“Kamu main handphone terus, kaya orang autis!”

“Ih bengong melulu, autis lo!”

Ejekan semacam itu pasti sering kita dengar, atau bahkan, kita lontarkan ke orang sekitar.

Kata “autis” atau “autisme” kini tak lagi merujuk pada kondisi mental khusus seseorang, melainkan sudah berkembang menjadi ejekan bagi orang-orang yang sering bengong atau terlalu fokus pada kesibukan, umumnyagadget, mereka.

Meskipun sudah banyak orang yang menyatakan terganggu dengan ejekan ini, tetap saja kata “autis” marak digunakan dalam umpatan sehari-hari tanpa rasa bersalah. Bahkan, figur publik juga menggunakannya, mungkin secara sadar atau tidak.

Pendakwah Mamah Dedeh misalnya, pada 14 Juli kemarin berkata, “Maaf, saya sekarang lihat banyak orang yang autis gara-gara HP (handphone). Ada saudaranya, ada lakinya, ada anaknya, ngariung duduk, cengar-cengir aja sendirian begini, kayak orang gokil.” 

Ia mengatakan hal tersebut dalam sebuah siaran televisi di Indosiar. 

Istiaq Mumu, seorang penderita autisme, akhirnya berbicara mewakili orang-orang yang mulai muak dengan penggunaan kata ini secara seenaknya. Ia meluncurkan petisi yang meminta Indosiar dan Mamah Dedeh untuk meminta maaf, serta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menindak tegas perilaku ini di masa depan.

“Saya sebagai anak penyandang autis merasa sedih bahwa keistimewaan saya dijadikan bahan olok-olok atau dipakai untuk mencemooh orang lain,” kata Istiaq dalam petisinya di laman Change.org.

“Mereka tidak merasakan apa yang saya rasakan, pergulatan saya setiap hari untuk bisa memahami interaksi sosial yang terjadi di sekeliling saya, bahwa saya harus menerima ejekan karna saya berbeda,” ujarnya.

Menurutnya, dengan menggunakan kata “autis”, tokoh publik seperti Mamah Dedeh menyinggung hati anak dan orang tua penderita autis.

“Sebagai seorang pendakwah, seharusnya Mamah Dedeh memastikan terlebih dahulu agar ucapan yang dilontarkan oleh dia tidak menyinggung anak yang tidak bersalah ataupun melukai hati orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus atau ABK. Autisme bukan sebuah bahan lelucon, autisme bukan sebuah ejekan,” ucap Istiaq.

Petisi yang diluncurkan kemarin kini sudah mendapat 1.448 pendukung. Kalau kamu merasa hal ini harus didukung, kamu bisa ikut menandatanganinya di sini—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!