Siswa meninggal, Anies ancam cabut izin SMP Flora jika terbukti lalai

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Siswa meninggal, Anies ancam cabut izin SMP Flora jika terbukti lalai
Polisi untuk sementara masih meragukan ada hubungan antara MOS dan meninggalnya Evan Sitomurang.

JAKARTA, Indonesia — Menteri Pendidikan Anies Baswedan mengancam akan mencabut izin SMP Flora, Bekasi, Jawa Barat, bila terbukti ada kelalaian saat masa orientasi siswa (MOS) yang mengakibatkan meninggalnya seorang siswa.

Pihak Kepolisian RI beserta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih melanjutkan penyelidikan atas meninggalnya Evan Christopher Situmorang, 12 tahun, yang disinyalir berhubungan dengan kegiatan MOS di sekolahnya pada 9 Juli lalu.

Evan diduga meninggal dunia setelah berjalan kaki hingga 4 kilometer atas perintah seniornya di SMP Flora. Orang tua Evan merasa ada yang tak wajar dalam kematian anaknya, memutusan untuk melapor ke kepolisian. 

“Tanggal 9 Juli itu kan dia terakhir MOS di SMP Flora. Dia cerita sama saya disuruh jalan kaki dari sekolahnya di Pondok Ungu Blok A ke Perumahan Puri. Lalu, dari sana jalan kaki lagi ke POM bensin Pondok Ungu dan jalan lagi ke sekolah. Itu rutenya memutar dan ada sekitar 4 kilometer,” ujar ibu Evan, Ratna Dumiarti, kepada media, Sabtu, 1 Agustus.

Setelah berjalan kaki, ia mengeluh sakit di kakinya dan kondisinya bertambah parah di kemudian hari hingga dua minggu kemudian ia terjatuh di kamar mandi. Evan meninggal saat dalam perjalanan menuju puskesmas pada Kamis, 30 Juli. 

Sebelum menentukan langkah selanjutnya, Menteri Pendidikan Anies akan menunggu hingga hasil akhir investigasi kasus ini.

“Kita ingin tahu apa yang terjadi, karena di antara MOS dan kematian ada waktu dua puluhan hari. KIta ingin tahu apa yang terjadi di sana karena kalau memang terjadi karena MOS, sekolahnya, kepala sekolahnya harus ditindak. Bahkan kalau sekolahnya sekolah swasta, izinnnya bisa dicabut,” kata Anies, Minggu, 2 Agustus, dalam sebuah wawancara televisi 

(BACA: Korban atau saksi ‘bullying’ masa orientasi siswa? Laporkan!)

Untuk sementara, kepolisian masih meragukan apakah ada hubungan antara MOS dan meninggalnya Evan. Dari penyelidikan Polresta Bekasi, MOS diadakan pada 7-9 Juli, lalu semua siswa libur dan mulai aktif belajar pada 27 Juli.

“Selesai MOS dan saat mulai belajar, almarhum sehat wal afiat,” kata Kapolresta Bekasi Kombes Daniel Bolly Tifaona, Minggu, pada media

Pada 29 Juli, Evan izin ke toilet karena sakit perut, namu tidak kembali ke kelas setelah waktu yang cukup lama. Guru kemudian menyusul ke toilet dan menemukan Evan sedang menahan sakit kram di perut.

Setelah memberikan balsem, guru memanggil orang tua Evan dan membawanya ke Puskesmas terdekat.

“Hasil pengecekan Puskesmas almarhum mengalami asam urat dengan kandungan 6,7. Untuk anak berusia 13 tahun ini tinggi sekali,” kata Daniel.

Dari Puskesmas, Evan dirujuk ke Rumah Sakit Sayang Bunda. Namun, karena fasilitasnya kurang memadai, Evan dirujuk kembali ke Rumah Sakit Citra Harapan. Sayangnya, Evan meninggal di perjalanan.

“Jadi, analisa sementara, ingat ini hasil sementara, yang bersangkutan punya penyakit,” kata Daniel.  —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!