Spesies baru manusia purba ditemukan di Afrika Selatan: Homo naledi

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Spesies baru manusia purba ditemukan di Afrika Selatan: Homo naledi

AFP

 

JAKARTA, Indonesia — Ada terobosan baru dalam penelitian tentang evolusi manusia: penemuan Homo naledi. Spesies ini diumumkan setelah ilmuwan menemukan fosil-fosil dari 15 hominid di sebuah gua di Afrika Selatan. 

Fosil tersebut ditemukan di dalam sebuah gua di luar Johannesburg, tersembunyi dalam satu rongga yang hanya bisa dijangkau setelah melalui pendakian curam dan celah batu yang sempit.  

Dideskripsikan sebagai “spesies baru” yang berkerabat dekat dengan manusia, fosil ini dinamai Homo naledi, yang diambil dari nama gua  “Rising Star” tempat tulang belulang tersebut ditemukan. Naledi berarti bintang dalam Bahasa Sesotho, bahasa lokal di Afrika Selatan.  

Para ilmuwan tidak pasti berapa usia tulang belulang tersebut, namun ada kemungkinan mereka diletakkan di sana setelah meninggal. Ini mengungkapkan ritual kuno manusia purba.  

“Kami baru saja menemukan spesies baru yang berkerabat dengan manusia, yang tubuhnya dengan sengaja dibuang setelah meninggal,” kata pemimpin proyek dari Universitas Johannesburg Lee Burger.  

“Dalam sejarah sampai saat ini, kami berpikir bahwa ritual terhadap orang mati … khas dilakukan oleh Homo sapiens.” 

“Sebelumnya, kita menganggap diri kita berbeda. Namun kami telah melihat, kami percaya, ada spesies yang memiliki kemampuan yang sama — dan ini sangat luar biasa.”

Tulang belulang tersebut pertama kali ditemukan pada 2013 oleh ilmuwan Universitas Witwatersrand dan penjelajah gua sukarelawan di Cradle of Humankind, situs warisan dunia milik UNESCO, 50 kilometer di sebelah barat laut Johannesburg. 

Bagian tubuh manusia purba ini telah ditemukan di wilayah tersebut sejak penggalian dimulai pada 1920an. 

Kemampuan menggunakan alat 

TEMUAN BERSEJARAH. Tulang belulang Homo naledi, nenek moyang manusia dipajang di Maropeng, 10 September 2015. Foto oleh Stefan Heunis/AFP

“Penemuan begitu banyak fosil milik 15 individu ini luar biasa,” kata Chris Stringer, profesor dari Natural History Museum di London, salah seorang analis yang memimpin penemuan tersebut. 

Temuan ini menggarisbawahi “Kompleksitas pohon keluarga manusia dan kebutuhan untuk riset lebih mendalam untuk memahami sejarah dan asal-usul spesies kita sesungguhnya,” kata Stringer. 

Ilmuwan mengatakan telapak dan pergelangan tangan, serta kaki dari Homo naledi mirip dengan manusia modern, namun ukuran otak dan bagian atas tubuh mirip manusia purba mula-mula.

“Homo naledi memiliki otak yang mini, kira-kira seukuran jeruk, yang terletak di atas tubuh yang ramping,” kata John Hawks dari Universitas Wisconsin-Madison, penulis senior dari naskah akademik tentang spesies baru tersebut. 

Hominid ini tingginya sekitar 1,5 meter dengan berat sekitar 45 kg.  

“Tangan mereka tampaknya memiliki keterampilan menggunakan alat,” kata Tracy Kivell dari Universitas Kent, di Inggris, anggota tim yang mempelajari anatomi Homo naledi. 

“Yang mengejutkan, Homo naledi memiliki jari yang sangat melengkung, lebih melengkung dibandingkan spesies manusia purba mula-mula, yang secara jelas menunjukkan kemampuan memanjat,” kata Kivell. 

Ekspedisi pertama ke rongga gua tersebut pada 2013 berlangsung selama 21 hari dan melibatkan lebih dari 60 penjelajah gua dan ilmuwan yang bekerja dalam kondisi berbahaya, menerobos celah-celah sempit di antara bebatuan. 

Sejak saat itu, para ilmuwan telah mempelajari tulang-belulang di sana, mulai dari bayi, anak-anak, spesies dewasa dan tua, sebelum akhirnya mengambil kesimpulan. 

“Rongga gua tersebut belum mengungkapkan semua rahasianya,” kata Berger. “Ada kemungkinan ratusan, atau bahkan ribuan Homo naledi masih berada di sana.”

Menelusuri perjalanan manusia adalah salah satu bidang yang paling sulit dalam antropologi, dan ilmuwan bisa berdebat sengit sebelum memutuskan apakah temuannya bisa disebut spesies baru.  

Sebagian dari fosil tersebut akan dipamerkan di Cradle of Humankind sampai 11 Oktober. Setelah itu mereka akan dikembalikan ke Universitas Witwatersrand.

“Hari ini akan ditulis dalam buku sejarah sebagai saat di mana dunia mempelajari sesuatu yang baru dan luar biasa,” kata Wakil Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa. 

“Kami gembira bahwa ada penemuan yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya ditemukan di sini, di ujung selatan dari benua Afrika. Lepas dari perbedaan kita sebagai individu dalam hal penampilan, bahasa, kepercayaan dan aktivitas budaya, kita disatukan bersama oleh nenek moyang yang sama.” — Laporan dari AFP/Rappler

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!