Barcelona vs AS Roma: Para serigala dalam ancaman

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Barcelona vs AS Roma: Para serigala dalam ancaman
Ini bukan waktu yang tepat bagi AS Roma untuk melawan Barcelona. Mereka baru saja membantai Real Madrid 4-0

JAKARTA, Indonesia — Tanpa peran penuh sang mega bintang, Lionel Messi, Barcelona mampu begitu digdaya melumat Real Madrid 4-0, Minggu, 22 November. 

Apa jadinya Blaugrana—julukan Barcelona—kala Messi sudah fit untuk melayani tantangan tamu dari Italia, AS Roma pada Rabu, 25 November, dini hari nanti dalam pertandingan lanjutan Liga Champions? 

Tentu saja AS Roma dalam bahaya. Sebab kondisi Messi sudah 100 persen. Hanya diskresi entrenador (pelatih) Luis Enrique yang bisa menghalanginya untuk meladeni klub berjuluk Il Lupi (serigala) itu di Camp Nou.

Celakanya, Roma sedang sangat membutuhkan kemenangan untuk lolos ke babak delapan besar Liga Champions. Memang, mereka kini duduk di peringkat kedua klasemen sementara grup E dengan 5 poin. Tapi, Bayern Leverkusen di peringkat ketiga menghantui klub ibu kota Italia itu dengan selisih satu angka.

Lawan klub Jerman itu relatif mudah, yakni tim juru kunci asal Belarusia BATE Borisov. Tak ayal, Roma wajib menang untuk mengamankan peluangnya.

“Saya tahu posisi mereka sangat sulit. Nasib mereka bakal ditentukan pertandingan lainnya. Karena itu, mereka harus menang,” kata Enrique seperti dikutip ESPN.

Dalam matchday kelima Liga Champions ini, Barcelona hampir full team. Yang absen hanya bek Javier Mascherano dan Rafinha. Mascherano masih dibelit cedera.

Namun, Enrique masih bisa tenang. Sebab, Jeremy Mathieu bisa menggantikan palang pintu asal Argentina tersebut. Apalagi, duetnya bersama Gerard Pique terbukti solid mengawal pertahanan Barca hingga menorehkan clean sheet di el clasico.

Enrique juga bisa langsung memainkan trio penyerang paling mengerikan sejagat: Messi-Neymar-Luis Suarez (MSN). Apalagi, mantan pelatih Roma itu mengatakan bahwa performa mereka di el clasico masih belum apa-apa.

“Kami masih bisa berkembang lebih baik lagi. Terutama dalam serangan balik, tendangan pojok, dan menekan lawan,” katanya

Jika superioritas Barca melawan Real itu masih belum apa-apa, lantas masihkah ada harapan untuk AS Roma?

AS Roma tak ingin hanya bertahan

Satu-satunya jalan bagi Roma adalah tidak bermain konyol, yakni dengan naif menantang Barca memainkan sepak bola menyerang. Terbukti, Real sudah merasakan akibatnya.

Roma bisa bercermin dari dua kekalahan Barca di Primera Division, yakni ketika melawan Sevilla (1-2) dan Celta Vigo (1-4). Dalam dua pertandingan tersebut kedua tim memainkan formasi yang berbeda saat menyerang dan bertahan.

Saat bertahan, mereka memasang dua gelandang bertahan untuk mematikan lini tengah Barcelona. Allenatore Roma Rudi Garcia bisa memainkan 4-2-3-1 dengan trio gelandang lebih turun ke dalam. Tujuannya, membentengi diri dari para punggawa lapangan tengah Barca yang jadi kunci kekuatan mereka.

Selain itu, dengan winger ikut turun, kecepatan Neymar di kiri dan Messi di kanan bisa sedikit dihambat Alessandro Florenzi dan Juan Iturbe. Duo winger itu bisa saling menjaga kekuatan sayap Barca bersama barisan bek.

Upaya untuk meredam mereka tidak mustahil. Sebab, di laga pertama kontra Barca di Olympico pada 17 September lalu, kompartemen pertahanan Roma yang beranggotakan Antonio Rudiger,  Konstantinos Manolas, dan Lucas Digne sukses menahan Messi.

Dengan demikian, striker Edin Dzeko bakal sendirian di depan. Tugasnya hanya berlari kencang saat serangan balik dan menembak dengan akurat meski peluang bakal sedikit.

Karakter Dzeko yang bukan striker cepat dan pembawa bola bisa jadi membuat Roma semakin sulit menang. Namun, paling tidak itu yang bisa dilakukan Roma daripada mengulangi malapetaka yang diterima Real.

Garcia sendiri mengakui bahwa melawan Barca bakal sangat berat. Dia membutuhkan pemain dengan kemampuan transisi dari bertahan dan menyerang dengan cepat.

“Saya butuh pemain yang bisa berubah (dari bertahan ke menyerang) dalam satu jentikan tangan,” katanya seperti dikutip Football Italia.

Pelatih berpaspor Prancis itu berharap deputi kapten Daniele De Rossi bisa tampil. De Rossi bakal memimpin rekan-rekannya untuk melakukan transisi cepat tersebut.

“Tapi saya tidak akan mengorbakan dia jika kondisinya tidak benar-benar bagus. Yang jelas, dia mulai berlatih,” kata Garcia.

Garcia juga enggan memerintahkan anak asuhnya bermain bertahan alias “memarkir bus”. “Kalau kami terus-terusan bertahan, kami justru akan kalah,” katanya

Rappler.com 

BACA JUGA: 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!