Lapindo “ngebor” gas lagi, warga was-was

Amir Tedjo

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Lapindo “ngebor” gas lagi, warga was-was
Pengeboran diklaim atas permintaan pemerintah melalui SKK Migas

SIDOARJO, Indonesia  — Jalan Desa Kedung Banteng dan Banjar Asri  Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo mendadak hiruk pikuk. Puluhan truk bermuatan tanah mondar mandir di atas jalan desa yang sudah beraspal  itu.

Padahal jalan itu biasanya lebih banyak dilalui kendaraan roda dua dan sesekali roda empat. Namun sejak 6 Januari 2016 lalu suasana berubah. Truk-truk besar bermuatan tanah hilir mudik.

Derum mesin besar itu menandai aktifitas pengurukan atau dalam bahasa pertambangan disebut sebagai drilling site preparation (DSP) di sumur gas mereka di Desa Banjar Asri yang berbatasan dengan Desa Kedung Banteng.

Aktifitas ini sebenarnya sudah diketahui warga sebelumnya. Saelan (50) salah seorang warga Banjar Asri mengatakan, seminggu sebelumnya ada pertemuan warga dengan perangkat desa. Dalam  pertemuan itu, perangkat desa mengatakan jika dalam waktu dekat Lapindo Brantas akan melalukan pengurukan. 

Selain pertemuan minggu lalu, sekitar enam bulan lalu juga ada pertemuan dengan warga. “Pertemuan ini membahas soal kegiatan PT Lapindo Brantas yang akan melakukan pengurukan di sekitar sumur mereka,” katanya. Dalam pertemuan itu, warga menyatakan tak keberatan PT Lapindo hanya melakukan pengurukan di sekitar sumur dan bukan pengeboran.

Selain itu warga juga mengajukan syarat,  Lapindo Brantas harus memberi dana kompensasi kepada warga Rp 1 juta per kepala keluarga. “Lama tak ada kabar atas tuntutan warga itu, tiba-tiba RT mengabarkan akan ada kegiatan pengurukan dalam waku dekat. Dan warga diberi dana Rp 135 ribu per kepala keluarga. Tahu-tahu keesokan harinya sudah banyak truk-truk datang membawa tanah,” kata Selan di Sidoarjo.

Cerita yang hampir sama juga diceritakan oleh Udin (35) warga Desa Kedung Banteng. Dalam pertemuan warga desanya itu, yang disampaikan hanya pengurukan. “Ternyata ini pengeboran. Karena informasi awal hanya pengurukan. Warga belum menentukan langkah selanjutnya, jika memang benar-benar pengeboran,” ujar Udin.

Lebih parahnya, warga Desa Kedung Banteng hanya menerima 10 kg beras dan gula 1,5 kg. Padahal tuntutan mereka sama dengan warga Kedung Asri, yaitu dana kompensasi sebesar Rp 1 juta per kepala keluarga untuk aktifitas pengurukan. 

Warga Kedung Banteng merasa punya hak yang sama untuk mengajukan tuntutan, karena  lokasi sumur  ini berada perbatasan di dua desa itu.

Manager Public Relation Lapindo Brantas Inc. Arif Setya Widodo mengakui  awalnya memang ada penolakan dari warga atas kegiatan Lapindo Brantas ini. Kata dia, dalam sebuah kegiatan pengeboran gas seperti yang dilakukan Lapindo Brantas Inc. saat ini, memang selalu ada ada pro dan kontra.

“Tapi Alhamdulillah, warga sudah bisa  kita yakinkan. Kita dibantu SKK Migas yang langsung terjun ke lapangan dan dibantu semua pimpinan daerah mulai pejabat sementara bupati, kapolres hingga para kepala desa,” ujar dia.

Batas kawasan lumpur.

Kata Arif pengeboran sumur gas di Banjar Asri berbeda dengan sumur di Banjar Panji di Porong menyemburkan lumpur. Sumur di Banjar Asri tergolong sumur dangkal dengan kedalaman 3.000 kaki atau sekitar 1.000 km. Sedangkan di Banjar Panji Porong, kedalamannya 12.000 kaki, atau sekitar 4.000 km.

“Sangat kecil sekali kemungkinan seperti di Banjar Panji. Lebih dangkal resikonya tak terlalu besar. Tapi semuanya harus tetap sesuai dengan Standard Operation Procedur (SOP),” ujar Arif.

Aktifitas pengeboran di sumur Kedung Asri juga tak butuh Analisis Dampak Lingkungan. “Aturannya,  Amdal hanya dibutuhkan untuk perusahaan migas yang produksinya di atas 30 MMSCF per hari. Berhubung sumur ini hanya 5 MMSCF, kebutuhan perijinan cuma Unit Kelola Lingkungan yang dikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup Sidoarjo. Dan ini sudah selesai sejak 2013 lalu,” ujar Arif. 

Pengeboran atas permintaan pemerintah melalui SKK Migas, untuk mencukupi program pemerintah bidang city gas di Jawa Timur. Saat ini, Lapindo Brantas punya lima sumur di  lapangan Tanggul Angin, Sidoarjo. Namun hanya tiga sumur yang masih beroperasi dengan kemampuan 5 MMSCF per hari. 

Dengan adanya sumur baru ini, diharapkan produksi bisa meningkat menjadi 10 MMSCF per hari. Investasi untuk pengeboran sekitar USD 3 juta dollar. Dan rencananya sudah akan menghasilkan gas sekitar awal Maret tahun ini.

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur menyesalkan  kembalinya Lapindo Brantas Inc. melakukan pengeboran di wilayah yang padat penduduk. Ony Mahardika Direktur Eksekutif Walhi Jawa Timur menyatakan, pertambangan migas di kawasan padat huni bukan sekali menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat sekitar. Selain semburan lumpur Lapindo, kasus lain adalah ledakan sumur migas Sukowati 5 di Bojonegoro yang mengakibatkan sedikitnya 148 orang dirawat di rumah sakit dan ribuan lainnya mengungsi.

“Dari dulu negara hadir dalam memfasilitasi penghancuran lingkungan, seharusnya saat ini sudah berubah menjadi negara hadir melindungi warganya,” kara Ony.  —  Rappler.com

BACA JUGA

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!