Piala Liga Manchester City vs Everton: Misi Pellegrini selamat dari gunung berapi

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Piala Liga Manchester City vs Everton: Misi Pellegrini selamat dari gunung berapi
Kalah 1-2 di leg pertama, Manchester City memburu kemenangan di kandang sendiri demi lolos ke final.

JAKARTA, Indonesia – Apa jadinya jika seseorang bekerja dengan ketakutan bahwa posisinya akan segera digantikan? Ibarat pekerja yang tahu bahwa apapun yang dia lakukan dengan pekerjaannya, perusahaan tidak akan mempertahankannya.

Bahkan, pengganti dirinya sudah mengetuk pintu perusahaan. Dan para pengurus menyambutnya lebih hangat daripada mereka menyambut dirinya saat kali pertama datang dulu.

Situasi psikologis itulah yang kurang lebih dialami manajer Manchester City Manuel Pellegrini. Di tengah ketatnya kompetisi yang diikuti klub berjuluk The Citizens itu, manajer asal Chile itu harus bekerja dengan bayang-bayang Josep “Pep” Guardiola di depan pintu klub.

Padahal, Pellegrini harus membagi pikirannya dalam empat ajang di mana City masih punya peluang: Liga Primer, Liga Champions, Piala FA, dan Carling Cup alias Piala Liga.

Situasi itulah yang disebut manajer Arsenal Arsene Wenger dalam istilah, “tinggal di atas gunung berapi”. Hampir semua manajer klub sepak bola saat ini mengalaminya.

“Setiap hari bisa jadi hari terakhirmu karena klub selalu bisa memecatmu sewaktu-waktu,” katanya seperti dikutip dalam buku tulisan Michael Calvin berjudul Living on the Volcano: The Secrets of Surviving as a Football Manager.

Pekerjaan sebagai manajer, kata Wenger lebih lanjut, sejatinya penuh penderitaan. Mereka dituntut untuk memberi kemenangan di setiap laga. Jika menang, mereka pun tidak bisa terlalu lama bergembira. Sebab, para komandan pasukan sepak bola itu sudah harus memikirkan pertandingan selanjutnya.

Dan ketika tim menderita kekalahan, para manajer merasakan sakit yang teramat dalam. Jauh lebih menderita daripada pemain. Sebab, mereka bertanggung jawab terhadap keseluruhan tim.

“Saya respek dengan semua manajer di dunia. Kami semua menderita,” kata Wenger.

Sepanjang dua musim sebelumnya, posisi Pellegrini di City memang aman. Musim pertama (2013-2014) penuh bulan madu karena mantan manajer Real Madrid itu langsung mempersembahkan gelar ganda: juara Liga Primer dan Piala Liga.

Sayangnya, kesan pertama yang begitu menggoda itu tak bertahan lama. Pellegrini membawa City puasa gelar di musim berikutnya. Di Liga Champions, Vincent Kompany dan kawan-kawan hanya bisa sampai 16 besar.

Musim ini, garis finis memang belum dilalui rival sekota Manchester United tersebut. Tapi manajemen klub tampaknya sudah kehilangan kesabaran. Mereka sudah tergesa-gesa berburu manajer anyar.

Yang bisa dilakukan Pellegrini hanya satu: gelar, gelar, dan gelar. Langkah pertama: membawa City ke final Piala Liga. Caranya, mengalahkan Everton pada Kamis, 28 Januari, pukul 02.45 dini hari WIB.

Dengan kekalahan 1-2 di kandang Everton, City hanya perlu menang tipis 1-0 untuk lolos. Pertandingan yang digelar di Etihad Stadium, kandang mereka sendiri, seharusnya menjadi garansi kemenangan. Sebab, dalam tujuh laga terakhir mereka tak pernah kalah di depan publik sendiri.

Pertahanan Everton rapuh

Menghadapi Everton bukan perkara gampang bagi City. Pasukan Roberto Martinez itu adalah salah satu tim dengan barisan penyerang tangguh. Kombinasi Ross Barkley, Romelu Lukaku, dan Gerard Deulofeu menjadikan mereka sangat agresif di kotak penalti.

Jika Deulofeu dan Barkley adalah mesin penyuplai “peluru” assist tim, Lukaku adalah penembak frontal di depan gawang lawan. Kombinasi trio Everton itu sudah mengemas 20 assist dan 23 gol di Liga Primer.

Tak salah jika mereka masuk dalam empat besar tim paling produktif di kasta tertinggi sepak bola Inggris tersebut. Lukaku kini bahkan menjadi pencetak gol terbanyak Liga Premier kedua di bawah Jamie Vardy (Leicester) dengan koleksi 15 gol.

Dengan catatan agresivitas seperti itu, tak salah jika Martinez menolak takut terhadap City.  “Kami cukup kuat secara mental untuk mengatasi mereka,” kata manajer asal Spanyol itu seperti dikutip Daily Mail.

Masalah Everton memang bukan di kompartemen serangan. Tapi di barisan pertahanan. Mereka terlalu mudah kebobolan. Di Liga Primer, rata-rata kebobolan per laga mereka hampir mencapai 1,5 gol. Di kompetisi yang sama mereka juga tak pernah menang dalam lima laga terakhir.

Namun, Martinez tetap bersikukuh bahwa timnya cukup kompetitif untuk melawan City. Dia mencontohkan pertandingan melawan Chelsea pada 16 Januari lalu. Dalam laga yang berakhir 3-3 tersebut, klub berjuluk The Toffees itu sempat unggul 2-0 dan 3-2.

Mereka sempat membuat pasukan Guus Hiddink itu mati kutu. “Kami bermain bagus sepanjang 60 menit. Chelsea hanya memiliki momen sepanjang 10 menit di mana kami kehilangan kendali,” kata Martinez.

Masalahnya, 10 menit adalah waktu yang lebih dari cukup bagi bomber semacam Sergio Aguero untuk mencetak beberapa gol. Apalagi, dua pemain pendukungnya, winger kiri Raheem Sterling dan winger kanan Kevin De Bruyne siap diturunkan.

Hanya gelandang David Silva yang absen dari kuartet andalan Pellegrini tersebut. Posisinya akan digantikan Yaya Toure yang digeser lebih maju dari pos gelandang bertahan. Posisi pemain Pantai Gading itu kemungkinan akan diisi Fernando.

Pellegrini mengatakan, timnya sudah mengenal betul karakter permainan Everton. Dalam sebulan ini, mereka sudah bentrok dua kali, satu di Liga Primer dan satu di Piala Liga.

“Kami banyak tahu tentang mereka. Bagaimana mereka bermain dan siapa saja pemain kuncinya,” kata Pellegrini seperti dikutip Independent.

Manajer 62 tahun itu menegaskan bahwa meski gengsi Piala Liga jauh di bawah Liga Primer, anak buahnya tetap haus dengan gelar. “Kalau sudah sampai semi final, wajib bagi kami untuk lolos ke final,” katanya.—Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!