Kartika Jahja: Tubuhku milikku, tubuhmu milikmu

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kartika Jahja: Tubuhku milikku, tubuhmu milikmu
Memahami otoritas tubuh adalah langkah awal untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan.

JAKARTA, Indonesia—Sejauh mana anda, perempuan, menguasai tubuh anda sendiri? Lewat sebuah foto suasana di belakang layar pembuatan video Tubuhku Otoritasku, Kartika Jahja, vokalis Tika & The Dissident, mengajak penikmat musik, terutama kaum perempuan, untuk mendefinisikan kembali tubuhnya. 

Proyek foto ini dirancang untuk menyambut rilis album Merah hasil kolaborasi dengan Mari Jeung Rebut Kembali, Bersama Project, dan Sounds From The Corner. Jika tak ada aral melintang, videonya akan diputar perdana di Kinosaurus, 11 Maret.

Mengapa Kartika mengambil tema tubuh perempuan? “Karena selama ini tubuh perempuan mengalami banyak sekali aturan, penghakiman, dieksploitasi, dipermalukan, bahkan dijadikan obyek kekerasan. Sampai seakan kita nggak punya kuasa atas tubuh kita sendiri,” kata Kartika kepada Rappler, Selasa, 8 Maret. 

OTORITAS TUBUH. "Despite the judgement i get everyday for being too skinny, I am genuinely happy with my body," kata Tia. Koleksi foto Kartika Jahja

Setiap hari, ia melihat iklan tentang krim pemutih, obat pelangsing, pembesar payudara, artikel-artikel seperti tips dan trick dandan cantik agar si dia jatuh cinta, kiat-kiat memuaskan suami agar ia betah di rumah, hingga berita-berita tentang tes keperawanan, pelecehan seksual di kendaraan umum, perdagangan peremputan, mutilasi genital, dan pemerkosaan. 

TUBUH DAN AGAMA. Rika Rosvianto, pendiri  _perEMPUan_ mengatakan, "Tubuhku bukan penjaga imanmu". Foto koleksi Kartika Jahja

Bahkan ia juga mengamati tayangan di televisi. “Belahan dada disensor, tapi pernikahan anak dilegalkan. Perempuan diajari supaya tidak diperkosa, laki-laki tidak diajari supaya tidak memerkosa. Dari sana (saya) menyadari bahwa otoritas tubuh perempuan tidak dikontrol oleh dirinya sendiri,” katanya. 

Karena itu, di proyek terbarunya ini, ia ingin menawarkan alternatif dari konsep cantik pada perempuan. “Yang kita tau selama ini, yang sangat sempit dan dangkal. Padahal tubuh perempuan sangat beragam bentuk, warna dan karakternya,” ujarnya. 

SEMUA BENTUK TUBUH INDAH. Kata Kartika Jahja, "A woman's body is nobody else's right but her own." Foto koleksi Kartika Jahja.

Menurut Kartika, perempuan tidak harus memaksakan diri kita untuk masuk ke dalam ‘standar’ kecantikan yang ada. Seperti apa standarnya? “Kurus, putih, rambut halus panjang. Tetapi standar kecantikan itu yang harus dibuka supaya lebih luas,” ujarnya. 

“Kita bisa mencintai diri kita, dan pegang kendali penuh atas pilihan-pilihan kita bagi tubuh kita. Bahwa bukan hak orang lain kecuali diri kita untuk menentukan, menghakimi, apalagi menjamah tubuh kita,” ujarnya lagi. 

Sebab, kata Kartika, memahami otoritas tubuh, baik itu tubuh sendiri maupun tubuh orang lain, adalah langkah awal untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan. 

POLITIK TUBUH. Dhyta Caturani, aktivis perempuan, mengatakan "My body is not a democracy". Foto koleksi Kartika Jahja.

Proyek ini juga sebagai seruan kepada perempuan dan laki-laki. “Bahwa tubuh kita milik kita, kitalah yang mengatur, kitalah yang pegang otoritas atas tubuh kita. Bukan orang lain, bukan keluarga, bukan pasangan, bukan media, dan bukan negara,” katanya. 

Dengan video ini nanti, Ia ingin mengajak perempuan untuk merebut kembali apa yang sebenarnya menjadi milik kaum hawa. 

“Sebab langkah revolusioner pertama yg bisa dilakukan setiap perempuan adalah dengan memiliki dan mencintai tubuhnya sendiri,” ujarnya. —Rappler.com

BACA JUGA

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!