Menko Perekonomian: Kebijakan bauran energi tingkatkan harga minyak sawit

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menko Perekonomian: Kebijakan bauran energi tingkatkan harga minyak sawit
ICOPE kelima diselenggarakan di Bali membahas peran industri minyak sawit dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

NUSA DUA, Bali — Kebijakan pemerintah untuk menerapkan bauran energi dengan mewajibkan Biodiesel 20 persen dalam kandungan bahan bakar ternyata meningkatkan potensi pasar minyak sawit dan menyelamatkan petani dari potensi krisis akibat turunnya harga komoditas minyak sawit.  

Hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat membuka Konferensi Internasional Minyak Sawit dan Lingkungan Hidup (ICOPE), di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, pada Rabu, 16 Maret.  

Konferensi ICOPE yang kelima ini berlangsung selama tiga hari.

Sebagai produsen terbesar minyak sawit di dunia, Darmin mengingatkan bahwa industri dan pemerintah harus siap dengan tantangan dan peluang di masa depan.  

“Indonesia harus memiliki visi yang modern, yang dapat mengidentifikasi solusi yang baru dan unik atas tantangan di industri minyak sawit,” kata Darmin.

Tantangan bisa datang dari pasar potensial, di Eropa. Belum lama ini Indonesia protes ke pemerintah Perancis atas rencana penetapan pajak impor minyak sawit dan turunannya. 

Darmin mengatakan bahwa kebijakan bauran energi dengan biodiesel, B-20, yang dimulai tahun lalu telah meningkatkan permintaan akan sumber energi yang berkelanjutan. “Harga crude palm oil, atau minyak sawit, juga terdorong naik dari US$ 535 per ton menjadi US$ 656 per ton,” kata Darmin.

Perusahaan besar di industri sawit diingatkan agar memikirkan solusi jangka panjang untuk meningkatkan praktik produksi yang berkelanjutan. Industri juga diharapkan bekerjasama dengan pemerintah dalam mempromosikan praktik penanaman dan produksi sawit yang baik dan berkelanjutan.

Tema ICOPE 2016 adalah “Minyak Sawit Berkelanjutan dan Perubahan Iklim, Bergerak Ke Depan Melalui Mitigasi dan Adaptasi”.  

Acara ini diikuti oleh sekitar 400 peserta dari 17 negara, termasuk pada ilmuwan, pejabat pemerintah, masyarakat sipil, wakil industri, peneliti, dan akademisi. 

Tema ini dipilih sebagai tindak lanjut dari pembahasan dalam Konferensi Perubahan Iklim (COP) 21 di Paris, Desember 2015. Industri minyak sawit berperan penting dalam pencapaian target penurunan emisi karbon.

Para peserta dan pembicara akan membahas dengan titik berat pada sudut pandang keilmuan, mulai dari isu terkait El Nino, sampai kontribusi industri dalam mitigasi dan kalkulasi jejak karbon dan penurunan emisi dari produksi minyak sawit.

ICOPE adalah acara dua tahunan yang digelar oleh PT Sinar Mas Agro Technology, bekerjasama dengan World Wildlife Fund (WWF) Indonesia dan CIRAD, pusat riset dan pengembangan internasional Perancis untuk pertanian.

Ketua Dewan Direksi dan CEO Golden Agri Resources dari Sinar Mas Group, Franky O. Widjaja mengatakan bahwa industri minyak sawit Indonesia mempekerjakan 16 juta orang secara langsung dan tidak langsung dan menghasilkan Penerimaan ekspor senilai US$ 19 miliar dolar pada 2015.

“Kami mengapresiasi pemerintah Indonesia yang telah menyediakan skema kredit usaha kecil untuk usaha penanaman kembali, ini sangat membantu petani,” ujar Franky dalam pembukaan ICOPE kelima.

Franky mendukung pembentukan Dewan Negara Produsen Minyak Sawit yang diinisiasi pemerintah Indonesia dengan pemerintah Malaysia.

Dewan ini bertujuan untuk memastikan proses produksi minyak sawit yang berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dan harmonisasi standar ekologi lingkungan. —Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!