Amerika Serikat masukkan Santoso dalam daftar teroris global

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Amerika Serikat masukkan Santoso dalam daftar teroris global
Polri perpanjang masa Operasi Tinombala selama dua bulan

JAKARTA, Indonesia — Otoritas Amerika Serikat (AS) memasukkan teroris asal Indonesia, Santoso, ke dalam daftar teroris global. 

Departemen Luar Negeri AS menyatakan Santoso telah dimasukkan ke dalam daftar teroris global atau SDGT.

AS juga memblokir seluruh aset milik Santoso yang disebut sebagai pendukung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

“Sebagai dampak dari penunjukan ini, seluruh properti dalam yurisdiksi AS yang terkait dengan Santoso diblokir dan semua warga AS dilarang terlibat transaksi apapun dengan Santoso,” demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS, pada Rabu pekan ini, 23 Maret.

Dalam daftar SDGT itu, Santoso disebut sebagai pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT), yang bertanggung jawab atas sejumlah pembunuhan dan penculikan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Ketua DPR RI Ade Komaruddin menilai wajar AS memasukkan Santoso alias Abu Wardah dalam daftar teroris global karena kejahatan yang dilakukannya mengancam dunia internasional.

“Saya pikir wajar (Santoso) dimasukkan dalam daftar terorisme karena bukan masalah di Amerika saja dan tingkat bahaya, maka dimasukkan dalam daftar yang mengancam Internasional,” kata Ade kepada wartawan.

Ia mengatakan, pemerintah Indonesia selama ini sama melihat ancaman terorisme yang serius yang dilakukan Santoso dari Poso di Sulawesi Tengah.

“Saya melihat pemerintah proaktif dan melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang dipimpin Tito Karnavian akan ada gebrakan,” ujarnya.

Dia meyakini kelompok Santoso bisa diatasi oleh pemerintah, khususnya Kepolisian dan TNI.

Polri klaim sudah tahu persembunyian Santoso

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan bahwa polisi sudah mengetahui titik lokasi persembunyian Santoso.

“Kami sudah tahu lokasi-lokasi di mana mereka berada,” kata Badrodin Haiti di Jakarta, awal pekan ini, Senin, 21 Maret.

Kendati demikian, Badrodin enggan membeberkan mengenai informasi lokasi tersebut.

Ia memastikan bahwa operasi gabungan TNI-Polri dalam Operasi Tinombala akan tetap dilanjutkan menyusul jatuhnya helikopter milik TNI AD yang berpenumpang 13 orang di Kabupaten Poso, Sulawesi Tenggara, pada Minggu, 20 Maret.

Para awak dalam helikopter tersebut sedang dalam tugas perbantuan operasi Tinombala di Poso, bahkan salah satu korban tewas adalah Danrem yang selama ini bertugas memimpin kegiatan tersebut.

“Operasi (Tinombala) terus berjalan dan tidak terhenti dengan musibah ini,” katanya.

Operasi Tinombala diperpanjang selama dua bulan setelah masa berakhirnya pada 10 Maret 2016 untuk memaksimalkan penyelesaian kasus-kasus terorisme di Sulawesi Tengah.

“Diperpanjang dua bulan ke depan untuk menyelesaikan kasus-kasus terorisme sehingga mengantisipasi supaya tidak ada teror lagi,” kata Kapolri.

Polda Sulteng telah menggelar Operasi Camar Maleo I hingga IV pada 2015 yang belum membuahkan hasil. 

Kemudian dilanjutkan kembali dengan Operasi Tinombala sejak 10 Januari 2016 dengan tenggat waktu 60 hari, namun sampai saat ini target operasi Santoso belum didapatkan. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!