Perempuan berbisnis, meretas dominasi laki-laki

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah para wirausahawati di bidang kerajinan tangan saat menjalankan bisnisnya.

Peserta INACRAFT 2016 menujukkan hasil karyanya yang dijual di acara. INACRAFT 2016 akan berlangsung 20-24 April 2016 ini.

JAKARTA, Indonesia – Kini lahan bisnis tidak hanya milik kaum Adam semata. Para wanita Indonesia pun banyak yang berkiprah di dunia ini, merintis jalan usaha mereka sendiri.

Pada perhelatan Jakarta International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) yang berlangsung dari 20 sampai 24 April, Rappler berkesempatan mewawancarai dua perempuan yang berhasil mengenalkan bisnisnya ke kancah internasional. Mereka tak segan berbagi kisah pengalaman mengarungi dunia usaha.

Tak sadar menjadi wirausahawati

Siang itu, Yori Nooraini sibuk menggantungkan kain-kain batik berukuran 2×1,5 meter di dinding stand-nya di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat. Kain-kain itu bergantung di sekitar gambar latar yang menampilkan dirinya tengah memegang batik di tengah hamparan sawah.

“Saya sejak dulu memang suka dengan seni. Terutama lukis,” kata Yori saat ditemui Rappler, pada Rabu, 20 April. Motivasinya terjun ke dunia batik adalah karena ingin coba-coba melukis di atas kain.

Awalnya, ia mengaku agak sulit karena teknik dan media yang berbeda. Namun, setelah berhasil mendapatkan celahnya, Yori malah jadi keranjingan. Tak berhenti pada lukisan cat semata, ia pun mulai membeli lilin untuk membatik. Buah tangannya pun berubah menjadi pola-pola indah di atas kain batik.

Yori memperlihatkan kain batik buatannya di INACRAFT 2016, JCC, pada Rabu, 20 april 2016. Ia menggunakan bahan-bahan alami sebagai pewarna.

Untuk desain, Yori tak main-main. Puluhan kain yang ia jual hari itu  dibuat satu persatu dengan tangannya sendiri. Dengan demikian, setiap pola hanya ada satu macam saja.

“Paling ada yang mirip, tapi warnanya juga beda dan ada tambahan sedikit,” kata dia.

Latar belakang pendidikan perempuan kelahiran Nganjuk, Jawa Tengah ini memberi keunikan sendiri pada produk kainnya. Sarjana pertanian dari Universitas Sebelas Maret ini, misalnya, memilih menggunakan pewarna alamiah daripada pewarna kimia.

 

Yori menggunakan kayu mahoni dan daun nilam sebagai bahan dasar pewarna. Hal ini juga dipertimbangkan dari sejarah batik, yang pada dasarnya menggunakan bahan-bahan pewarna dari alam. Semua proses ia lakukan di pabrik sekaligus rumahnya yang berlokasi di Temanggung.

“Batik alamiah” ala Yori ini ternyata menarik perhatian banyak pembeli. Ia sudah delapan kali ikut perhelatan Inacraft, dan produknya selalu laris manis. Rappler mengamati, kios Yori lebih ramai dibandingkan sekitarnya, meski menjual produk batik yang sama. Bahkan, proses wawancara beberapa kali tersendat lantaran ia harus melayani pembeli yang terus berdatangan.

Zhen, salah satu pembeli yang hari itu memborong sepuluh kain, mengatakan sudah tiga kali datang ke tempat Yori di Inacraft. “Saya suka, karena bahannya alami jadi aman untuk kulit. Polanya juga eksklusif dan bagus,” kata dia.

Melihat kepopuleran produknya, Yori mengaku tak sadar ia kini sudah menjadi wirausahawati. Padahal, ia tak pernah berniat membisniskan hobinya ini.

Awalnya, ia membatik hanya untuk kssenangannya sendiri. Bahkan, karyanya ia berikan secara cuma-cuma ke orang yang suka dan minta. Justeru suaminya lah yang mendorong ia untuk mulai berbisnis.

“Katanya, kalau punya bakat jangan disia-siakan,” kata Yori meniru suaminya. Ia pun akhirnya memberanikan diri menjual karya-karyanya, dan akhirnya lancar.

Menurut dia, sekarang ini perempuan tak perlu takut lagi untuk memulai bisnis yang mereka sukai. Kesempatan sudah terbuka sangat lebar. Memang akan ada beberapa kesulitan yang akan ditemui, tetapi asalkan niat, pasti dapat dilalui.

Dukungan keluarga dan pasangan, kalau ada, juga sangat penting. Yori mengakui suaminya juga memegang andil besar di balik kesuksesan bisnis Nooraini Organic Dye Batik. “Dia partner konsultasi yang baik, juga selalu mendukung dan mendorong saya. Intinya harus sinergilah,” kata dia.

Naikkan ekspor

Secara terpisah Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak mengatakan acara Inacraft ini penting untuk mendongkrak ekspor kerajinan tangan. Menurut dia, sektor ini memiliki potensi besar di pasar global, dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi negara.

“Lima tahun terakhir, ekspor kerajinan tangan meningkat 27,83 persen. Pada 2015 saja, nilai ekspornya US$74,24 juta,” kata dia melalui siaran pers yang diterima Rappler.

Pasar utama ekspor kerajinan tangan adalah Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Jerman, dan Inggris. Hingga 2014, Indonesia masih menjadi penyumbang terbesar dari ASEAN, dan peringkat 12 dunia.

Pemerintah sendiri menargetkan Inacraft 2016 ini untuk mendatangkan 200 ribu pengunjung dalam negeri, dan seribu buyer internasional. Acara ini sekaligus menjadi kesempatan berharga bagi para pelaku industri kreatif untuk mengukir nama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!