Korban Lapindo mengadu ke leluhur yang terkubur lumpur sejak 10 tahun lalu

Martudji

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Korban Lapindo mengadu ke leluhur yang terkubur lumpur sejak 10 tahun lalu
Warga tabur bunga di bekas makam leluhur mereka, sementara beberapa seniman, memasang 300 bendera Gombal

SIDOARJO, Indonesia – Tidak kurang dari 100 orang warga di sekitar tanggul lumpur Sidoarjo menggelar aksi keprihatinan di titik 71 Desa Ketapang, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur pada Senin, 30 Mei.

Mereka menabur bunga dan berdoa di makam leluhurnya yang telah terendam lumpur sejak 10 tahun lalu. Warga juga berorasi menyampaikan aspirasi, yaitu menolak pekerjaan pengeboran minyak dan gas bumi di sekitar pemukiman yang dilakukan PT Minarak Lapindo Brantas Inc.

“Kami semua warga sekitar tanggul lumpur ini, sepakat menolak aktivitas PT Lapindo mengebor atau memanfaatkan kembali sumur-sumur migas di Sidoarjo karena selain dekat dengan pemukiman juga kuatir akan terjadinya kerusakan lingkungan seperti luapan lumpur ini,” kata Imam Dzakiri, warga Desa Glagaharum, Kecamatan Porong.

Korban lain, Khobir, menambahkan ada sekitar enam desa di Kecamatan Porong dan Tanggulangin di sisi utara dan timur tanggul yang dirugikan akibat aktivitas tanggul lumpur selama ini.

“Sawah kami sering diserbu lumpur panas ketika tanggul jebol, juga tidak pernah diperhatikan oleh BPLS,” katanya.  

Keenam desa itu antara lain Desa Banjar Panji, Kalidawir, Putat, Gempolsari di Kecamatan Tanggulangin dan Desa Glagaharum dan Desa Plumbon di di Kecamatan Porong.

Semburan lumpur panas Lapindo pertama kali terjadi pada 29 Mei 2006. 

Seniman Australia gelar Instalasi Bendera Gombal

Terangkai dengan aksi warga korban luapan lumpur Lapindo di Sidoarjo tersebut, seniman Australia Dadang Chistanto menggelar aksi kemanusiaan yang diberi nama Instalasi Gombal. Bersama seniman lainnya, Dadang memasang 300 bendera pakaian bekas di tanggul lumpur

“Ini sebagai bentuk keprihatinan kami dengan bencana kemanusiaan akibat luapan lumpur. Kita lihat sepuluh tahun mereka hidup dalam intaian bahaya. Dan, yang setiap hari dirasakan adalah menghirup udara yang tidak sehat. Mereka dipandang tidak berarti, artinya seperti gombal yang dicampakkan begitu saja,” kata Dadang.

Lanjut lelaki seniman asal Tegal, Jawa Tengah tersebut, pihaknya tegas menolak aktifitas pengeboran di tengah pemukiman padat, termasuk di Sidoarjo ini.

Setelah warga menabur bunga, secara bersama-sama mereka menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan lagu Padamu Negeri. 

Sejumlah seniman, di areal lumpur yang menggunung tersebut mereka membacakan teks Pancasila, membacakan puisi, ‎dan melakukan aksi memang 300 buah bendera Gombal atau pakaian bekas.

Aksi berjalan tertib, dengan penjagaan kepolisian dari Polsek Tanggulangin, Sidoarjo. Setelah prosesi acara dilakukan semua, warga pun membubarkan diri kembali pulang ke desanya. – Rappler.com

 

BACA JUGA:

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!