Indeks Perbudakan Global: 736.000 orang terjebak perbudakan di Indonesia

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Indeks Perbudakan Global: 736.000 orang terjebak perbudakan di Indonesia

ANTARA FOTO

Menurut global indeks tersebut negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, membayar murah pekerjanya yang menghasilkan produk untuk pasar Eropa Barat, Jepang, Amerika Utara, dan Australia.

JAKARTA, Indonesia—Indeks Perbudakan Global 2016 menempatkan Indonesia di posisi 7 di Asia Tenggara dengan sekitar 736.000 warga masih terjebak dalam perbudakan modern. Secara global, Indonesia berada di posisi 39 dari 168 negara yang diteliti secara global.

“Isu-isu perbudakan modern (di Indonesia) berkaitan dengan pembantu rumah tangga asing dan pernikahan paksa dan anak-anak,” kata Indeks Perbudakan Global (GSI) dalam laporan yang dikeluarkan pada Selasa, 31 Mei.

Di Asia Tenggara, Kambodia mencatat prevalensi perbudakan modern tertinggi dengan 1,6 persen dari jumlah penduduk, diikuti oleh Myanmar dengan 0.96 persen, Brunei Darussalam 0.81 persen, Thailand 0.63 persen, Malaysia 0.43 persen, dan Filipina 0.40 persen.

Sementara negara dengan prevalensi perbudakan terendah di Asia Tenggara ditempati oleh Vietnam dengan 0.17 persen dari jumlah penduduk, diikuti oleh Singapura 0.17 persen, Timor Leste 0.29 persen, dan Laos 0.29 persen.

Dari segi jumlah korban perbudakan modern, India menempati posisi teratas dengan 18,35 juta orang, diikuti Tiongkok dengan 3,39 juta orang, Bangladesh 1,53 juta, dan Uzbekistan 1,23 juta orang.

GSI mendefinisikan perbudakan modern sebagai situasi eksploitasi di mana seseorang tidak bisa menolak atau pindah karena ancaman, kekerasan, pemaksaan, penyalahguanaan kekuasaan atau tipu muslihat.

Saat ini sekiar 45,8 juta orang di seluruh dunia masih terjebak perbudakan modern dan sekitar 66 persen dari mereka berada di Asia Pasifik. 

Menurut Indeks Perbudakan Global, negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, membayar murah para pekerja yang menghasilkan produk untuk pasar Eropa Barat, Jepang, Amerika Utara, dan Australia. 

Beberapa dari negara tersebut dinilai sudah melakukan terobosan untuk mengatasi hal ini, seperti Indonesia yang berupaya untuk menelusuri perbudakan nelayan di perairannya. 

Sementara itu, laporan menyebut bahwa Korea Utara menjadi negara dengan perkiraan pekerja yang terjebak perbudakan modern tertinggi berdasar prevalensi terhadap populasi. Tapi data ini sulit diverifikasi meski ada bukti bahwa warga Korea Utara dipekerjapaksakan oleh negara. 

Posisi kedua diduduki oleh Uzbekistan. Laporan menyebut perbudakan modern di negara ini terjadi di perkebunan kapas. Mirisnya, negara menjadi pihak yang mempekerjakan warganya sendiri.

Posisi ketiga ditempati oleh Kamboja. Perbudakan modern di negara ini terjadi pada pekerja seksual, manufaktur, pertanian, konstruksi, dan pekerjaan rumah tangga. 

Sementara itu, laporan itu juga menyebut negara dengan tingkat prevalensi berdasar populasi terendah untuk pekerja yang terjebak perbudakan modern. Negara tersebut antara lain Eropa Barat, Amerika Utara, Australia, Selandia Baru. 

Tapi ternyata itu juga bukan kabar baik, sebab pekerja dari 10 negara dengan penduduk terpadat ternyata menggantikan pekerja asal empat negara maju tersebut. Mereka dibayar murah untuk memproduksi barang yang dipasarkan di Eropa Barat, Jepang, Amerika Utara, dan Australia. 

Negara yang dimaksud adalah India, China, Pakistan, Bangladesh, Uzbekistan, Korea Utara, Russia, Nigeria, Kongo, dan Indonesia. Baca laporan lengkapnya di sini.—Rappler.com

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!