Bubur India, menu lezat khas Semarang untuk buka puasa

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bubur India, menu lezat khas Semarang untuk buka puasa
Walau disebut Bubur India, menu yang hanya ditemukan di Semarang ini merupakan warisan nenek moyang asal Pakistan

 

SEMARANG, Indonesia – Jarum jam bergerak pada angka tiga, tapi kedua tangan Ahmad Ali masih cekatan saat berada di depan tungku kayu. Ia sesekali berhenti untuk menyeka peluh yang membasahi dahinya.

Seakan diburu waktu, ia lalu mempercepat ayunan kedua lengannya agar adonan tepung beras dalam tungku itu cepat matang.

“Karena jam lima buburnya sudah harus dibagikan, maka saya cepat-cepat nguleni biar lekas matang,” katanya kepada Rappler di tungku perapiannya pada Selasa sore, 7 Juni.

Bubur yang dibuat Ahmad Ali ini kerap disebut bubur India oleh warga Arab di Kampung Pekojan, Semarang. Ali, panggilannya sudah lima tahun terakhir dipercaya membuat bubur India. Kepercayaan itu sangat spesial baginya, karena bubur India hanya dibuat tatkala Ramadan tiba.

Bubur India, lanjut Ali, hanya dapat ditemukan di Semarang. Sebab, menu tersebut merupakan warisan moyangnya dari Pakistan yang masih lestari hingga kini.

“Sebenarnya di Sumatera juga ada, tapi kurang lezat dibanding di sini. Karena saya diwarisi resep yang kaya akan rempah-rempah,” akunya, sembari kedua tangannya memasukan delapan bumbu utama ke dalam adonan bubur.

Pria berusia 46 tahun ini berkata warisan resep itu tak boleh jatuh ke tangan orang lain. Bahkan, ia diminta untuk menjadi tukang masak bubur India sampai akhir hayat.

“Ya karena dulunya kakek jadi tukang masak di sini sampai wafat dan diganti saya,” terang Ali.

Ia mengatakan pembagian bubur India memang dinantikan banyak orang jelang buka puasa. Tiap hari, ia menghabiskan 20 kilogram tepung beras untuk membuat 200-300 porsi bubur. “Kalau pas hari Kamis diganti bubur kambing. Ini saya bikin terus selama puasa,” tambahnya.

Warisan saudagar Gujarat

Haji Annas Salim, sesepuh Kampung Pekojan, mengatakan bubur India sudah ada di kampungnya lebih dari 150 tahun silam. Warga kampungnya pun bangga mampu mempertahankan resep buburnya hingga saat ini.

“Yang ngenalin pertama kali itu saudagar Gujarat yang syiar Islam di sini. Sambil syiar dan berdagang tasbih, mereka akhirnya kawin sama warga pribumi lalu seiring berjalan waktu bubur India menyatu dengan masyarakat setempat,” sambungnya.

Ia menambahkan bubur India diolah dari rempah-rempah pilihan, mulai dari potongan jahe, salam, daun pandan, irisan bawang bombay dan yang bikin sedap karena terdapat campuran kayu manis dan cengkeh.

“Ada delapan bumbu yang diwariskan kepada kita yang jadi keturunan keempat suku Koja Pakistan. Kita bangga akan hal itu,” katanya.

“Buburnya sangat lezat kalau disantap saat berbuka puasa karena semerbak aroma kayu manis menyatu dengan bau kayu bakar saat dimasak di perapian tungku. Itulah kelebihan bubur India,” katanya.

Dengan menyantap bubur India di Masjid Pekojan selepas Maghrib, ia ingin mempererat tali silarutahmi sekaligus mempertebal pahala kepada Allah SWT.

Ia senang saat menyantap bubur bersama warga kampungnya, karena terjalin suasana keakraban yang hangat selama berpuasa 30 hari penuh. Kini, bubur India adalah wujud sikap toleransi warga Semarang yang telah berbaur dengan etnis Thionghoa, Jawa dan sebagian kecil peranakan Eropa.

Warga setempat, Janadir Abdurahman, mengaku ada rasa klangenan bila menikmati bubur India untuk berbuka puasa.

“Bubur ini tak bisa ditemukan di daerah manapun. Untuk itu, sekali tempo saya pulang kampung untuk berbuka puasa bersama keluarga,” jelas pria yang menjadi polisi di Jember tersebut. – Rappler.com 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!