Jose Mourinho, alasan Zlatan Ibrahimovic berlabuh di Old Trafford

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Jose Mourinho, alasan Zlatan Ibrahimovic berlabuh di Old Trafford
“Dari seekor kucing, saya merasa seperti singa. Dia sangat luar biasa. Saat bermain, saya merasa seperti Terminator."

JAKARTA, Indonesia – Bomber Swedia Zlatan Ibrahimovic resmi bergabung dengan Manchester United pada Jumat, 1 Juli 2016 lalu. Apa alasannya memilih berlabuh di Old Trafford dan bukan klub lain yang menginginkannya?

Jawabannya hanya satu: Jose Mourinho. Ibra, demikian ia kerap disapa, mengakui kepindahannya ke United berhubungan dengan penunjukkan pelatih asal Portugal ini sebagai nahkoda Setan Merah pada musim 2016/2017 mendatang.

“Dia menarik keluar hal-hal di dalam diri saya yang tak pernah dilakukan pelatih lain sebelumnya. Saat bermain, saya merasa seperti Terminator,” kata dia seperti dilansir dari situs resmi Manchester United. Kutipan ini sebenarnya sudah terlontar dari mulut Ibra lama sebelum ia menjadi bagian skuad MU.

Bagaimanakah kedekatannya dengan Mourinho, sepanjang perjalanan karir sebagai seorang pesepakbola?

Obsesi kemenangan

Pertemuan keduanya berawal saat The Special One menangani Inter Milan di laga Seria A Italia pada musim 2008/2009. Usai menerima jabatan sebagai manajer klub, Mourinho langsung mengontak Ibra yang saat itu tengah mewakili Swedia dalam Euro 2008.

“Saya takut akan menerima kata-kata pedas, tetapi dia hanya mengatakan tak sabar untuk bekerja sama dengan saya di Italia,” kata Ibra. Rupanya, ia dan Mourinho sangat cocok sehingga masalah antara keduanya hanyalah bahasa.

Kepada Ibra, Mourinho mengaku hanya belajar bahasa Italia selama 3 pekan. Namun, ia berbicara dengan sangat lancar hingga percakapan keduanya beralih ke bahasa Inggris lantaran Ibra tidak bisa mengimbangi Mou.

Komunikasi keduanya sangat intens, bahkan Ibra mengatakan Mou terus mengamatinya selama berlaga di Euro. Dalam biografinya, I am Zlatan Ibrahimovic, ia merasa sangat diperhatikan.

“Saya bisa merasakannya: pria ini peduli. Setelah laga melawan Spanyol, dia mengirimkan pesan berisi ‘Permainan bagus.’ yang disertai dengan beberapa nasehat,” tulisnya.

Pemain berusia 34 tahun ini langsung paham apa yang diinginkan Mourinho: kesetiaan. Dari situ, ia tahu akan langsung menyukai Mourinho. Dan benar saja, kecocokan mereka membuahkan hasil piala Serie A; di mana Inter mengungguli tim saingannya Juventus serta AC Milan sebanyak 10 poin.

Ibra sendiri mencetak 25 gol, dan memenangkan penghargaan Footballer of the Year dan Goal of the Year. Dari sini, Ibra akhirnya mengungkapkan kekagumannya pada kemampuan manajerial Mou, yang menurutnya melebihi semua yang pernah didapatkan sebelumnya.

Sulit cocok dengan pelatih lain

Fans sepakbola tentu mengenal Ibra sebagai pemain yang berpola pikir tunggal, tidak mudah percaya ke sembarang orang. Hal ini terlihat saat ia akhirnya meninggalkan Internazionale dan bertolak ke klub Spanyol Barcelona FC.

Pep Guardiola, pelatih saat itu, tidak bisa membuat Ibra betah di Camp Nou. Ibra merasa kurang cocok dengannya, hingga memilih untuk kembali ke Italia, namun di bawah naungan AC Milan. Selama periode itu pula, ia tak henti-hentinya memuji kehebatan Mou.

Apa yang dilakukan Mourinho hingga bisa membuat Ibra berada dalam genggamannya?

“Dia adalah seorang manipulator ulung. Saya bisa dibuat merasa bersemangat, sebelum dijatuhkan lagi,” kata Ibra. Hal menarik lainnya, adalah raut wajah Mou saat melihat permainan timnya.

Tak peduli sebaik apapun ia bermain, wajah Mourinho tetap dingin dan datar; seolah tak ada hal spesial yang terjadi. Padahal, Ibra tak pernah merasa lebih hebat ketimbang saat berada di bawah Mourinho. – Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!