Perundingan kerjasama dagang Indonesia-Uni Eropa resmi dimulai

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Perundingan kerjasama dagang Indonesia-Uni Eropa resmi dimulai
Setelah 4 tahun, perundingan IEU-CEPA antara Indonesia dan Uni Eropa dimulai. Sementara perundingan dengan Inggris, akan dibicarakan terpisah.

JAKARTA, Indonesia – Pemerintah Indonesia resmi memulai perundingan Indonesia-European Union Partnership Towards a Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dengan Uni Eropa pada Senin, 18 Juli 2016. Tahap ini tercapai setelah 4 tahun sebelumnya membicarakan soal scoping papers atau cakupan.

“Ditargetkan rampung dalam dua tahun ke depan,” kata Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong di kantornya pada Senin, 18 Juli. Jalinan mitra dagang dengan Uni Eropa ini diharapkan dapat mendongkrak perekonomian kedua belah pihak.

Peningkatan kualitas

Bila sudah mencapai kesepakatan, Tom, sapaan Thomas Lembong, mengatakan posisi Indonesia akan lebih baik dalam mata rantai pasokan global. Karena itu, ada sejumlah persiapan yang harus dilakukan.

Pertama, adalah peningkatan kualitas barang dan jasa. “Kami sudah memikirkan pelatihan dan modernisasi pabrik juga,” kata dia.

Dalam rangka peningkatan kualitas ini, lanjut Thomas, tentu akan mendatangkan juga tenaga ahli dari Uni Eropa. Diharapkan ke depannya kualitas komoditas Indonesia bisa memenuhi standar Uni Eropa.

Negosiasi yang akan berlangsung, kata Tom, sangat ambisius. Tak hanya persoalan barang saja. Indonesia dan 28 negara anggota UE juga harus membicarakan soal penurunan tarif, investasi, asset procurement, hingga hak intelektual.

“Perlindungan investor juga menjadi salah satu syarat yang disoroti,” kata dia.

Total perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa pada 2015 mencapai US$ 26,1 miliar. Indonesia mencatatkan total ekspor ke Uni Eropa sebesar US$ 14,8 miliar dan impor dari Uni Eropa sebesar USD 11,3 miliar. Sementara, total aliran investasi (direct investment flows) Uni Eropa ke Indonesia dalam 10 tahun terakhir (2005-2015) mencapai US$ 9,8 miliar yang terfokus di sektor-sektor konstruksi, transportasi, tanaman pangan, perkebunan, dan pertambangan.

Masalah lingkungan hidup

Uni Eropa juga meminta supaya perkembangan ekonomi Indonesia juga mempertimbangkan faktor lingkungan. Beberapa hal yang sudah mulai dibincangkan adalah soal sertifikasi legalitas kayu (SVLK) dan daur ulang.

Duta Besar UE untuk Indonesia Vincent Guerrend mengatakan langkah kerjasama antar dua negara ini bisa menjadi pintu mereka masuk ke ASEAN. “Kami harap kelak negara anggota ASEAN lainnya juga mengambil langkah serupa,” kata dia.

Tom sendiri hendak mencuri ilmu daur ulang dan pengurusan lingkungan lain yang sangat unggul di Eropa. Dengan demikian, target Indonesia pada perjanjian COP 21 Paris kemarin bisa tercapai.

Kerja sama lainnya

Tom mengatakan langkah Indonesia tak berhenti sampai di IEU-CEPA semata. Indonesia juga memiliki kerja sama dengan negara Eropa non-UE, yang terikat dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA).

“Pak Presiden Joko Widodo juga berencana bergabung dengan Trans Pacific Partnership (TPP) ke depannya,” kata dia.

Mereka juga akan membicarakan soal kerja sama dengan negara lain secara bilateral. Salah satu yang menjadi sorotan adalah Inggris, terutama setelah mereka keluar dari Uni Eropa.

“Kami akan mengurus dan masih membicarakan, mumpung mereka juga belum resmi keluar,” kata Tom. Ia akan mendiskusikan soal ini dengan tim ahli ekonomi lainnya untuk mencapai keputusan terbaik. -Rappler.com

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!