Mahasiswa Papua di Yogyakarta tolak kehadiran anggota DPR

Anang Zakaria

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mahasiswa Papua di Yogyakarta tolak kehadiran anggota DPR
Mahasiswa Papua lebih memilih berbicara dengan tim khusus yang dijanjikan akan dibentuk DPR untuk menyelidiki aksi pengepungan asrama oleh polisi

YOGYAKARTA, Indonesia – Salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP), Yanni pada Selasa pagi, 19 Juli menyambangi Asrama Mahasiswa Papua Kamasan I di Yogyakarta. Alasan kedatangan legislator Partai Gerindra itu datang atas nama pribadi.

Yanni datang bersama seorang staf untuk memperoleh keterangan secara langsung dari para mahasiswa mengenai aksi pengepungan yang berlangsung pada pekan lalu oleh aparat keamanan. Yanni mengaku ketika peristiwa itu terjadi, dia sedang berada di Jakarta dan hanya mengetahui informasinya dari media sosial.

“Oleh sebab itu, saya ingin melihat langsung (di Yogyakarta),” ujar Yanni.

Tetapi, kedatangan Yanni justru tak disambut dengan hangat oleh mahasiswa Papua. Mereka menolak memberi keterangan tentang peristiwa pengepungan asrama pada pekan lalu.

Mahasiswa Papua lebih memilih untuk membuka suara jika anggota DPR yang datang merupakan tim khusus untuk mencari fakta soal pengepuangan asrama.

“Apakah kedatangan ini merupakan bagian dari tim itu?” tanya salah satu mahasiswa pada Yanni.

Mahasiswa lainnya, Roy Karoba, mengatakan mereka memilih untuk menunggu tim khusus tersebut datang baru kemudian bercerita mengenai peristiwa itu. Penyebab lain mahasiswa Papua kecewa terhadap Yanni, karena perwakilan mahasiswa pernah menyerahkan laporan tentang indikasi diskriminasi terhadap mahasiswa Papua di Yogyakarta pada bulan Maret lalu. Tetapi, hingga kini laporan tersebut tidak pernah ditindaklanjuti oleh DPR Papua.

Roy menyebut, DPR Papua justru tak memiliki perhatian serius terhadap kondisi mereka di Yogyakarta. Justru warga Yogyakarta dianggap lebih memiliki peduli kepada mahasiswa Papua dibandingkan wakil rakyatnya sendiri.

“Padahal mereka (warga Yogyakarta) peduli tanpa harus menjadi orang Papua,” tutur Roy.

Lalu, apa respons Yanni pasca ditolak oleh mahasiswa Papua? Dia mengaku bisa memahami kekecewaan tersebut. Namun, hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk mengumpulkan informasi mengenai peristiwa pengepungan asrama Kamasan I.

Yanni berencana untuk bertemu dengan Kepala Polda Yogyakarta, anggota DPRD bahkan hingga ke Gubernur. Dia berjanji akan menggali informasi lebih jauh kepada Kapolda apakah pengepungan asrama merupakan instruksi dari Kapolri.

Dia berpendapat, sikap diskriminatif terhadap warga Papua di Yogyakarta termasuk pengepungan asrama merupakan isu yang serius. Yanni berharap isu rasial dan dampak dari aksi pengepungan tak meluas karena banyak mahasiswa Papua yang tengah menuntut ilmu di Yogyakarta.

“Agar mereka bisa belajar dengan tenang dan tidak disangkut-pautkan ke ranah politik,” tuturnya.

Berdasarkan informasi dari Presiden Mahasiswa Papua di Yogyakarta, Aris Yeimo, saat ini ada sekitar 8.000 warga Papua yang tengah menempuh pendidikan di Yogyakarta. Sebanyak 50-60 di antaranya tinggal di Asrama Papua Kamasan I kota Yogyakarta.

Selain di Kamasan I, mahasiswa Papua juga tinggal di asrama lain. 4 buah asrama terletak di kawasan Condong Catur dan 3 asrama lainnya di area Babarsari, Kabupaten Sleman.

“Itu yang asrama permanen. Tetapi banyak juga yang tinggal di kost-kostan dan mengontrak,” kata Aris. – Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!