5 hal menjengkelkan yang dilakukan pengendara motor

Lita Iqtianti

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 hal menjengkelkan yang dilakukan pengendara motor
Mulai dari naik ke trotoar hingga bermain handphone saat mengendarai motor

Belakangan ini makin banyak saja pengendara motor di ibukota. Gimana enggak, selain harga motor semakin murah (pernah lihat iklan DP motor hanya Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu?), jalanan di kota besar juga macetnya minta ampun. Daripada harus menghabiskan waktu di jalanan berjam-jam, mengendarai motor bisa mempersingkat waktu jauh lebih banyak. 

Belum lagi bicara masalah perekonomian pribadi, naik motor itu ibaratnya isi bensin Rp 50 ribu cukup untuk seminggu. Saya, satu kali perjalanan dari rumah ke kantor saja menggunakan taksi sudah lebih dari 50 ribu. 

Dengan keuntungan yang didapat di atas, enggak heran kalau memotret Jakarta dari atas bisa dibilang motor itu seperti semut ngerubungin madu. Banyak banget!

Tapi sayangnya, masih banyak kesalahan yang dilakukan para pengendara motor saat berada di jalan. Mudah-mudahan kita bukan salah satu yang melakukan kesalahan itu, ya.

Apa saja hal-hal menjengkelkan yang sering dilakukan pengendara motor? Berikut 5 di antaranya berdasarkan pengamatan pribadi:

Naik ke trotoar

Keuntungan naik motor memang bisa nyelip kanan-kiri di antara mobil yang kena macet. Tapi bukan berarti boleh naik ke trotoar dong. Selain bahaya, ini juga merugikan hal pejalan kaki.

Enggak heran, beberapa waktu lalu sempat ada bocah SD yang berani menghalangi motor-motor yang naik ke trotoar. Apa enggak malu sama anak kecil?

(BACA: Cerita Daffa, anak SD yang hadang pemotor lewat di trotoar)

Tidak memakai helm

Masih banyak saja pengendara motor yang enggan pakai helm. Kalaupun pakai helm, biasanya mereka melakukan demi mengikuti peraturan saja, takut kena tilang! Padahal, fungsi helm lebih dari itu. Helm fungsinya untuk melindungi kepala jika terjadi kecelakaan.

“Ah, kan perginya cuma dekat-dekat sini, enggak apa-apa lah!”

Kita enggak pernah tau kapan kecelakaan dapat terjadi. Salah satu kerabat saya ada yang terlibat kecelakaan bermotor yang mengakibatkan ia meninggal dunia padahal jarak dari lokasi kecelakaan dengan rumahnya nggak sampai 1 kilometer. Atau ada juga seorang teman yang kecelakaan motor padahal ia baru saja keluar dari gerbang kantornya. Masih mau bilang jarak dekat enggak butuh helm?

Oh iya, selain itu jangan lupa untuk menggunakan helm yang full face atau sesuai standar nasional ya. Ingat, fungsinya bukan sekadar supaya nggak kena tilang, tapi untuk melindungi kepala kita.

Menggunakan alas kaki yang tidak nyaman

Beberapa kali saya melihat lady bikers alias pengendara motor perempuan yang menggunakan sepatu atau sandal berhak tinggi saat mengendarai motor. Gini ya, sebagai perempuan saya tahu banget pakai high heels itu kurang nyaman. Buat jalan kaki aja enggak nyaman, apalagi untuk mengendarai motor?

Jujur nih, saya pernah duluuuu sekali mengendarai motor menggunakan sandal berhak tinggi. Alasannya? Deket kok! Hasilnya? Saya  menabrak tukang bubur yang baru keluar dari pangkalannya sampai gerobaknya terbalik semua dan dagangannya hancur.

Yak, itu menjadi pengalaman traumatis yang membuat saya nggak berani mengendarai motor lagi plus diolok-olok keluarga seumur hidup.

Saat ini banyak banget alas kaki yang dibuat khusus untuk pengendara motor. Salah satu teman saya yang pernah patah kaki saat kecelakaan motor, sekarang wajib menggunakan sepatu bot khusus naik motor itu. Alasannya? Apa lagi kalau bukan keselamatan.

Main handphone

OK, Pokemon GO memang bisa ada di mana saja, bahkan saat kita sedang mengendarai motor. Tapi bukan berarti mengendarai motor sambil melototin handphone dong? Ingat, nyawa itu lebih penting daripada sekadar mendapatkan Pokemon (oh my, saya enggak ngerti permainan ini! #kurangkekinian)

Kalau memang kita butuh melihat handphone saat mengendarai motor, entah itu untuk mengikuti peta atau sering menerima telepon dadakan yang harus  banget diangkat, gunakan aksesori kendaraan yang memungkinkan ini deh sebaiknya. Entah itu menggunakan phone holder khusus motor, atau menggunakan earphone untuk mengangkat telepon

Membonceng anak-anak

Saya suka ngilu kalau melihat para orang tua yang mengendarai motor sambil membonceng anaknya. Kalau anaknya sudah tingkat SD sih, lumayan ya. Sudah mengerti konsep jatuh dan bisa diperintah untuk berpegangan dengan erat. Lah kalau masih balita?

Bukan sekali dua kali saya lihat ibu-ibu menggendong anak bayi sambil mengendarai motor, enggak pakai helm, lalu melawan arah. Duile, combo banget, Sis?

Celah ini tentunya nggak disia-siakan oleh para pelaku bisnis. Belakangan banyak ditemukan alat tambahan yang bisa digunakan untuk para orang tua yang mengendarai motor dengan anaknya. Mulai dari sabuk bonceng anak, kursi tambahan, atau semacam seatbelt.

Walaupun hal ini tentunya menyalahi aturan keselamatan dari sebuah kendaraan (sebuah kendaraan dirancang sedemikian rupa tentu sudah melalui aneka percobaan termasuk risiko kecelakaan kan?), tapi buat saya akhirnya lebih baik menggunakan aksesori tambahan itu daripada ‘hanya’ menggendong bayi dengan secarik kain gendongan kan?

Nah, itu adalah 5 hal yang sering saya lihat dari para pengendara motor. Kamu termasuk yang mana? Mudah-mudahan enggak melakukan semua di atas, ya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!