Mengapa orang Indonesia sekarang sering hina sesama?

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mengapa orang Indonesia sekarang sering hina sesama?
'Kalau kita lihat di media sosial; Twitter, Instagram, komentar-komentar di media online, saling menghujat, merendahkan orang lain, saling mengolok. Apakah itu nilai Islami Indonesia?'

JAKARTA, Indonesia — Mengapa orang Indonesia sekarang sering menjelekkan sesama? 

Begitu pertanyaan yang disampaikan Presiden Joko “Jokowi” Widodo saat menghadiri acara resepsi syukuran peringatan 90 tahun Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo, Jawa Timur, pada Senin, 19 September.

Jokowi menyesalkan mulai hilangnya identitas, karakter, dan nilai ke-Indonesian seperti sopan santun, optimisme, kerja keras, saling menghormati, serta nilai-nilai Islami.

“Kalau kita lihat di media sosial; Twitter, Instagram, komentar-komentar di media online, saling menghujat, merendahkan orang lain, saling mengolok. Apakah itu nilai Islami Indonesia?” kata Jokowi.

Ia mengemukakan, meski Indonesia mempunyai potensi kekayaan alam yang besar seperti laut, mineral dan batu bara, dan minyak, tanpa sumber daya manusia yang mumpuni akan sangat sulit jika berkompetisi dengan negara-negara yang lain.

“Yang kita estafetkan mestinya adalah sebuah nilai-nilai, bukan sebuah barang, bukan sebuah kekayaan,” kata Jokowi.

Jokowi juga menyinggung komunikasi di media sosial dan kolom komentar media online, di mana para pengguna saling menjelekkan, mencela, merendahkan, menghina, mengolok-olok. 

“Apakah itu nilai-nilai Islam Indonesia? Jawaban saya bukan,” ujarnya.

Menurutnya, saat membaca berita online, ia seringkali melompati judulnya dan langsung membaca komentarnya. Ia merasa sedih membaca komentar saling hujat, saling memaki, dengan kata-kata yang diyakini Jokowi bukan nilai kesopanan kita.

“Ada sebuah nilai-nilai yang saat ini menginflirtasi kita. Itulah nanti yang akan menghilangkan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia,” tuturnya.

Untuk itu, Jokowi mengaku sudah menyampaikan pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar prosentase pendidikan SMP dan SD diberikan lebih tinggi untuk pendidikan etika, budi pekerti, dan sopan santun.

Ia mengatakan, sikap saling menjelekkan, mencela, merendahkan, menghina, dan mengolok tidak terlihat pada 40-50 tahun lalu. —Dengan laporan Antara/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!