Pemerintah akan bongkar Bukit Duri

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pemerintah akan bongkar Bukit Duri
Berdasarkan data dari Kecamatan Tebet, sudah ada 313 bidang yang ditinggalkan penghuninya. Saat ini, tersisa 68 Kepala Keluarga yang masih menolak dipindahkan.

 

JAKARTA, Indonesia – Wali Kota Jakarta Selatan memutuskan untuk merelokasi warga Bukit Duri yang masih tersisa pada Rabu, 28 September. Mereka akan menertibkan 68 bidang yang masih tersisa.

“Rumah sebagian besar sudah dibongkar atau masih berdiri tapi sudah kosong. Tinggal dibersihkan,” kata Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi pada Selasa, 27 September, usai melaksanakan rapat teknis di kantornya.

Sejak turunnya surat peringatan (SP), banyak warga Bukit Duri yang telah secara sukarela membongkar rumah mereka sendiri. Berdasarkan data dari Kecamatan Tebet, sudah ada 313 bidang yang ditinggalkan penghuninya. Saat ini, tersisa 68 Kepala Keluarga (KK) yang masih menolak dipindahkan.

Aksi damai

Sementara itu, sejumlah warga yang tersisa merencanakan aksi damai pada saat pihak pemerintah datang ke tempat mereka.

“Jangan sampai ada bentrok,” kata Sandyawan Sumardi dari Sanggar Ciliwung Merdeka di kantornya pada Selasa, 27 September.

Aksi damai itu diikuti tidak hanya oleh Ciliwung Merdeka dan warga Bukit Duri, tetapi juga simpatisan lain seperti mahasiswa dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH), serta lembaga swadaya masyarakat lainnya. Aksi tersebut berupa pemasangan bendera, umbul-umbul, dan teatrikal. Selain itu, akan ada juga pemberian ‘Gusur Award’ yang ditujukan untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama.

Menurut Sandy, warga yang masih bertahan sudah rela tempat tinggal mereka digusur. Mereka berharap pemerintah menghormati class action yang tengah mereka ajukan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

Meski demikian, perlakuan yang mereka dapat malah berbanding terbalik dengan rencana tersebut. Samsudin, salah satu warga Bukit Duri, mengatakan pemerintah menggunakan cara lain untuk ‘mengusir’ mereka secara halus.

Saat ini, warga yang masih bertahan tidak lagi mendapatkan akses listrik. Sandy mengatakan, dampaknya pada pasokan air.

“Soalnya kan pompanya ikutan mati,” kata dia.

Selain itu, ada juga cara-cara seperti memanfaatkan sesama warga Bukit Duri. Samsudin mengatakan ada sesama warga yang membongkar rumah warga lainnya, atau mendesak supaya segera meninggalkan Bukit Duri.

Mereka juga bertanya-tanya mengapa pemerintah begitu getol meminta warga untuk mengisi Rusunawa Rawa Bebek. Padahal, ada yang lebih memilih untuk mengontrak di tempat lain yang tak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka saat ini.

Ada beberapa hal yang harus mereka pertimbangkan, terutama bagi yang bekerja di dekat Bukit Duri.

“Apakah ini supaya rapor gubernur terlihat bagus saja, rusunawa-nya penuh?” kata Samsudin.

Pantauan lapangan

Sementara itu, laporan warga dari lapangan mengatakan anggota Satpol PP, polisi sabhra, dan intel/reserse sudah mengepung wilayah yang hendak digusur pada Rabu pagi, 28 September.

“Benar-benar ketakutan berlebihan, rezim ini. Bukit Duri itu “kecil sekali”.. Kenapa mesti dikepung sejak malam hari begini rupa..?,” seorang warga mengatakan kepada Rappler pada Selasa malam.

Saat ini 30 polisi Sabhara sudah tampak di pos keamanan keliling GIA dan sekitar 10 intel/reserse di depan cucian mobil sebelah GIA-Pangkalan Ojek SMA 8. – Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!