Mengapa harga cabai rawit meroket hingga 233%?

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mengapa harga cabai rawit meroket hingga 233%?

ANTARA FOTO

Bersamaan dengan tingginya harga cabai rawit, Presiden Jokowi mengapresiasi Menteri Pertanian Amran Sulaiman

JAKARTA, Indonesia — Meskipun bukan makanan pokok, namun cabai adalah salah satu komoditas utama masyarakat Indonesia. Namun pada awal 2017 ini, harga cabai rawit melonjak di berbagai daerah di Indonesia.

Bahkan di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, kenaikan harga cabai rawit yang terjadi sangat besar. Jika pada kondisi normal harga cabai rawit Rp60 ribu, kini masyarakat harus membeli seharga Rp200 ribu, atau naik sekitar 233% per kilogram.

Kenaikan cukup besar juga terjadi di Jember, Jawa Timur. Jika di kondisi normal cabai rawit dapat dibeli seharga Rp35 ribu, pada Senin, 2 Januari lalu, masyarakat Jember harus membeli seharga Rp90 ribu atau naik sekitar 157%.

Sementara di ibu kota Jawa Barat, Bandung, terjadi kenaikan sekitar 50%, dari harga normal Rp80 ribu menjadi Rp120 ribu.

Mengapa terjadi kenaikan?

Para pedagang di pasar tradisional terpaksa menjual cabai rawit dengan harga tinggi karena pasokan yang berkurang sebagai dampak musim hujan cukup panjang pada 2016 lalu.

“Pada saat sekarang, sulit untuk dicegah karena stoknya sudah sangat-sangat berkurang,” tutur Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Hening Widiatmoko, pada Kamis, 5 Januari.

Kurangnya pasokan sepertinya terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Di Pangkal Pinang, harga cabai rawit yang meningkat hingga Rp80 ribu per kilogram disebabkan oleh jumlah stok yang berkurang.

“Awal tahun ini harga cabai naik tinggi karena pasokan dari petani lokal dan luar daerah berkurang,” ujar Kepala Seksi Pengadaan dan Penyaluran Disperindah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Marhoto, di Pangkalpinang, Kamis.

Sementara menurut seorang pedagang cabai di Pasar Tanjung Jember, Jawa Timur, kenaikan harga juga dipengaruhi karena banyaknya pemasok cabai yang berlibur akhir tahun sehingga stok menjadi berkurang.

“Hal itu berdampak pada kenaikan harga cabai rawit yang sudah melambung tinggi di pasaran, sehingga banyak pedagang juga mengurangi pembelian cabai akibat semakin mahalnya harga cabai,” kata seorang pedagang bernama Munir, Kamis.

Jokowi apresiasi Menteri Pertanian

Bersamaan dengan tingginya harga cabai rawit awal tahun ini, Presiden Joko “Jokowi” Widodo memberikan apresiasi kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman pada Kamis pagi. Amran dianggap berhasil mengatasi kekurangan stok beras dan membuat Indonesia tidak impor beras sejak September lalu.

“Biasanya September–Oktober itu sudah rapat  terbatas untuk mengatasi kekurangan stok beras. Yang kedua, mengenai pengendalian harganya, berapa yang harus kita impor untuk mengendalikan harga. Ini kok tidak ada,” ujar Jokowi dalam Rakernas Pembangunan Pertanian di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis.

Produksi padi tahun 2016 ini mencapai 79,14 juta ton atau naik 11% dibanding tahun 2015 lalu. Dengan jumlah produksi tersebut, menurut laporan Sekretariat Kabinet, Indonesia dinilai sudah berhasil mencapai swasembada beras, dan tidak perlu impor lagi termasuk pada 2017 ini. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!