Demi mengembalikan senyum Nijam yang hilang

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Demi mengembalikan senyum Nijam yang hilang
Nijam, anak berusia 6 tahun, harus diamputasi kedua tangannya saat ikut ayahnya sebagai pembuat batu bata ke tempat kerja

BANDUNG, Indonesia — Entah apa yang dirasakan Jamaludin Muhammad, bocah yang terpaksa diamputasi kedua tangannya akibat tergilas mesin pencetak batu bata.

Ia hanya diam terbaring di sebuah bangsal di Ruang Kemuning Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Kota Bandung, Jawa Barat, dengan perban masih terbalut di kedua pangkal lengannya

Peristiwa nahas itu terjadi Sabtu pagi, 21 Januari, lalu. Saat itu, Nijam, nama kecil Jamaludin, ikut ayahnya, Heryadi, yang bekerja sebagai pembuat batu bata di Kampung Cicanta, Desa Cikarang, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut. 

Biasanya Nijam tinggal di rumah bersama ibunya, Lisnawati. Namun karena sang bunda baru melahirkan, ia dibawa ayahnya ke tempat kerja. Lalu, terjadilah peristiwa tragis yang membuat Nijam menjadi seorang tuna daksa.

Di rumah sakit, anak berusia 6 tahun harus menjalani sejumlah prosedur bedah tulang dan plastik. Pada Senin, 6 Februari, Nijam menjalani operasi yang ketiga. Operasi itu dilakukan untuk menutup luka dengan tanduk kulit yang diambil dari paha Nijam.

“Sampai saat ini, alhamdulillah, tidak ada masalah yang bermakna. Mudah-mudahan minggu depan bisa pulang,” kata dokter bedah plastik, Ali Sundoro, kepada wartawan, Selasa, 7 Februari.

Namun perihnya luka operasi akan sulit ditahan oleh siapapun, terutama anak seusia Nijam. Apalagi ada tambahan luka baru di pahanya. Akibatnya, selera makan Nijam menurun. Padahal sebelumnya, Nijam sempat makan lahap dengan sate dan petai, makanan favoritnya. 

“Saya enggak punya keluarga, enggak punya apa-apa.  Tapi sekarang, alhamdulillah, banyak sekali keluarga saya di Bandung ini,” kata Heryadi, ayah Nijam, dengan mata berkaca-kaca.

Heryadi menuturkan, anak sulungnya itu kehilangan selera makan karena kesakitan. Padahal, asupan makan tidak boleh terhenti guna mempercepat penyembuhan luka.

“Akhirnya dokter nyuruh dikasih makan pakai selang,” kata Heryadi kepada Rappler, Rabu, 8 Februari.

Meski begitu, Nijam seorang anak yang kuat. Dia tidak pernah menangis, bahkan saat kecelakaan itu terjadi.

“Dia hanya panggil-panggil mamanya saja,” kata Heryadi.

Nijam pun tidak pernah mengeluh atau bertanya soal kedua tangannya yang harus diamputasi, tangannya yang dulu aktif memainkan games di handphone milik Heryadi. Saat ini, Nijam malah sibuk melatih kakinya untuk kembali menggunakan gadget. Kadang dia marah karena sulit melakukannya, kadang terlihat asyik saat mencobanya.

Alhamdulillah, dia enggak cepat putus asa, malah seperti ingin membuktikan kalau dia bisa,” ungkap Heryadi.

Memanggil badut 

Tapi senyum masih jarang menghiasi wajah Nijam. Anak itu lebih sering diam, tanpa pernah sedikitpun menyinggung musibah yang dialaminya.  

Heryadi menganggap hal itu disebabkan ketidakmengertian Nijam yang masih anak-anak. Di samping itu, Nijam dipahaminya sebagai anak yang lebih banyak bergerak dibandingkan bicara.

Ayah Nijam, Heryadi, merasa bersyukur mendapat banyak bantuan untuk kesembuhan anaknya Nijam, salah satunya sumbangan dari karyawan RSHS Bandung. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Namun tidak demikian pendapat ketua tim dokter yang menangani Nijam, Ghuna Arioharjo Utoyo. Ia menyebutkan, diamnya Nijam karena anak itu masih merasa “down” atas musibah yang dialaminya, meski perasaan itu tidak pernah diucapkan bocah kelahiran 8 Oktober 2010 tersebut.

Bagi Ghuna, kondisi psikologis Nijam menjadi perhatian timnya, di samping kesembuhan luka operasi. Bersama timnya, Ghuna berusaha agar Nijam merasa nyaman dan terhibur selama menjalani perawatan.  Salah satunya, membiarkan Nijam menonton film kesukaannya dengan menggunakan DVD player yang dipinjamkan salah seorang perawat.

Untuk menghadirkan senyum di wajah Nijam, Ghuna bahkan berencana mendatangkan badut ke kamar perawatan pasiennya itu.

“Secara pribadi, nanti mau saya coba masukin badut ke kamar [Nijam], atas izin direktur tentunya. Nanti kita lihat,” ujarnya sambil tersenyum.

Mengidolakan Si Boy Anak Jalanan

Memberikan kebahagiaan kepada Nijam menjadi tujuan semua orang yang bersimpati atas nasib anak laki-laki itu. Bantuan dan dukungan dari para tokoh Jawa Barat juga berdatangan. Seperti yang dilakukan isteri Gubernur Jawa Barat, Netty Heryawan, dan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.  

Kedua tokoh itu menengok Nijam di rumah sakit dan menjanjikan sejumlah bantuan, termasuk sumbangan pemasangan tangan palsu.

Beberapa lembaga dan organisasi sosial juga mengulurkan tangannya untuk membantu kesembuhan Nijam, sekaligus memikirkan masa depannya kelak. Salah satunya bahkan mendatangkan Steven Wiliiam, pemeran Boy dalam sinetron Anak Jalanan. Itu dilakukan demi hadirnya senyum di wajah Nijam.

“Nijam suka sama Si Boy. Bajunya yang bergambar Si Boy juga banyak. Dia senang banget waktu Si Boy datang,” kata Heryadi.

Steven William yang hadir didampingi isterinya, Celine Evangelista, sempat menjanjikan kepada Heryadi akan membuat acara penggalangan dana bagi Nijam.

Heryadi merasa bersyukur banyak pihak yang mengupayakan kesembuhan anak tercintanya itu. Rasa syukurnya itu sedikit demi sedikit mengikis penyesalan dan trauma yang sempat membebani dirinya.  Apalagi, pria 28 tahun itu merasa bersalah atas kecelakaan yang menimpa anaknya itu.

Tapi seperti pepatah yang mengatakan, selalu ada hikmah di balik semua musibah, Heryadi telah membuktikannya. 

“Sempat saya itu, gimana gituh di Bandung, saya enggak punya keluarga, enggak punya apa-apa.  Tapi sekarang, alhamdulillah, banyak sekali keluarga saya di Bandung ini,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Kini Heryadi tengah memfokuskan diri pada kesembuhan dan juga masa depan Nijam. Ia merasa beruntung karena tidak harus memikirkan sendiri tapi dibantu oleh banyak pihak.  

Satu hal yang menjadi pemikiran Heryadi adalah mewujudkan keinginan anaknya untuk bersekolah. Sementara, sekolah anak berkebutuhan khusus belum ada di kampungnya. 

Muncul pilihan untuk pindah ke Kota Bandung, namun itu berarti Heryadi harus memboyong seluruh keluarganya dan memulai semuanya dari nol. Tapi jika itu harus dilakukannya, Heryadi mengaku siap.

“Demi anak apapun pasti dilakukan,” kata Heryadi.

Apapun akan Heryadi lakukan, demi mengembalikan senyum Nijam yang hilang. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!