Memupuk harapan kaum disabilitas lewat kaki palsu gratis

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Memupuk harapan kaum disabilitas lewat kaki palsu gratis
Siti Khotijah membuat kaki palsu gratis kepada sesama. Apa yang dialaminya bukan akhir dari hidup

SEMARANG, Indonesia — Seperti kebanyakan ibu rumah tangga, Siti Khotijah sibuk membersihkan rumahnya di Desa Mrisen RT 02/RW IV, Wonosalam, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Pada Jumat pagi, 21 April lalu, ia berbelanja ke warung untuk membeli beberapa kebutuhan pokok.

Keterbatasan fisik yang dialaminya selama ini tak menyurutkan niatnya untuk menghidupi kedua anaknya. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi beberapa tahun silam telah merenggut salah satu organ vitalnya tersebut. Sebuah kaki palsu tampak terpasang di tungkai kirinya.

“Agar orang-orang disabilitas punya semangat seperti saya, maka saya bersedia membuatkan kaki palsu tanpa dipungut biaya sepersen pun,” kata perempuan kelahiran Pati, Jawa Tengah, pada 1975 itu kepada Rappler. 

Berawal dari tragedi yang menimpanya itu, sejak akhir 2014 silam ia mulai gemar membuatkan kaki palsu untuk orang-orang yang membutuhkan.

Hampir saban hari, Khotijah rutin menjemput bola. Ia mendatangi rumah-rumah warga yang mengalami keterbatasan fisik. Tak jarang ia rela datang jauh-jauh ke pelosok Kabupaten Wonogiri, Wonosobo, dan Jepara demi menolong para penyandang disabilitas.

Di tiap daerah, dengan telaten ia memberi motivasi bahwa tak selamanya penyandang disabilitas mengalami keterpurukan. Penyandang disabilitas, katanya, harus bangkit dari keterpurukan untuk menghidupi keluarganya.

“Jadi saya datangi teman-teman disabilitas. Saya berikan pengertian jika apa yang mereka alami selama ini bukanlah akhir dari kehidupan,” katanya. 

“Setelah mereka memahami hal itu, lalu saya coba buatkan kaki palsu.”

“Agar orang-orang disabilitas punya semangat seperti saya, maka saya bersedia membuatkan kaki palsu tanpa dipungut biaya sepersen pun.”

Rappler berkesempatan melihat pembuatan kaki palsu di Desa Mrisen. Mula-mula ia mengukur ulang kaki calon penerima. Kemudian ia merancang desain sedemikian rupa sebelum diproduksi di pabrik yang terletak di Mojokerto, Jawa Timur. 

Begitu seterusnya sampai hari ini, ia sudah memproduksi sekitar 100 buah.

Kaki palsu buatan Khotijah berkualitas bagus. Bahan yang dipakai kuat untuk menopang beban tubuh si pemakainya. Ia mengatakan, kaki palsu buatannya tergolong awet dipakai dalam segala kondisi.

Saat membuat kaki palsu, Khotijah dibantu sejumlah temannya untuk melakukan survei sekaligus mengirimkan barang buatannya ke panti-panti disabilitas.

“Dalam memfasilitasi kawan-kawan yang membutuhkan kaki palsu, saya sering kesulitan mendapatkan SKTM untuk mereka agar dapat mencari dana transportasi dan konsumsi ke pabrik kaki palsu di Mojokerto untuk keperluan mengukur kaki palsu. Jadi saya harus mengurus itu dulu ke desa orang tersebut,” ujarnya.

“Apapun itu, walaupun rumahnya jauh sekalipun tetap saya datangi, biar mereka bisa berjalan seperti orang normal lagi. Lagipula harganya di pasaran mahal sampai Rp4 juta,” katanya.

Usahanya membuatkan kaki palsu selama ini membuahkan hasil nyata. Tak hanya membuat para penyandang disabilitas kembali tersenyum, sejumlah donatur juga terus berdatangan untuk meringankan bebannya. Donatur yang menghampirinya bahkan ada yang berasal dari program televisi swasta.

“Lewat kerjasama dengan Kick Andy Fuondations, semakin banyak teman-teman yang saya bantu. Tentu saya bersyukur sekali. Saya bahagia, Mas,” kata Khotijah, merujuk kepada sebuah program di salah televisi swasta.

Di sela aktivitasnya membuat kaki palsu, Khotijah juga membantu suaminya menjahit pakaian. Kala sang surya terbenam, ia beranjak mengajar anak-anak desanya mengaji hingga selepas isya.

“Sekarang saya diminta ikut dalam kelompok paralegal LBH [Lembaga Bantuan Hukum] Apik. Ini jadi sebuah kebanggaan bagi saya bisa berkontribusi untuk masyarakat luas,” katanya.

Ia pun berharap ke depannya lebih bisa bermanfaat untuk masyarakat sekaligus membantu hak-hak dasar kelompok marjinal.

“Saya ingin penyandang disabilitas bisa bersemangat, lekas kerja lagi sehingga tidak gampang putus asa dengan keterbatasan fisiknya,” ucapnya.

Sementara itu, para pegiat LBH Apik cukup mengapresiasi keterlibatan Khotijah menjadi anggota kelompok paralegal.

Saat peringatan Hari Kartini pada Jumat lalu, Nur Kasanah, staf Divisi Informasi LBH Apik menilai Khotijah adalah sosok perempuan yang kuat. Meski punya keterbatasan fisik, tapi semangatnya membantu sesama manusia terbilang luar biasa.

“Dia itu juga sering memberikan motivasi dalam setiap pertemuan di acara sekolah paralegal. Tidak banyak wanita yang bisa seperti dia,” kata Nur. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!