SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Setiap 10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia.
Lupus adalah penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh bukan melindungi tapi justru menyerang sel-sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat, sehingga menimbulkan peradangan kronis.
Pendiri dan anggota dewan Yayasan Lupus Indonesia (YLI), Prof. dr. Zubairi Djoerban, menyebut lupus sebagai penyakit autoimun kronis. Meski demikian, lupus disebutkan bukan penyakit menular.
“Sistem imun kita tidak bisa membedakan antara organ tubuh dan organisme asing. Ia menyerang semuanya secara sama,” kata Zubairi melalui situs pribadinya.
Oleh karena itu, meski sama-sama penyakit autoimun krisis, lupus berbeda dengan HIV dan AIDS. Pada HIV dan AIDS, sistem imun lemah dan bisa tidak berfungsi. Sedangkan sistem imun pada lupus aktif lebih dari normal.
Beragam sebutan untuk lupus
Zubairi juga menyebutkan, lupus adalah penyakit “seribu wajah”. Mengapa? Karena lupus dapat menyerang organ yang tidak sama di setiap individu sehingga gejalanya dapat berbeda di tiap orang.
Berikut gejala-gejala awal yang bisa ditemukan:
- Keletihan;
- Sakit kepala;
- Nyeri atau bengkak sendi;
- Demam;
- Anemia (baik karena jumlah sel darah merah/haemoglobin kurang, atau karena volume darahnya kurang);
- Nyeri di dada ketika menarik nafas panjang;
- Ruam kemerahan pada pipi hingga hidung, polanya seperti kupu-kupu;
- Sensitif terhadap cahaya atau cahaya matahari;
- Rambut rontok;
- Pendarahan yang tidak biasa;
- Jari-jari berubah pucat atau kebiruan ketika dingin (fenomena Raynaud);
- Sariawan di mulut atau koreng di hidung.
18.000 odapus
Kini, jumlah orang dengan lupus (odapus) di Indonesia yang terdaftar di YLI mencapai hampir 18.000 orang. Angka itu didata dari tahun 1998.
“Angka yang hampir 18.000 orang itu didapat dari kami yang menemukan odapus di rumah sakit dan tempat lainnya, atau odapus itu yang datang sendiri ke kami,” kata Ketua YLI Tiara Savitri.
Namun Tiara mengatakan, diperkirakan odapus di Indonesia berjumlah 1.500.000 orang.
Ia melanjutkan, berdasarkan hampir 18.000 odapus yang terdata oleh YLI, diketahui perempuan usia produktif lebih banyak yang hidup dengan lupus.
“Usia 19, 21 sampai 50 tahun. Perbandingannya 90 persen perempuan, 7-10 persen laki-laki,” kata Tiara.
Ia menganjurkan, untuk mereka yang merasa ada gejala-gejala lupus yang disebutkan di atas, dapat memeriksakan diri ke dokter.
Hal yang perlu diingat adalah ada banyak indikator sebelum diagnosis diberikan. Salah satunya berbagai macam tes laboratorium. Zubairi mengatakan ada odapus yang menunjukan gejala secara bertahap sehingga diagnosis tidak dapat dengan mudah diberikan.
Setelah diagnosis diberikan, odapus harus ditangani dengan baik karena penyakit tersebut ada yang bisa menyebabkan kematian. Meski persentase kematian pada odapus telah menurun drastis, kini kurang dari 5% dari 30% pada 1970-an.
Informasi lebih banyak mengenai lupus dapat diketahui dari Yayasan Lupus Indonesia. Kunjungi laman Facebook-nya atau Twitter-nya.—Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.