Semaan, tradisi membaca Al-Qur’an yang melekat di hati masyarakat Semarang

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Semaan, tradisi membaca Al-Qur’an yang melekat di hati masyarakat Semarang
Membaca dan mendengarkan pembacaan Al-Qur’an dengan panduan ulama memberi manfaat. Kyai menjelaskan tafsiran yang terkandung dalam ayat-ayatnya agar masyarakat memahami makna kitab suci

 

SEMARANG, Indonesia — Hari sudah beranjak siang, tetapi ribuan orang sudah memadati Masjid Agung Kauman, Semarang, Jawa Tengah. Mereka kebanyakan membawa kitab suci Al-Qur’an sembari duduk bersila di pelataran masjid tersebut.

Tak lama kemudian, lantunan ayat suci mengalun pelan dengan dipandu oleh KH Ahmad Naqib Nuraji al Hafiz, seorang ulama lokal. Sesekali sang ulama memberi wejangan dalam bahasa Jawa untuk mengkaji makna yang terkandung di balik bacaan Al-Qur’an.

“Setiap tahun saya pasti kemari. Karena saat ikut semaan di masjid ini, saya bisa sekalian memperbaiki bacaan Al-Qur’an saya yang dirasa kurang tepat,” kata Arif Sowam, seorang jemaah saat berbincang dengan Rappler di sela semaan Al-Qur’an.

Semaan adalah tradisi membaca dan mendengarkan pembacaan AlQur’an di masjid-masjid dan pesantren umumnya.

Arif mengatakan, semaan Al-Qur’an mampu meningkatkan ilmu agamanya sekaligus memperkuat ketaqwaan kepada Allah SWT. Menurutnya,hal ini merupakan kegiatan yang sarat makna karena dapat berjumpa dengan para jemaah dari dalam maupun luar kota Semarang.

“Melalui semaan ini, saya ingin menambah ilmu mengaji sebab biasanya Pak Kyai juga membeberkan semua tafsiran yang terkandung di dalamnya,” ujarnya.

“Dalam Al-Qur’an memang banyak sekali tingkatan bacaan yang harus dipelajari.”

Ia berpendapat, kitab suci Al-Qur’an merupakan kitab yang ajaib. Jika ayat-ayat di dalamnya dipelajari sendirian, maka belum tentu pemahamannya benar.

Tak jarang pula dalam semaan ia diajak membenahi beberapa bacaan yang lafaznya dianggap keliru. Ini penting, ucapnya, agar tafsirannya benar.

“Misalnya saya yang merasa bacaannya sudah benar, ternyata saat dibaca ulang di sini belum tentu sepenuhnya benar. Mempelajari Al-Qur’an harus ada gurunya, tidak boleh sendirian. Dan membaca Alquran tidak semudah yang dibayangkan,” akunya.

Sedangkan bagi Masudi, jemaah lainnya, tradisi semaan di Masjid Kauman punya banyak manfaat dan barokah. Ia berharap mendapat keberkahan dari membaca Al-Qur’an serta ilmu tambahan dari sang kyai.

Acara semaan digelar selama 25 hari sejak 1 Ramadan-26 Ramadan. Setelah itu puncak acara akan diisi dengan khataman Al-Qur’an serta berziarah ke makam KH Abuya sebagai pelopor tradisi semaan di TPU Pegandon di Kendal.

“Sudah 15 tahun saya rutin datang ke sini saban Ramadan. Lalu khataman terus ziarah ke makamnya KH Abuya,” kata Masudi.

Ulama KH Ahmad Naqib Nuraji Al Hafiz menyampaikan, semaan dapat diartikan sebagai kegiatan membaca sekaligus menyimak Al-Qur’an. Ia mengaku rutin menjelaskan semua tafsiran yang terkandung di dalam ayatnya agar masyarakat memahami makna Al-Qur’an.

“Karena yang datang kebanyakan orang sepuh dan pinggiran, maka saya memberikan cermah memakai bahasa Jawa. Itu yang paling mudah dipahami sejak puluhan tahun silam,” katanya.

Ia menambahkan, tradisi semaan dimulai sejak tahun 70-an. Saat itu, KH Abuya semula mengajak masyarakat setempat mengaji ke masjid untuk mengisi waktu luang sambil menunggu berbuka puasa.

Lambat-laun dari jumlahnya yang sedikit, jemaah yang ikut semaan mencapai ribuan orang. “Setelah hari raya Idulfitri, jemaah boleh datang ke rumah kami untuk bersilaturahmi sampai dua minggu,” katanya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!