Kisah 4 ABK Indonesia disekap perompak Somalia: Disajikan makanan basi hingga sakit tak diobati

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah 4 ABK Indonesia disekap perompak Somalia: Disajikan makanan basi hingga sakit tak diobati
Satu ABK Indonesia bernama Nasirin meninggal dunia selama disekap oleh perompak di Somalia akibat sakit

JAKARTA, Indonesia – Total 1.672 hari atau 4,5 tahun 4 ABK Indonesia harus bertahan hidup di bawah tekanan perompak Somalia usai kapal tempat mereka bekerja dibajak. Kapal Naham 3 dibajak pada tanggal 26 Maret 2012 sekitar pukul 02:00 waktu setempat di perairan Seychelles.

Hidup Adi Manurung, Elson Pesireron, Sudirman, Supardi, Nasirin, dan 22 ABK lainnya terkatung-katung tidak jelas pasca nahkoda kapal tewas ditembak oleh perompak yang mengejar kapal mereka dari belakang. Adi mengisahkan awal mula kapal mereka dibajak, karena Naham 3 menangkap ikan dengan menempuh jalur yang tak aman.

“Nahkoda kami sejak awal sudah tahu bahwa rute yang kami tempuh itu rawan pembajakan. Kami yang hanya kru tidak tahu mengenai rute tersebut,” ujar Adi Manurung yang ditemui Rappler di kantor Kementerian Luar Negeri pada Senin, 31 Oktober usai diserahkan secara resmi kepada keluarga.

Adi mengatakan 2 speed boat berisi 15 pembajak tiba-tiba melepaskan tembakan membabi buta ke arah kapal Naham 3. Salah satu peluru menewaskan nahkoda kapal.

Pembajak berhasil memanjat naik ke kapal mereka dan menyandera semua kru kapal. Proses itu berlangsung selama 1,5 tahun. Tetapi, penderitaan yang sesungguhnya baru dihadapi saat ke-27 ABK dipindahkan ke daratan oleh pembajak, karena kapal Naham 3 akhirnya tenggelam.

Berikut perlakuan tak manusiawi yang diterima 27 kru kapal dan cara mereka bertahan hidup:

1. Minum air hujan mengandung kotoran hewan
Salah satu ABK asal Medan, Sumatera Utara, Sudirman, mengatakan Somalia adalah negara miskin dan kering. Negara itu nyaris tidak pernah diguyur hujan. Sementara, mereka membutuhkan air untuk tetap bertahan hidup.

Lalu, apa yang mereka lakukan? Sudirman mengatakan jika hujan turun, mereka buru-buru menggali tanah untuk menampung air hujan.

“Human itu mengguyur Somalia paling hanya dua kali dalam satu tahun. Akhirnya kita menggali tanah, dibuat seperti kolam untuk menampung air hujan, karena air yang diberikan perompak tak layak untuk diminum,” ujar Sudirman ketika memberikan keterangan pers.

Itu pun sering kali air hujan yang ditampung mengandung kotoran hewan seperti unta atau kambing. Sementara, air yang diberikan oleh perompak setiap harinya hanya setengah gelas untuk digunakan bersama-sama.

2. Diberi makanan basi
Sudirman mengatakan mereka tidak diberi makan tiga kali dalam sehari. Makanan yang diberikan ada yang berupa roti.

“Tetani, itu roti yang disajikan kemarin lalu menjadi basi dan dipanaskan kembali. Akhirnya kami kena diare karena mengkonsumsi roti tersebut,” kata pria berusia 24 tahun itu.

Untuk makan malam, kadang mereka diberi nasi. Tetapi lauknya hanya kacang atau bahkan kuah teh.

“Di sana tidak ada garam. Jadi, makan seadanya saja,” kata dia.

3. Berburu hewan liar
Dia mengakui memang kru kapal pernah terpaksa berburu hewan-hewan liar seperti kucing, burung, dan tikus untuk makan. Tetapi, itu dengan catatan tidak ketahuan perompak.

“Kalau ketahuan akan ada konsekuensi. Tangan dan kaki akan diikat lalu ditarik ke belakang sehingga menyerupai huruf U. Terasa sakit sekali,” katanya.

4. Ditembak di bagian kaki
Sudirman juga mengisahkan ada rekan ABK lain dari Kamboja yang ditembak di bagian kaki ketika sedang buang hajat. Menurutnya hal itu dipicu permasalahan sepele, hanya karena ABK itu menjawab kalimat makian perompak Somalia dengan bahasa yang kasar.

“Memang sempat diperiksa oleh perompak yang sedikit mengerti medis. Tapi, mereka tidak memiliki obat. Akhirnya ABK asal Kamboja itu sempat tidak bisa jalan selama beberapa minggu. Beruntung peluru tidak mengenai tulang,” kata dia.

Buruknya situasi dan kondisi di Somalia menyebabkan seluruh ABK jatuh sakit. Ajaibnya dengan keterbatasan peralatan medis dan obat, penyakit itu kerap sembuh sendiri.

Sayangnya, ada satu ABK Indonesia asal Cirebon bernama Nasirin yang tidak dapat bertahan hidup.

“Kemungkinan Nasirin meninggal akibat demam berdarah jika dilihat berdasarkan ciri-cirinya. Karena selama kami disekap di area hutan, dia mengeluh panas dingin dan minta diberikan air,” tutur Sudirman.

Jasad Nasirin akhirnya dimakamkan di Somalia. Sementara, barang-barangnya disimpan dan diberikan kepada keluarga di Cirebon pada Minggu, 30 Oktober.

Sebuah mukjizat

Mewakili teman-temannya, Sudirman menyebut jika mereka semua masih tak percaya bisa terbebas dari perompak Somalia. Sebab, proses yang dibutuhkan untuk membebaskan 26 ABK memakan hampir 5 tahun.

“Kami tidak percaya, bisa berdiri di depan ini semua. Apa ini mimpi? Apa ini mukjizat? Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa,” katanya.

Sudirman mengaku sempat kecewa dan marah kepada Tuhan, lantaran nasib mereka terkatung-katung tidak jelas. Dia menyebut imannya jatuh ketika disekap oleh perompak Somalia.

“Di sana, saya tidak pernah bersujud kepada Allah, karena apa yang diajarkan di dalam Muslim, tidak dipraktikan oleh perompak. Mereka malah menyakiti sesama umat Muslim. Mungkin setelah ini, saya bertobat,” kata Sudirman.

Sementara, ABK lainnya, Supardi justru terus meneguhkan iman saat disekap oleh perompak Somalia. Dia mengaku tidak pernah putus beribadah puasa selama 5 kali Ramadan di sana.

Keempat ABK mengaku trauma terhadap peristiwa penyanderaan yang telah mereka alami. Oleh sebab itu, mereka mengaku membutuhkan waktu sebelum kembali menentukan langkah di masa depan. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!