Pertaruhan nyawa juru kamera Associated Press saat abadikan penembakan Dubes Rusia

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pertaruhan nyawa juru kamera Associated Press saat abadikan penembakan Dubes Rusia

AFP

Ozbilici berpikir, “saya di sini, bahkan jika saya terluka atau terbunuh, saya tetap seorang jurnalis dan harus melakukan pekerjaan saya"

JAKARTA, Indonesia – Burhan Ozbilici tidak menyangka pameran foto yang dia hadiri pada Senin malam, 19 Desember akan berubah menjadi lokasi pembunuhan. Padahal, pria yang bekerja sebagai juru kamera kantor berita Associated Press (AP) itu hanya mampir ke pameran berjudul “From Kaliningrad to Kamchatka, from the eyes of travelers”. Kebetulan lokasi galeri tidak jauh dari kantor Ozbilici.

“Ketika saya tiba, pidato pembukaan sudah mulai disampaikan. Di saat Duta Besar Rusia Andrei Karlov yang mendapat giliran menyampaikan pidato, maka saya maju mendekatinya untuk mengabadikan foto. Saya pikir foto-foto itu mungkin akan berguna untuk cerita soal hubungan Turki-Rusia,” ujar Ozbilici yang mengisahkan kembali momen menyeramkan tersebut seperti dikutip AP.

Saat itu, Dubes Karlov berbicara dengan lembut dan hal-hal menyenangkan mengenai kampung halamannya, Rusia. Karlov sempat berhenti beberapa kali untuk membiarkan penerjemah menyampaikan kalimatnya dalam Bahasa Turki.

“Saya ingat betapa (dia) terlihat tenang dan rendah hati,” kata Ozbilici.

Tetapi, tiba-tiba terjadi peristiwa penembakan di depan matanya. Pengunjung yang semula tenang berubah panik dan langsung mencari tempat untuk berlindung. Ozbilici mengaku sempat tidak percaya bahwa itu aksi penembakan sungguhan.

“Ketika seorang pria dalam jas berwarna hitam dan menarik senjata, saya hanya bisa terkejut dan menganggap itu bagian dari aksi teatrikal,” kata dia lagi.

Sementara, Dubes Karlov tergeletak di lantai hanya beberapa meter dari Ozbilici. Tidak ada darah yang mengalir di sekitar tubuhnya, kemungkinan dia ditembak dari belakang.

Ozbilici sempat mundur ke belakang dan ke samping kiri. Sementara pelaku yang masih membawa senjata berteriak ke arah pengunjung.

Semula, Ozbilici mengira pelaku penembakan mungkin adalah anggota militan Chechnya. Namun, dia baru menyadari aksi penembakan itu kemungkinan dilatari motif konflik Suriah. Pelaku meneriakan kalimat agar publik tidak lupa peristiwa kemanusiaan yang terjadi di kota Aleppo.

Dia terlihat marah dan gusar. Kemudian, pelaku berjalan di sekitar jasad Dubes dan menghancurkan beberapa foto yang tergantung di dinding.

Melihat hal itu, Ozbilici mengaku takut dan paham betul risiko yang dia hadapi seandainya pelaku juga melepas tembakan ke arahnya.

“Tetapi, saya memilih maju sedikit ke depan dan mengabadikan pria itu ketika dia tengah mengungkapkan rasa putus asanya yang justru menarik perhatian pengunjung,” ujarnya.

Ozbilici menyadari dia bisa terbunuh ketika tengah mengambil foto. Tetapi kemudian dia berpikir: “saya di sini, bahkan jika saya terluka atau terbunuh, saya tetap seorang jurnalis dan harus melakukan pekerjaan saya. Saya bisa saja lari tanpa mengabadikan satu foto pun, tetapi saya tidak akan memiliki jawaban yang sesuai seandainya orang bertanya kenapa Anda tidak mengambil foto peristiwa itu?”

Ozbilici juga sempat berpikir mengenai para kolega dan rekan-rekannya yang tewas ketika mengabadikan gambar di area konflik selama bertahun-tahun. Perjuangannya itu tidak sia-sia, karena foto-foto yang diabadikannya kini viral di media sosial dan menjadi perbincangan.

Usai mengabadikan beberapa gambar, dia mengikuti perintah polisi untuk meninggalkan area pameran. Tak lama kemudian, pelaku tewas dalam aksi baku tembak. – dengan laporan AP/Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!