Indonesia kecewa dengan cara polisi Malaysia tangani kasus Siti Aisyah

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Indonesia kecewa dengan cara polisi Malaysia tangani kasus Siti Aisyah

AFP

Kepolisian Malaysia justru menyampaikan fakta hukum baru mengenai Siti Aisyah kepada media dan bukan ke pengacara KBRI.

JAKARTA, Indonesia – Memasuki satu pekan penahanan Siti Aisyah, warga Indonesia yang diduga terlibat dalam pembunuhan Kim Jong-Nam, tim KBRI rupanya masih belum diizinkan untuk menemuinya. Pemerintah Indonesia justru dikabari bahwa perempuan berusia 25 tahun itu diperpanjang masa penahanannya hingga satu minggu ke depan.

Artinya, kepolisian Malaysia masih memerlukan bukti untuk membuktikan keterlibatan perempuan kelahiran Serang, Banten itu. Namun, dalam jumpa pers yang dilakukan oleh kepolisian Negeri Jiran pada Rabu pagi, 22 Februari, Inspektur Jenderal Khalid Abu Bakar menyampaikan temuan yang mengejutkan.

Dia mengatakan aksi penyerangan yang kemudian berujung kematian Kim Jong-Nam merupakan sesuatu yang terencana. Dua perempuan yang diduga sebagai pelaku, sudah dilatih beberapa kali sebelum beraksi.

“Ini bukan sesuatu seperti pengambilan gambar atau permainan,” ujar Khalid di markas kepolisian Malaysia pada Rabu kemarin dan dikutip harian Straits Times.

Aisyah dan tersangka lain asal Vietnam, Doan Thi Huong, diberikan cairan oleh empat orang pria asal Korea Utara. Keempat orang itu kemudian meninggalkan Malaysia ketika aksi sukses dilakukan. Diduga, mereka kabur ke Pyongyang, Korea Utara.

Pernyataan Khalid terkonfirmasi dari rekaman kamera pengawas (CCTV) yang menggambarkan ketika peristiwa penyerangan terjadi pada tanggal 13 Februari lalu. Dalam rekaman CCTV, Aisyah menyerang Kim Jong-Nam lebih dulu. Kemudian, dari belakang Doan Thi Huong asal Vietnam ikut menyerang.

Salah satu dari mereka kemudian menjauhi korban dan menuju ke kamar mandi. Tangannya pun tidak menyentuh bagian tubuh lainnya.

“Jadi, dia tahu betul jika itu mengandung racun dan dia harus mencuci tangannya,” kata dia.

Usai diserang, Kim Jong-Nam mengatakan kepada petugas bandara dia merasa tidak sehat. Beberapa jam kemudian dia meninggal dalam perjalanan menuju ke rumah sakit.

Menanggapi pernyataan kepolisian Malaysia ini, Pemerintah Indonesia mengaku bingung, lantaran informasi yang sedemikian penting malah disampaikan kepada media dan bukan pengacara retainer yang telah disewa oleh KBRI.

“Kami belum dapat akses (ke Siti Aisyah). Karena itu harapan kami kalau ada fakta hukum baru mengenai Siti Aisyah seharusnya kepolisian Malaysia menyampaikan kepada pengacara yang kami tunjuk bukan ke media,” ujar Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal melalui keterangan tetulis pada Kamis, 23 Februari.

Pengacara yang disewa oleh KBRI justru tidak memperoleh informasi apa pun termasuk pernyataan yang disampaikan oleh Kepolisian Malaysia dalam dua kali jumpa pers. Pihak Kemlu mengaku khawatir pernyataan itu justru akan membentuk opini publik bahwa Aisyah sudah terbukti bersalah. Padahal, hingga saat ini penyebab kematian Kim Jong-Nam dan peranan Aisyah dalam peristiwa penyerangan tanggal 13 Februari lalu belum terungkap.

Kendati begitu, Iqbal memastikan Pemerintah Indonesia akan fokus kepada pendampingan hukum berdasarkan fakta-fakta yang ada dan nantinya akan tertuang dalam berkas perkara.

Media Korut berang

Sementara, kemarahan semakin jelas ditunjukan oleh pihak Korea Utara setelah jasad Kim Jong-Nam tidak juga diserahkan ke Kedutaan Besar Korut di Kuala Lumpur. Kemarahan itu disampaikan kali pertama melalui media pemerintah KCNA yang menulis bahwa Pemerintah Malaysia lah yang bertanggung jawab atas kematian saudara tiri Kim Jong-Un itu. Mereka juga menuding Negeri Jiran berkonspirasi dengan Korea Selatan sehingga menahan jasad Kim Jong-Nam.

“Malaysia wajib menyerahkan jasadnya ke pihak Korut di saat mereka melakukan sebuah autopsi dan pemeriksaan forensik dengan cara yang tidak bermoral dan ilegal,” ujar Ahli Hukum Korut dalam sebuah komentar yang ditulis di KCNA.

Dia menyebut dengan tidak bersedianya Malaysia memulangkan jasad dan justru membutuhkan sampel DNA dari keluarga Kim Jong-Nam, menunjukkan Negeri Jiran akan mempolitisir isu tersebut

“Dengan demikian mereka memiliki niat jahat,” katanya.

Korut pun mengaku bingung lantaran sejak awal Kim Jong-Nam dilaporkan kepada kedutaan mereka di Kuala Lumpur meninggal akibat sakit jantung. Tetapi, belakangan Malaysia menyebut penyebab kematiannya tidak wajar sehingga perlu dilakukan autopsi.

Korut juga bersikeras menyebut identitas pria yang meninggal di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) 2 sebagai Kim-Chol berdasarkan data paspor diplomatik yang dia bawa pada tanggal 13 Februari lalu. Sementara, Malaysia membenarkan jika pria itu adalah Kim Jong-Nam, saudara tiri Kim Jong-Un.

Sejauh ini, pihak Malaysia sudah menahan 4 orang, termasuk Siti Aisyah dan satu warga Korut. Kepolisian Malaysia kini tengah meminta kepada Kedutaan Korut di Kuala Lumpur untuk memberikan izin agar mereka bisa meminta keterangan dari dua warga Korut lainnya. Satu di antaranya adalah pejabat di Kedutaan Korut yang diduga mengetahui empat orang yang saat ini tengah mereka buru. – dengan laporan AFP/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!