Gara-gara sengketa lahan, siswa SD Makassar terpaksa belajar di pinggir jalan

Syarifah Fitriani

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Gara-gara sengketa lahan, siswa SD Makassar terpaksa belajar di pinggir jalan
Siswa dari tiga sekolah dasar itu terancam tidak dapat mengikuti ujian nasional pada 15 Mei jika sengketa lahan tidak segera diselesaikan.

MAKASSAR, Indonesia – Siswa SDN Makassar terpaksa belajar di pinggir jalan pada Kamis pagi, 4 Mei. Hal itu lantaran bangunan sekolah tempat mereka menuntut ilmu berada di area sengketa antara ahli waris dengan Pemerintah Kota Makassar.

Ahli waris mengklaim Pemkot Makassar belum membayar tanah tersebut. Kesal, si ahli waris akhirnya menyegel tiga bangunan sekolah yaitu SD Negeri Pajjaiang, SD Inpres Pajjaiang dan SD Inpres Sudiang yang terletak di Jalan Pajjaiang, Kelurahan Sudiang Raya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Kepala SD Negeri Pajjaiang, Intang mengaku kaget melihat banyak siswa yang menunggu di depan pagar. Ternyata dua pintu masuk ke kompleks sekolah dasar itu sudah disegel oleh ahli waris tanah sehingga mereka tidak dapat masuk.

“Daripada kami pulangkan siswa, kami tetap melanjutkan proses belajar-mengajar di pinggir jalan. Awalnya, kami lakukan tepat di depan sekolah, tetapi karena banyak kendaraan lalu-lalang, akhirnya kami pindah ke kantor Samsat II, Makassar,” ujar Intang pada Kamis, 4 Mei.

Sementara, Kepala UPTD Dinas Pendidikan Makassar, Masdir mengatakan pihaknya kini tengah melakukan koordinasi awal dengan keluarga ahli waris. Dia berharap ahli waris mau membuka segel pintu masuk menuju ke sekolah.

“Hasil dari pembicaraan dengan ahli waris, dia meminta agar lahan segera dibayarkan. Kami akan berusaha agar proses belajar mengajar kembali lagi ke sekolah masing-masing,” kata Masdir.

Di tempat berbeda, Lurah Sudiang, Andi Wahyu Rasyid Azis mengatakan setelah berbicara dengan pihak ahli waris, dia pun menyanggupi akan memfasilitasi pertemuan ahli waris dengan Komisi A DPRD Kota Makassar. Dia turut membujuk agar pihak ahli waris dapat membuka segel pintu masik sekolah agar siswa dapat kembali belajar normal.

“Memang status tanah sekolah belum bersertifikat, sedangkan bangunan sekolah adalah aset negara. Dari dulu sekolah ini diajukan untuk renovasi dalam Musrembang, tapi tidak pernah disetujui karena tanahnya bukan aset negara,” kata dia.

Tak pernah didengar

PINGGIR JALAN. Siswa SD dari tiga sekolah di Makassar terpaksa belajar di pinggir jalan, karena pintu menuju ke sekolah disegel pada Kamis, 4 Mei. Foto oleh Syarifah Fitriani/Rappler

Ditilik ke belakang, ahli waris tanah, Said B mengatakan sengketa lahan sekolah itu sudah terjadi sejak tahun 1975 lalu. Sejak awal, kata Said, status lahan adalah hak pakai dan bukan merupakan tanah wakaf.

Sudah beberapa kali pihak keluarga melakukan upaya negosiasi dengan Pemerintah Kota Makassar agar membayar biaya ganti rugi tanah yang totalnya mencapai 5.000 meter persegi dan digunakan sebagai bangunan sekolah. Sayang, tidak pernah ada tanggapan.

Oleh sebab itu, dia berinisiatif untuk menutup atau menyegel sekolah hingga ada kepastian dari pemerintah terkait pembayaran ganti rugi.

“Kami juga kasihan lihat siswa belajar di pinggir jalan. Tapi kami juga berhak menuntut hak kami. Kami harap pemerintah bisa cepat memberi kami kepastian,” kata Said.

Dalam surat yang ditujukan kepada Pemkot Makassar, ahli waris mencantumkan penawaran harga tanah sebesar Rp 2,5 juta per meter. Tetapi, lagi-lagi pihak Pemkot Makassar tidak merespons surat tersebut. Apalagi menawar harga tanah.

“Kalau ini adalah tanah wakaf, tolong perlihatkan kepada kami bukti surat-suratnya. Ini bukan tanah wakaf, ini adalah tanah warisan,” kata Said menegaskan.

Dapat ganggu ujian nasional

INGIN SEKOLAH. Siswa dari tiga SD yang bangunannya disegel oleh ahli waris tanah berharap kepada Walikota Makassar agar bisa segera sekolah. Foto oleh Syarifah Fitriani/Rappler

Penyegelan kompleks sekolah yang dilakukan ahli waris tanah, mengundang kekhawatiran guru dan siswa. Sebab, pada 15 Mei mendatang para siswa harus menghadapi Ujian Nasional untuk tingkat Sekolah Dasar.

“Ujian sudah dekat, sedankan sekarang kami harus melakukan proses belajar-mengajar di sini. Kasihan para siswa,” ujar Kepala SD Inpres Sudiang, Hadina.

Kendati bangunan sekolah disegel, tetapi dia mengaku aset sekolah masih tetap aman dan tidak tersentuh. Proses penyegelan baru dilakukan sejak tadi malam.

Dia berharap, Pemkot Makassar dan ahli waris tanah dapat menyelesaikan masalah tersebut secepatnya. Hadina khawatir jika ahli waris terus menyegel sekolah, maka proses belajar akan terganggu hingga UN mendatang.

“Kami ingin cepat kembali ke sekolah, bagaimana nasib siswa kelas akhir? Mereka butuh pembekalan ujian. Tadi saja hanya satu pelajaran saja lalu kami pulangkan,” tutur Hadina.

Dia mengaku tidak sanggup membiarkan para siswa belajar hingga siang hari di pinggir jalan, karena membahayakan keselamatan mereka. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!