Tolak pabrik semen, aktivis Kendeng mengecor kaki di Jerman

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tolak pabrik semen, aktivis Kendeng mengecor kaki di Jerman
Aksi dilakukan di hadapan 500 pemegang saham Heidelberg Cement

JAKARTA, Indonesia — Upaya menentang pembangunan pabrik semen dan penambangan di kawasan Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, mencapai negeri Jerman. Perwakilan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) Gunarti dan sejumlah simpatisan di sana menggelar aksi cor kaki.

Aksi tersebut dilangsungkan di depan Gedung Stadthalle, Kota Heidelberg, Jerman, bertepatan dengan rapat umum pemegang saham Heidelberg Cement pada Kamis, 11 Mei 2017. Anak perusahaan mereka di Indonesia, Indocement, sudah sejak lama merencanakan pembangunan pabrik di Pati.

Adapun Gunarti didapuk untuk berbicara terkait kondisi di Pati dan Rembang di hadapan hampir 500 orang pemegang saham Heidelberg Cement selama 15 menit lebih. Ia berbicara sendirian, hanya didampingi seorang penerjemah dari LSM.

“Soalnya anak perusahaannya di sini sepertinya tidak menyampaikan secara utuh apa yang terjadi. Mulai dari konflik sosial dan lain-lain akibat wacana pembangunan pabrik,” kata dia saat dihubungi Rappler.

Ia juga menyerahkan 6 ribu tandatangan warga dari petani yang menolak pendirian pabrik. Setelahnya ia langsung keluar dan bergabung dengan para simpatisan yang melakukan aksi cor kaki.

Saat RUPS selesai, CEO Heidelberg Cement Bernd Scheifele keluar gedung dan mendatangi Gunarti. Ia kemudian menyampaikan ketidakyakinannya soal pembangunan pabrik dan penambangan kawasan karst di sana.

Scheifele juga mengungkapkan kalau ia tidak berani mengganggu kawasan tersebut jika memang tidak boleh ditambang. Mereka mengakui UU Lingkungan di Indonesia sangat bagus, dan harus dihargai.

“Saya juga mencintai lingkungan. Ayah saya memiliki hutan,” kata dia kepada Gunarti. Meski demikian, dalam RUPS ia mengatakan akan menghubungi manajemen PT Indocement Tunggal Prakarsa dan PT Sahabat Mulia Sakti dalam 10 hari ke depan.

Gunarti mengaku tidak tahu alasan atas keraguan pihak Jerman. “Pada intinya, belum bisa menjawab mau meneruskan di Pati atau tidak. Kalau karena apanya saya gak tau, mungkin karena baru pertama kali mendengar langsung, jadi butuh waktu lama untuk berpikir,” kata dia.

Saat ini, ia tengah bersiap pulang kembali ke Indonesia untuk bertemu dengan sedulur-sedulur Kendeng lainnya.

Terkait dengan aksi di Jerman, ia merasa sangat terharu. Menurut dia, meski tinggal di tempat yang sangat jauh dan tidak terlibat langsung dengan Kendeng, solidaritas mereka luar biasa.

“Warga Indonesia sendiri, aku gak bagaimana ya, banyak yang gak peduli,” kata dia. Tak hanya masyarakatnya, pihak perusahaan pun dinilai lebih hati-hati dalam memutuskan proyek penambangan.

Sebagaimana diketahui, raksasa semen asal Jerman tersebut hendak mendirikan pabrik ke-15 di Pati. Mereka membutuhkan lahan hingga 2700 hektare untuk pabrik dengan kapasitas produksi 4 juta ton per tahun. Warga sendiri sudah menentang pembangunan sejak 7 tahun lalu.

Selain PT Indocement di Pati, mereka juga tengah berhadapan dengan PT Semen Indonesia di Rembang. Pihak perusahaan tetap keras kepala untuk mengoperasikan pabrik mulai Juni mendatang, dengan bahan baku dari Tuban. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!