Polda Metro Jaya minta aksi 9 Juni tak perlu dilakukan

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Polda Metro Jaya minta aksi 9 Juni tak perlu dilakukan

ANTARA FOTO

Kapolda Metro Jaya menilai daripada ikut aksi lebih baik mendoakan agar situasi di Indonesia lebih sejahtera

JAKARTA, Indonesia – Kapolda Metro Jaya Irjen Polisi Mochamad Iriawan menilai tak perlu ada Aksi Bela Ulama yang semula dijadwalkan akan digelar pada hari ini. Aksi tersebut, kata Iriawan, sudah tak lagi diperlukan oleh masyarakat.

“Untuk apa lagi aksi? Enggak usah lah,” ujar Iriawan di Polda Metro Jaya pada Kamis, 8 Juni.

Dia memastikan personel kepolisian tidak melakukan tindak kriminalisasi terhadap ulama seperti yang selama ini mereka tuduhkan. Dalam kasus hukum pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab polisi memeriksa puluhan saksi untuk menggali bukti.

“Enggak ada kriminalisasi. Bagaimana ya? Saksi ahli itu ada 26, saksi ada 50an, mau kriminalisasi gimana?,” kata dia.

Dia mengingatkan Ketua Dewan Pembina Muhammadiyah Din Syamsudin dan Wapres Jusuf Kalla sudah memastikan tidak ada tindak kriminalisasi. Hanya kebetulan saja perkara yang tengah diselidiki oleh polisi melibatkan ulama. Oleh sebab itu, mantan Kapolda Jabar ini mengingatkan agar tidak menganggap perkara tersebut sebagai kriminalisasi.

“Kebetulan, oknumnya ini (Rizieq) ulama. Kebetulan. Jadi bukan justifikasi, jangan, enggak boleh. Masih banyak ulama ulama yang enggak ada masalah. Nah ini (Rizieq) masalah,” katanya.

Lagipula semua orang, ujar Iriawan, harus setara di depan hukum. Hal tersebut juga berlaku bagi para ulama.

“Apakah oknum ulama enggak bersalah enggak dihukum, enggak boleh dong,” tutur Iriawan.

Terkait aksi yang dilakukan pada Jumat, 9 Juni, Iriawan mengaku belum mendapat pemberitahuan dari pihak penyelenggara. Lagipula, menurut informasi yang diterima oleh Polda Metro Jaya, Masjid Istiqlal yang dijadikan titik untuk melakukan aksi sudah menolak kegiatan itu. Ia menegaskan, pemerintah tidak akan memperdulikan teriakan-teriakan yang menilai kriminalisasi.

“Untuk apa juga? Peristiwa ada. Mau dikekang seperti apapun, pemerintah tak takut. Saya diancam dikekang, enggak masalah. Hukum sudah ditegakkan. Tak ada kriminalisasi. Saya berdosa kalau (berbuat) kriminalisasi,” tutur dia.

Iriawan mengajak mengajak masyarakat untuk tidak ikut aksi. Alih-alih mengikuti aksi, ia menilai warga sebaiknya banyak berdoa yang positif. Dia mengatakan doa-doa untuk kesejahteraan justru jauh lebih bermanfaat dibandingkan melakukan aksi.

“Tadarusan saja, doa-doa saja semoga situasi tertib, pangan banyak, rakyat juga sejahtera. Itu saja yang didoakan,” kata Iriawan.

Aksi jalan terus

Menanggapi adanya imbauan untuk tidak ikut berunjuk rasa, Ketua Presidium 212 Ansufri Idrus Sambo memastikan aksi terus berjalan. Ia beralasan, masjid merupakan rumah umat sehingga tidak bisa dilarang-larang. Mereka tetap berencana melakukan aksi dan meminta perizinan.

“Masjid adalah rumah Allah dan milik umat, kami sudah beri pemberitahuan dan minta izin. Namun Kalau enggak dikasih izin, Insya-Allah tetap kami laksanakan,” ujar Sambo saat dikonfirmasi pada Kamis kemarin.

Sambo mengatakan, pihak panitia sudah menyiapkan mobil komando untuk aksi. Mereka berencana menempatkan mobil tersebut di luar gedung masjid, tetapi masih di lingkungan Istiqlal. Di tempat tersebut, mereka akan berorasi.

Sayang, saat dikonfirmasi siapa saja yang datang, Sambo memilih untuk tutup mulut. Pria yang pernah menjadi Ketua Aksi Tamasya Al Maidah ini pun belum mau membicarakan isi tuntutan.

Ia juga enggan merinci pengurus alumni 212 yang hadir dalam aksi tersebut. Ia hanya mengklaim kalau aksi akan dihadiri ratusan ribu orang.

“Harapannya sih 500.000 sampai 1.000.000,” kata dia.

Tetapi, dalam tuntutannya kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM), alumni 212 meminta agar para ulama yang telah ditahan oleh personel kepolisian dibebaskan. Beberapa orang seperti Sekjen Forum Umat Islam Al Khathath, Rachmawati Soekarnoputri, Sri Bintang Pamungkas, dan Ratna Sarumpaet ditangkap karena diduga terlibat rencana makar dalam beberapa aksi unjuk rasa besar-besaran pada tahun 2016.

Aksi Bela Ulama 9 Juni juga merupakan bagian dari rangkaian persiapan menyambut kedatangan Rizieq ke Indonesia. Saat ini, Rizieq yang sudah menjadi tersangka dalam kasus percakapan bermuatan pornografi masih berada di Arab Saudi. Status tersangka juga disandang Rizieq untuk kasus penodaan Pancasila di Jawa Barat. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!